1.Murid Baru

2.4K 58 20
                                    

#1994#

"Kue..... Kue...."

Aku berteriak dengan lantang di pagi hari agar orang-orang yang sedang berkumpul bersama keluarga sebelum memulai aktifitas di hari yang baru dapat mendengar suaraku. Setiap pagi aku berkeliling kampung menjual kue buatan Emak bersama dengan kedua kakak perempuanku.

Kami berkeliling pada rute yang berbeda. Semenjak Ayah meninggal tiga tahun lalu, otomatis Emak yang jadi tulang punggung keluarga. Sebagai ibu rumah tangga yang berpendidikan cuma sebatas sekolah dasar, Emak tak punya keahlian apa-apa selain masak dan mengurus rumah tangga. Jadi untuk penyambung hidup, agar dapur kami tetap mengepulkan asap, terpaksa Emak membuat kue untuk dijual. Sebetulnya Emak tak menyuruh aku ikut jualan, Tapi aku yang memaksa Emak. Aku ingin ikut andil membantu. Aku tahu, sekolahku membutuhkan dana yang tidak sedikit, sedangkan Emak hanya punya penghasilan dari membuat kue basah, Tentu saja untungnya cuma pas pasan saja. Kadang-kadang aku sedih juga kalau kue yang aku jual tidak habis apalagi kalau tanggal tua, Sedangkan aku harus menabung agar bisa membeli buku-buku pelajaran.

Oh ya Aku hampir lupa..., Namaku Rio, umurku 15 tahun Masih smp kelas 3, Kakakku yang sulung bernama yanti kelas 2 SMU, yang kedua Tina kelas 1 SMU. Aku anak bungsu laki-laki satu-satunya dirumah. Emak sangat sayang padaku Meskipun tak kurang sayangnya pada kedua kakak perempuanku. Biasalah, sebagai anak bungsu memang paling di manja. Walaupun Emak tak bisa terlalu memanjakanku seperti kebanyakan orang-orang yang mampu, Tapi aku bisa merasakan dengan jelas.

Aku mengayunkan langkah walaupun terasa lelah, Kue yang aku bawa diatas kepalaku ini belum habis. Pesan Emak, kalau sudah jam setengah tujuh habis atau tidak aku harus pulang Karena aku harus sekolah.

"kue!"

Terdengar suara memanggilku, Aku berputar mencari darimana asal suara itu. ternyata seorang perempuan sebaya dengan Emak, tapi penampilannya lebih muda. Aku hampiri ibu itu, Sudah tiga hari ini ia selalu membeli kue dariku. Rumahnya cukup bagus, setahuku rumah itu sudah lama kosong. sudah sejak seminggu yang lalu keluarga ibu itu pindah ke rumah ini.
Aku turunkan nampan dari atas kepalaku, Kemudian aku letakkan diatas lantai teras, sementara Ibu itu masuk kedalam, kemudian kembali dengan sebuah piring ditangan. Aku buka serbet bersih penutup kue. Ibu itu memilih milih dan membeli cukup banyak 15 potong.

"berapa semua nak?"

"seribu limaratus rupiah bu" jawabku.

Ibu itu merogoh saku daster yang ia pakai, mencari uangnya.

"wah uangnya ketinggalan di dalam, sebentar ya nak..., RIAN.....!"

ibu itu memanggil mungkin anaknya, Tak lama seorang pemuda jangkung seumuran denganku keluar. Ia mengenakan seragam SMP, Kulitnya putih bersih rambutnya lurus. Aku jadi minder sendiri, karena penampilanku sendiri jauh beda. Aku lusuh, baju yang aku pakai walaupun bersih tapi sangat kusam.

"ada apa ma?", tanya pemuda itu.

"tolong ambil dompet mama di kamar ya"

"sebentar ma!"

Pemuda itu kembali masuk ke dalam, kemudian kembali dengan membawa dompet mamanya, Aku pura-pura sibuk menutup nampan kue.

"ini nak, seribu limaratus kan?" ibu itu mengulurkan uang pas padaku.

"terimakasih bu" Aku mengangkat kembali nampan keatas kepala, Sembunyi-sembunyi melirik anak ibu itu, astaga Ia sedang melihatku juga. Aku jadi malu, tatapan matanya seperti heran atau tatapan menyelidik, entahlah...!.

Cepat-cepat aku berbalik dan kembali ke jalan, Meninggalkan rumah besar itu. Aku baru tahu ternyata orang di rumah baru itu punya anak sepantaran denganku. Sekolah di mana ya dia, Bajunya begitu rapi dan bersih bagaikan seragam baru, Terlihat keren membuatku jadi agak iri, Coba ayah masih hidup, mungkin aku pun bisa punya seragam yang baru. Ah, tapi untuk apa menyesali nasib, hidup ini tak perlu diratapi, Masih banyak hal yang bisa di kerjakan, Tak boleh larut dalam angan muluk, Terima keadaan. Semua orang pasti ingin hidup senang, tapi semua sudah ada garisnya. Kalau aku ditakdirkan hidup bersahaja, itu adalah kehendak yang diatas.

Pelangi Di Langit BangkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang