"Kenapa baru pulang malam-malam begini? Jangan mentang-mentang Papa lagi di luar kota, kamu bisa seenaknya!" tegur Aldo saat aku pulang malam itu.
"Tadi kan aku udah sms kamu, aku ada kerja kelompok. Ini kan belum jam sembilan, Al. Aku juga nggak keluyuran." Kataku membela diri. Dia memang mau mencari-cari kesalahanku.
"Terus pulang naik apa?" tanyanya.
"Dianterin temen."
"Siapa?"
"Temen kelompoklah."
"Namanya siapa?"
"Emil."
"Cowok???" Aldo melotot.
"Kamu kenapa sih?" tanyaku heran.
"Kamu itu perempuan bersuami! Ngapain jalan sama cowok lain?" Aldo makin melotot.
"Siapa yang jalan sama cowok lain? Dia itu searah sama aku. Dan ini udah malam. Temen-temen yang nyuruh dia nganterin aku."
"Tetep nggak pantes! Kamu mau coba-coba selingkuh?"
Ha??!!! Aduh, nih orang kenapa sih marah-marah nggak jelas gini?
"Kamu kenapa sih? Apa pedulimu?"
"Awas ya kalau sampai kamu jalan sama cowok lagi!" ancamnya.
"Kamu apa-apaan sih? Urusan kamu apa pakai ngancem-ngancem begitu?" seruku kesal. Baru pulang. Capek. Diomelin.
"Kamu istriku! Jangan bikin malu keluarga! Ngerti?!"
Aku mengernyitkan dahi. Istri? Sejak kapan dia peduli aku istrinya? Ada yang salah deh sama nih orang!
"Ngerti nggak?!"
Aku kaget mendengar suara Aldo. Wajahnya sudah mirip kepiting rebus. Merah padam. Aku buru-buru mengangguk.
"Ngerti." Jawabku pelan dengan hati bertanya-tanya.
"Cepet bikinin makanan! Aku lapar!" katanya lagi.
Ups! Sejak kapan dia mau makan masakanku? Biasanya juga lebih suka jajan di luar.
"Cepet, Karin! Aku lapar!" bentaknya.
Aku bergegas menaruh tas dan menuju dapur. Masih dengan hati bertanya-tanya. Aldo memang agak aneh belakangan ini. Dia bahkan mau menungguku menyelesaikan praktikum sampai sore. Biasanya dia akan meninggalkanku pulang begitu saja tanpa peduli. Dan yang ini bikin tambah kaget lagi, dia menyantap masakanku tanpa sisa. Membuatku hilang selera makan karena bingung dengan sikapnya.
+++

KAMU SEDANG MEMBACA
AKIBAT PERNIKAHAN DINI
RomanceNamaku Karin. Usiaku 18 tahun. Dan... aku harus menikah.