(tujuh) Dehidrasi Love

38.6K 3.4K 134
                                    

Author Pov

"Kangen sama kamu!"
Devia mendekati Ali.

"Aku ternyata tak bisa tanpa kamu!"
Devia rupanya sudah tak bisa menahan diri lagi melihat Ali. Sepertinya rasa rindu dan menyesal sudah membuncah didalam dadanya. Tak peduli ada Umi Salma, orang tua Ali yang harusnya dihargainya dan Prilly,orang lain yang tak dikenalnya dia memeluk erat Ali. Ali sepertinya terpana mendapat serangan mendadak dari Devia.

Ribuan belati rasanya menusuk jantung Prilly. Berlebihan memang, tapi percaya atau tidak itulah rasanya. Prilly berpandangan sekilas dengan Umi Salma dan tersenyum kecil. Getir.

"Permisi, Umi!"
Prilly menyeret langkahnya nekat dengan lutut yang nyeri. Umi membantu dengan menahan lengannya.

"Pril, mau kemana?"
Ali meraih tangan Prilly.
Prilly hanya tersenyum menoleh Ali yang melepaskan pelukan Devia.

"Udah kangennya? Udah nyesalnya?"
Ali menatap Devia datar. Tangannya masih menggenggam tangan Prilly.

"Kamu cinta akukan? Iyakan? Kamu sayang sama aku-kan? Kamu bilang akan punya waktu banyakkan buat aku?!"
Devia menatap Ali penuh harap.

"Cinta? Sayang? Waktu? Semua itu berlaku pada saat seminggu yang lalu saat lo minta gw pergi dari hidup lo, walaupun saat ini masih ada, gw sudah simpan buat pengganti lo!"

"Please, maafin aku, aku khilaf!"

Prilly menarik tangannya yang ada digenggaman Ali. Rasanya tak pantas untuk ikut mendengarkan pembicaraan itu. Prilly juga tak enak sama Umi, kenapa kaum Hawa yang bernama Devia ini tak bisa menahan diri membiarkannya dan Umi berlalu dulu baru menyerang Ali. Supaya dia tak merasakan sesakit ini melihatnya.

"Kamu mau kekamar? Kaki kamu kan sakit, aku akan gendong kamu, tapi tunggu sebentar ya!"
Ali menatap lembut mata Prilly.

"Aku capeee, aku dipapah Umi aja gak papa pelan - pelan..!"
Prilly berkata dengan nada mengeluh manja.

"Ya udah, berarti maunya sekarang?"
Ali bertanya diiringi anggukan Prilly. Dan Ali melingkarkan tangan Prilly yang digenggamnya kelehernya dan tanpa berkata apa - apa menggendong Prilly menuju kamar yang ditempati Prilly. Prilly termangu bingung dengan perasaan tak tentu.

"Makasih ya...!"
Prilly menatap mata Ali yang menatapnya berbinar ketika Prilly sudah berada diranjang dan Ali duduk ditepinya.

"Sama - sama, kamu-kan pasien spesial dan teristimewa!"
Ali menyentil hidung Prilly.
Mereka sejenak bertatapan. Tak berkata apapun sambil sama - sama salah tingkah dengan perasaan campur aduk.

"Abang, Devia masih nunggu abang!"
Suara Umi mengagetkan mereka berdua. Mereka sama - sama menoleh ke-pintu.

"Iya Umi!"
Ali berkata pada Umi dan menatap Prilly kembali. Prilly menyembunyikan perasaannya yang tiba - tiba nyeri kembali dengan tersenyum.

"Ayo buruan, kasian dia udah nungguin!"
Prilly menepuk bahu Ali.

"Biarin, siapa suruh nungguin!"

"Ihh jahat!"

"Dia lebih jahat!"

"Udahhh, temui sana bang, selesaikan baik - baik, Umi gak ikut campur soal perasaan, tapi Abang harus ikuti kata hati aja, Abang tau yang terbaik buat Abang!"

"Iya Umi, Ali tau yang paling baik saat ini...!"
Ali berkata pada Uminya sambil tersenyum.

"Udah natapnya biasa aja, disuruh nemenin tadi gak mau!"
Ali menyentil kening Prilly sebelum berlalu dengan berat hati.

###########

Ali Pov

Untuk apa dia datang lagi? Aku tak habis pikir, apa yang ada dipikirannya itu, datang lagi setelah minta putus, meninggalkan dan menyakiti?

Dehidrasi LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang