Chapter 11

123 8 2
                                    

"Mau pulang bersamaku?" tanya Ben begitu berdiri di depan meja Manda.

Manda ingin menjawab 'Ya!' Tapi begitu mengingat janjinya pada Leon membuatnya menggeleng pelan. Padahal ini kali pertama Ben mengajaknya pulang bersama tanpa embel-embel 'mobil rusak' miliknya, namun janji adalah janji, tidak boleh diabaikan begitu saja.

"Maaf Ben, aku dijemput Bang Leon. Kebetulan dia mau mampir ke rumahku," jawab Manda tak enak hati.

"Oh begitu? Oke." Dengan begitu Ben berlalu menuju lift. Terlihat jelas perubahan moodnya saat mendengar nama Leon dari bibir Manda.

Manda menghela nafas sedih, hatinya ingin mengejar Ben namun logikanya menuntut untuk tidak mengabaikan janjinya pada Leon. Lantas logikanya lah yang menang, ia bergegas merapikan mejanya lalu berlari menuju lift. Ini sudah hampir setengah jam dari jam pulang kantor dan berarti sudah setengah jam pula Leon menunggu Manda.

Meski moodnya sedikit menurun Manda mencoba terlihat bahagia, seulas senyum ia pasang di wajah cantiknya. Ia tidak ingin menampilkan kesan tidak baik di hadapan Leon, karena tidak bisa dipungkiri bahwa Manda masih menyimpan cinta pada lelaki masa lalunya itu. Tetapi ada sedikit rasa ragu pada hatinya saat mengingat Ben. Manda menjadi bimbang akan perasaannya sendiri.

Senyum lebar milik Leon menyambut Manda saat keluar dari lobby kantor. Leon tetaplah Leon yang dulu, selalu melakukan hal-hal yang mampu membuat Manda semakin jatuh kedalam pesonanya. Seperti saat ini, Leon sudah merangkul bahu Manda dan menggiringnya menuju mobil Juke berwarna hitam miliknya. Serta memperlakukan Manda layaknya seorang Ratu.

"Lagi sibuk banget ya sampai pulangnya terlambat begini?" tanya Leon sembari menjalankan mobil keluar dari area kantor.

"Enggak bang, cuma menyusun berkas untuk meeting besok pagi. Maaf ya sudah bikin Bang Leon nunggu," ujar Manda tak enak hati.

"Aku nggak keberatan kalau harus nungguin wanita cantik kayak kamu, seribu tahun pun aku jabani, deh!" Gombal Leon sembari mengerling jahil. Manda tersipu, tentu saja. Leon selalu punya banyak cara untuk membuat wanita jatuh hati.

"Masa sih? Bukannya waktu itu Bang Leon pernah cerita kalau sebal banget menemani Mawar belanja di Mall?" Mawar adalah mantan pacar Leon, saat itu Leon bersumpah tidak ingin lagi menemani wanita rempong berbelanja ke Mall. Bayangkan saja, dari pagi sampai malam mengelilingi Mall tetapi yang dibeli hanya pembersih kutek. Dan ya, besoknya Leon memutuskan Mawar dengan sepihak. Kejam memang, tapi begitulah sifat Leon.

Leon tergelak. Ia tidak mungkin lupa dengan pengalaman absurdnya itu. "Kalau Mawar sih jangan ditanya, dia itu cewek terempong yang pernah aku kenal. Jangan sampai aku ketemu lagi sama spesies cewek yang seperti itu."

"Hush! Hati-hati karma loh, Bang!" Peringat Manda. Namun tak ayal ia ikut tertawa juga.

Manda menatap Leon yang sedang tertawa, masih ada getar bahagia di hatinya saat menatap kedua mata itu. Masih ada secercah harapan yang diam diam ia panjatkan untuk bisa bersama Leon. Ternyata perasaan Manda masih sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Ia masih mencintai Leon Geraldin. Cinta yang awalnya hanya cinta monyet di masa SMA masih tersimpan sampai sekarang.

Deheman Leon menyentak Manda dari nostalgia masa lalunya, ia menjadi salah tingkah karena kedapatan memerhatikan Leon. Manda tak pandai  berbohong, dan satu-satunya cara agar Leon tidak menyadari perasaannya adalah dengan menatap keluar jendela. Manda pikir itu adalah cara terbaik untuk menghindari Leon, nyatanya saat ia melihat keluar jendela pandangannya malah bertabrakan dengan tatapan tajam milik Ben. Kaca mobil yang transparan dan lampu merah yang menyala membuat dua pasang manusia itu bertemu di saat yang tidak tepat. Padahal tidak ada hubungan serius yang terjalin namun tetap saja menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama pada Ben. Ia pun tak mengerti mengapa ada rasa marah saat melihat Manda bersama pria lain, cemburukah? Entahlah, semuanya masih terlihat abu-abu.

Mr & Ms ChameleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang