07. Together

2.1K 319 29
                                    

"Apa maksudmu?" Sophie memberengut kesal.

"Sophie anakku..." sekali lagi semuanya terkaget saat nenek itu mengetahui nama Sophie. "maksudku adalah, anak-anak ini yang akan membawa cinta kembali ke kota kita yang terkutuk ini. Mereka yang akan memberantas semua problema cinta kota kita. Mereka, Michael dan Makayla." Nenek itu berkata dengan yakin. Thomas merangkul bahu Allyson merasa bangga. Jika ramalan ini benar-benar terjadi, itu artinya anak mereka akan menjadi pahlawan. Orang tua mana yang tidak senang dengan kenyataan jika anaknya adalah seorang pahlawan?

"Kenapa anak kami? Maksudku, kami bukan siapa-siapa." tanya Sophie, orang yang paling realistis daripada Albert, Thomas, dan Allyson.

"Pertanyaan itu akan terjawab oleh kenyataan yang Michael dan Makayla kabarkan. Anak-anak ini akan membongkar satu hal di kehidupan kalian yang tak pernah kalian ketahui. Nanti, anak-anak ini akan memiliki masalah besar untuk membawa Lovia kembali menjadi kota cinta. Mereka akan melalui ujian yang sangat sulit. Tapi tidak perlu khawatir! Mereka akan melewatinya bersama, berdua." Allyson meremas tangan Thomas ketakutan. "Enam belas tahun. Usia enam belas tahun." Nenek itu kembali menatap kedua bayi lucu yang terbaring di ranjang.

"Ujian seperti apa?" Thomas mulai khawatir.

"Menyangkut hidup dan mati. Bukankah mati lebih baik daripada hidup menjadi seorang pecundang?" nenek itu tertawa mengerikan. Cekikikan seolah menertawakan takdir Michael dan Makayla yang akan terjadi beberapa tahun lagi.

"Apa katamu?" Allyson membentak.

"Jangan pisahkan mereka apa pun yang terjadi!" Ancam Sang Nenek. "Mereka saling menguatkan. Jika mereka tidak bersatu, maka kemerdekaan kota kita tidak akan pernah terwujud."

"Carla, panggil satpam. Usir nenek ini!" Bisik Albert dan Carla pun melesat keluar mengerjakan apa yang tuannya suruh.

"Begitulah ceritanya Kay." Carla menggelengkan kepalanya berulang kali untuk melupakan lamunannya tersebut. Carla tak dapat memungkiri ketakutannya terhadap ramalam itu. Meskipun ia tak percaya, tapi bayangan ucapan nenek itu masih sering terngiang di telinga Carla. Bahkan tak hanya itu, Carla sering memimpikan wajah dan suara nenek itu. Dan kejadiannya persis seperti enam belas tahun yang lalu.

"Sekarang usia kami enam belas." Ujar Makayla tersadar. Tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding membayangkan apa yang akan terjadi padanya dan Michael. Sementara Michael yang menguping di balik tembok secara tak sadar ikut merasa resah.

"Itulah. Mungkin ramalannya benar." Terka Carla terkalut.

"Tapi, ramalannya bilang jika aku dan Mike akan bersama. Dalam kenyataannya kami tidak seperti itu. Justru sebaliknya." Koreksi Makayla. Carla menggelengkan kepalanya dengan pasti.

"Kau harus ingat ujian yang akan kalian hadapi. Mungkin ujiannya ya seperti ini. Kalian terpisah satu sama lain." Carla mengangguk beberapa kali merasa yakin.

"Menurutku, tidak seperti itu Carla. Peramalnya bilang ini menyangkut hidup dan mati. Dan ia juga sudah mewanti-wanti orang tua kami untuk tidak memisahkan kami." Makayla dan Carla tercenung. "Kecuali jika mereka yang membuatku dan Michael terpisah."

"Maksudmu?" Carla mengerut keningnya. Michael sudah mulai penasaran dengan informasi yang sedang ia dengar ini.

"Aku sering bertanya pada Ibu. Kenapa akhir-akhir ini aku sering memikirkan Mike?" hati Michael terenyuh saat mendengar ucapan itu keluar dari mulut Makayla. "Dan jawabannya... ia hanya bilang jika Mike akan menyakitiku. Aku juga harus jauh-jauh dari kehidupan Mike. Aku tak pernah mengerti alasannya sampai detik ini." Makayla menggeleng tak habis pikir.

(TERBIT) Things I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang