Chapter 12

18 2 0
                                    

Manda masih teridam kaku mendengar ucapan panjang lebar dari lelaki di hadapannya. Detak jantungnya bertalu dengan sangat cepat. Perasaanya sekarang seperti nano nano. Senang, bahagia, terkejut, dan heran. Semuanya menjadi satu. Dia tidak menyangka kalau Ben akan mengutarakan perasaannya dengan penuh emosi seperti ini. Dia sendiri bingung dengan perasaannya terhadap Ben. Di satu sisi ia masih yakin bahwa hatinya masih dimiliki oleh Leon, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga merasakan hal serupa pada Ben. 

Manda goyah. Ia tidak bisa mencari tau jalan keluar apa yang tepat untuk keadaan saat ini. "Maaf, Pak. Saya bingung dengan maksud ucapan anda barusan."

Ben menarik rambutnya kebelakang. Ia terlihat berantakan dan frustasi hanya karena wanita. Sungguh bukan sifat Ben sebelumnya. "Jadilah milikku, Manda. Aku tidak suka kita terikat hubungan dengan perasaan yang tidak jelas seperti ini." Ben menatap Manda lekat, mengunci tatapannya dengan seluruh perasaan yang ia miliki. "Katakan kalau kamu juga mengininkanku."

Manda dilema. Dia bahagia karena sosok seperti Ben begitu memujanya seperti ini. Tapi ia juga takut, ia tidak ingin mengulang kesalahan di masa lalu. "Aku takut, Ben. Aku tidak seperti yang kamu lihat. Kamu tidak cukup mengenalku. Aku-"

"Cukup katakan kamu menginginkanku atau tidak Manda." Potong Ben cepat.

Manda mengangguk. Ia tidak ingin berbohong bahwa ia juga menginginkan lelaki ini. Ia tidak suka kalau Ben berdekatan dengan wanita lain, ia selalu suka saat Ben selalu mampu membuatnya tertawa dan kesal dengan caranya sendiri. "Ya, aku menginginkanmu Ben."

Hanya itu. Ben langsung menarik Manda kedalam dekapannya. Hatinya terlampau bahagia saat ini. "Mulai sekarang kamu milikku. Jangan coba-coba dekat dengan lelaki manapun, termasuk Leon. Kita bisa saling mengenal seiring berjalannya waktu. Untuk sekarang cukup seperti ini."

Manda balas memeluk Ben. Ia tersenyum dengan perasaan yang sulit dideskripsikan. Tidak menyangka bahwa ia bisa memiliki hubungan seperti ini dengan atasannya, dengan lelaki yang awalnya ia blacklist dari daftar pasangannya.

Mereka berdua baru mengurai pelukan saat terdengar suara ketukan. Manda salah tingkah saat menatap Ben yang memberinya senyum manis, sembari merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. 

"Masuk." Seorang office boy masuk membawa kopi pesanan Ben sebelum ia memarahi Pak Bonar. Begitu office boy itu keluar Ben kembali menatap Manda masih dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya.

"Nanti malam aku akan menjemputmu untuk makan malam, jangan memakai pakaian terbuka. Aku nggak suka kamu jadi pusat perhatian," ucap Ben sedikit merajuk.

"Aku sejelek itu ya sampai kamu malu?" tanya Manda sedih.

Ben menyentil dahi Manda gemas. "Bukan begitu, kamu bahkan terlalu cantik sampai aku tidak rela kalau ada yang melihatmu selain aku." 

Manda blushing. Tidak menyangka Ben bisa semanis ini.

***

Ben sudah tiba di rumah Manda setengah jam lebih cepat dari waktu yang ia janjikan. Saat ini ia sedang duduk di ruang keluarga bersama Ayah, Bunda dan Mondy -abangnya Manda. Manda sendiri masih belum tau jika Ben ada dirumahnya. Ia masih berjibaku dengan sekelompok make up dan kawan-kawannya.

"Jadi, apa hubungan kamu dan Manda?" Sang kepala keluarga lebih dulu membuka percakapan. Diiringi tatapan mengintimidasi dari Putra dan wajah pucat dari wanita paruh baya disampingnya.

Ben merasakan aura yang tidak mengenakan disekelilingnya. Ia bingung mengapa reaksi keluarga Manda terlalu berlebihan seperti ini, padahal Manda sudah tidak remaja lagi. Dan demi Tuhan, ini hanya sekedar makan malam. Mengapa seperti ia sedang melamar saja?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr & Ms ChameleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang