Chapter 7

10 0 0
                                    

Cassie melanjutkan ketikkannya tanpa menghiraukan pandangan yang di berikan James. Ia mengetikkan satu kata terakhir untuk mengakhiri satu paragraf, lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Silakan mba, Caramel Macchiato." Cassie mendongak sebentar, tersenyum kepada pelayan yang sama dengan yang menulis pesananannya. Ia mengaduk-adukkan minuman di depannya, mengambil tisu yang terletak di meja untuk mengelap mulut gelas dikarenakan minumannya yang sedikit tumpah.

Dengan santai, ia menyeruput minuman yang ada di genggaman sambil membaca ketikan yang ia ketik beberapa menit yang lalu. Tiba-tiba ia mendengar seseorang berseru memanggilnya, ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Austin sedang berjalan ke tempatnya.

Austin meraih kursi dari meja sebelah. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Austin saat ia sudah mendudukki kursi yang ia raih tadi. Cassie menunjukkan layar laptopnya kepada Austin yang membuat Austin menganggukkan kepalanya. Tanpa mereka sadari, seseorang sedang menatap mereka dengan pandangan marah, kesal bercampur satu.

*
James melempar alarm yang sungguh menganggu tidurnya. Tidak sampai 5 menit, ponselnya berbunyi menandakan seseorang sedang menghubunginya. Dengan kesal, ia mengambil ponselnya lalu menggeser layar ponselnya ke samping.

"Ada apa sih?" bentaknya dengan marah, ini hari minggu dan suara deringan dari ponselnya menganggu hari minggunya padahal ia sudah berencana untuk tidur seharian hari ini.

"Kamu kenapa marah-marah sih?" James dengan terburu-buru melihat layar ponselnya, menatap horror ke layar ponselnya sambil mengumpat dalam hati.

"Sayang," James mengenyitkan dahinya.

"Kau bisa tidak sih jangan menganggu hidupku lagi." jerit James dengan cepat, hari minggunya sudah hancur. Kalau Cassie yang menelponnya mungkin ia akan dengan senang hati mengangkat, eh tapi Cassie saja tidak tau nomornya.

"Aku ingin mengajakmu kencan." James mengacak rambutnya. Arianna, perempuan yang suka menganggu hidupnya semenjak ia mengenal gadis itu. Gadis bertubuh tinggi itu tidak henti-hentinya menganggu hidupnya.

"Tidak, aku sibuk."

"Ayolah, tidak usah berbohong." ajak Ariana dengan suara khasnya, membuat James merasa geli dengan suaranya.

"Aku harus pergi dengan..." perkataannya terputus. James menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, memikirkan alasan yang tepat.

"Dengan siapa? Ayolah, aku tau kau sedang berbohong."

James langsung mencetuskan nama seseorang yang sedang berkeliaran di pikirannya. "Cassie."

Ariana masih tidak percaya dengan apa yang baru dikatakan James, ia memang pernah mendengar nama Cassie. James menekan tombol merah karena kesal kepada Ariana, tidak lupa untuk mematikan ponselnya. Seketika ia teringat, kenapa tidak dari tadi saja ia tekan tombol merah itu?

James pun melanjutkan tidurnya, tetapi gagal karena pikirannya sedang diserang dengan seseorang bernama Cassie. Ia mempertanyakan diri sendiri, kenapa gadis itu bisa membuatnya tertarik. Tidak ada pernah dalam sejarah, perempuan menolaknya tapi kenapa Cassie menolaknya?Astaga, ia tidak pernah seperti ini sebelumnya, memikirkan seorang gadis dan tersenyum sendiri seperti orang gila. Ia meraih ponselnya, menekan tombol untuk menghidupkan ponsel lalu menghubungi Austin.

Setelah berbasa-basi sebentar, James menyampaikan apa yang mau dia sampaikan. "Bro, temani aku ke tempat biasa dan jangan lupa untuk ajak yang lain juga."

James langsung bergegas memasuki bilik kamar mandi saat Austin menyetujuin ajakannya.

*
James memasuki sebuah cafe bersama sahabat karibnya, pandangannya jatuh kepada seorang gadis yang sedang mengetikkan sesuatu, gadis itu tampak familiar.

Rencananya setelah ini dia akan pergi ke bioskop untuk melihat film baru bersama sahabat-sahabatnya, seperti hari minggu biasanya. Setelah ia dan sahabat-sahabatnya memesan beberapa minuman dari pelayan, pandangannya jatuh kepada seorang gadis yang sedang mengetikkan sesuatu, gadis itu menjepitkan rambut ke telinganya dan saat itu dia sadar siapa gadis itu.

James ingin menganggu gadis itu lagi, mungkin ia akan melakukan itu nanti pikirnya. Beberapa menit kemudian, Austin beranjak dari kursinya untuk menemui gadis itu yang membuat James memicingkan matanya.

Ada perasaan aneh yang menyerang dirinya yang jelas ia tidak suka saat Cassie tersenyum kepada Austin, berbeda dengan dirinya yang jarang-bahkan tidak pernah menerima senyuman dari gadis itu. James merampas minuman yang terletak di meja dengan kasar, membuat beberapa sahabat-sahabatnya menatapnya bingung.

"Ada masalah?" tanya Harry sahabatnya yang berkulit sawo matang. Selama beberapa detik, James belum juga membalas pertanyaan Harry, Harry langsung memutar kepalanya untuk mengikuti arah pandang pria itu. Seketika, ia tersenyum lucu.

"Cinta segitiga?hah?" tanya Harry dengan senyuman yang masih melekat di wajahnya. James tidak menyahutnya juga, dengan kesal Harry mengambil tisu lalu melemparkannya ke wajah James.

"Ada apa denganmu?" tanya James dengan kesal, ya kesal sudah sangat menggambarkan perasaannya saat ini. Tetapi, kenapa ia harus kesal? Astaga, gadis itu sudah mempengaruhi pikirannya.

"Cinta segitiga?"

"Sial, diam kau" umpat James dengan kencang lalu melempar tisu ke wajah Harry.

Cassie dan Austin menatap kearah meja James karena mereka merasa ternganggu dengan suara James, pandangan Cassie jatuh kepada James tetapi ia buru-buru menatap Austin kembali saat James menatapnya.

Sial, umpat James dalam hati.

*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A little secretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang