03. Don't Mind! Past Anyway

2.4K 331 34
                                    

Makayla dengan kertas yang ia bawa di antrian musik terlihat begitu risau. Bagaiman tidak? Ia sangat takut jika Lyla akan memergokinya masuk ke ekstrakulikuler ini. Meskipun Makayla belum yakin apa maksud Lyla memintanya tadi pagi untuk menontonnya, tetap saja hatinya berbisik jika ia akan menyinggung Lyla. Tapi kecintaannya terhadap musik tidak bisa ia pungkiri. Musik sudah seperti buang air kecil yang harus ia lakukan setiap hari. Terlebih menjadi model adalah mimpi terburuknya.

Pertama; Ibunya, Allyson Almo adalah seorang super model yang hidupnya selalu diawasi Paparazzi yang mengganggu. Makayla bersyukur dia tak pernah tersorot kamera karena Paparazzi hanya memedulikan ibunya, dan itu bagus. Kedua, bidang model adalah penyebab ayah dan ibunya sering bertengkar. Sebenarnya orang tua Makayla tidak sering bertengkar, hanya saja yang sering menjadi penyebabnya adalah pekerjaan ibunya. Kau mengerti kan maksudku? Ketiga; Memotret adalah pekerjaan Michael yang mana harus benar-benar ia hindari. Selama ini yang menyatukan mereka adalah banyaknya kesamaan dari mereka, dan satu-satunya cara untuk menjauh dari satu sama lain yaitu menciptakan perbedaan. Itulah yang sedang Michael dan Makayla lakukan. Musik dan gambar adalah dua hal yang berbeda. Keduanya berharap dengan semua itu mereka bisa menjaga jarak.

“Hai Makayla.” Sapa seseorang dari belakangnya membuat Makayla teraneh. Ia belum mengenal siapa pun kecuali Damien, Ashley dan Lyla. Michael tidak masuk daftar. Dan pendeteksi suara di telinga Makayla yang sangat peka, tidak menunjukkan adanya ketahuan dia atas suara lelaki yang menyapanya barusan.

Makayla berbalik dengan perlahan. Ia sedikit terkejut saat melihat lelaki yang tengah berhadapan dengannya adalah teman yang baru saja dekat dengan Michael.

“Hai.” Makayla kebingungan bagaimana caranya menanyakan pada lelaki itu kenapa ia bisa mengetahui namanya.

“Aku Adam. Kita ada di dua kelas yang sama. English salah satunya.” Makayla tersenyum idiot pada Adam yang memperkenalkan dirinya. Ya, aku tahu kita sekelas. Tapi kenapa kau tahu namaku? Apa Michael menceritakan sesuatu mengenaiku pada Adam? Batinnya berharap-harap cemas. Karena malu, Makayla mengurungkan niat pertanyaan konyolnya barusan. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan Adam. “Kau masuk ke sini? Wow, aku kira kau akan masuk ke Modeling. Melihat cara Lyla menatapmu tadi kelas sepertinya di berharap banyak padamu,” cerocos lelaki yang cerewet ini.

“Oya? Aku tidak merasa seperti itu.” Batin Makayla seolah mendorong kepalanya sendiri karena siapa pun tahu jika Lyla memang terlihat sangat menginginkan Makayla untuk ekskul Modeling-nya tersebut.

“Serius. Dari tadi Lyla mencarimu tahu.”

“Apa? Di mana dia sekarang?” Makayla memutar pandangannya untuk mencari Lyla dengan was-was dan berdoa dalam hatinya semoga ia tidak dulu bertemu Lyla sebelum ia mendaftar di ekskul musik.

“Entahlah. Tadi aku bertemu dengannya di stand Jurnalistik. Tapi dia terlihat sangat kebingungan mencarimu.”

“Dari mana kau tahu? Bisa saja Lyla mencari seseorang lain?”

“Tidak mungkin. Dia bersama adiknya, Ashley. Ashley bertanya pada temanku, Michael di mana kau berada—kau tak akan mengenalnya. ” Air liur Makayla terasa susah ditelan saat Adam bilang bahwa Makayla takkan mengenal Michael yang mana memberinya kesimpulan jika Michael tidak menceritakan apa pun mengenai Makayla pada teman barunya. Tidak seperti Makayla yang belum apa-apa sudah keceplosan nama Michael tadi di kelas saat berkonversasi dengan Ashley.

Perasaan risau dan tak enak merajai batin Makayla. Ia tidak biasa menolak permintaan orang lain padanya. Pada dasarnya Makayla selalu mengalah mengenai apa pun yang menyangkut dirinya dengan orang lain. Tapi sungguh, permintaan kali ini adalah permintaan di mana Makayla harus menghadapi ketakutannya. Dan ia merasa ia sungguh tak bisa menerima permintaan itu.

(TERBIT) Things I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang