Chapter 2

1K 54 30
                                    

Saat ini Manda sedang berada di restoran dekat kantor, setelah meeting tadi ia langsung berpisah dengan Ben dan memutuskan untuk makan siang di sini. Sambil menunggu pesanan datang Manda memilih memainkan ponsel dan mengecek satu-satu media sosial yang dimilikinya, Jangan salah, gini-gini ia juga up to date, loh.

Suasana restoran yang awalnya sunyi kini berubah menjadi ramai dan terdengar suara-suara wanita yang seperti menahan jeritannya. Karena penasaran Manda pun mengalihkan pandangan dari ponsel kearah objek yang sedang diributkan oleh para kaum hawa. Ternyata seorang lelaki tampan menggunakan setelan kerja yang kelihatan mahal dan rambut yang sedikit acak-acakan.

Wow! Pantas saja para wanita di sini terpesona pada lelaki itu. Batin Manda sembari meneguk ludahnya.

Tetapi semakin Manda perhatikan, sepertinya ia familiar akan sosok lelaki itu, namun karena matanya minus dan posisinya yang jauh dari pintu masuk membuat Manda hanya memandangi punggung lelaki tersebut yang terlihat buram. Mungkin karena merasa diperhatikan lelaki itu pun berbalik.

Astaga! Ternyata pria yang diributkan wanita disini yang katanya super duper tampan dan sexy itu adalah Pak Ben. Batinnya syok. ngapain dia makan siang di restorang biasa seperti ini? Biasanya para petinggi perusahaan selalu memilih restoran yang berbintang lima.

Dengan kaku Manda tersenyum dan sedikit mengangguk saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu. Dia menahan malu karena tertangkap basah telah memandangi Ben, Manda menunduk dan berpura-pura memainkan ponsel yang kebetulan berbunyi. Terdapat notif line dari sahabat-nya, Caca. Saat sedang asiknya chat-an dengan Caca, terdengar suara decitan kursi di hadapannya, reflek ia mendongak dan mendapati Ben sudah duduk di kursi tepat di depannya.

Manda masih memandangi Ben dengan mulut terbuka, terkejut dengan kehadiran Bos-nya yang tiba-tiba itu.

"Kenapa memandangi saya seperti itu? Apa saya tidak boleh duduk di sini?" ujar Ben datar lengkap dengan tatapan tajamnya.

"Eh... anu, tentu boleh kok, pak. Saya hanya terkejut bapak tiba-tiba duduk di sini," jawab Manda gugup. Ia tidak habis pikir kenapa atasannya ini sudi duduk dan makan dengan karyawan sepertinya.

"Jangan kepedean dulu, saya hanya tidak suka makan sendirian. Dan kebetulan ada kamu, lebih baik makan berdua dari pada sendiri," ucap Ben santai sambil memainkan ponselnya. Dalam hati ia tersenyum melihat wajah syok Manda.

Manda mengangguk, bingung harus menjawab apa.

Tidak lama kemudian pelayan datang membawa makanan yang telah mereka pesan. Mereka berdua terkejut mendapati makanan yang sudah terhidang di atas meja itu sama, hanya minumannya saja yang berbeda.

"Saya baru tau kalau bapak suka makan nasi goreng ikan asin juga." Manda menyampaikan rasa terkejutnya. Ternyata dari gaya sombong yang dia perlihatkan memiliki kesederhanaan juga.

Namun Manda tidak mendapat respon apapun dari pria dihadapannya. Mungkin dia tidak suka berbicara saat sedang makan. Batin Manda menyemangati.

Mereka makan dalam hening. Ben yang pertama kali selesai makan menatap Manda yang sangat lahap memakan makanannya, tanpa menyadari sebutir nasi yang tersangkut di pipi kanannya. Ben tersenyum geli, selain ceroboh ternyata wanita di hadapannya ini juga sangat rakus. 

"Kamu berapa hari nggak makan?"

Sontak Manda tersedak mendengar pertanyaan dengan nada geli itu. Buru-buru ia menenggak minumannya dengan wajah merah padam. "Tadi pagi saya tidak sempat sarapan, padahal di dalam perut saya ada banyak monster besar yang mengerikan," jawabnya berlebihan.

Mr & Ms ChameleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang