6. Kebaikan Mama Erwan

583 22 2
                                    


Pulang sekolah aku bersama erwan berjalan kaki, sebenarnya erwan punya sopir yang selalu mengantar dan menjemput dia ke sekolah, tapi beberapa bulan ini ia selalu pulang jalan kaki. Cuma perginya aja yang diantar. Aku sempat nanya kenapa ia tak pulang sama sopir, ia cuma bilang mau jalan aja sekalian olahraga. Kami berdua berjalan di tepi jalan. 
“rio, kerumahku yuk Aku baru beli kaset sega baru..!”. Tawar erwan sambil mengimbangi langkahku yang panjang panjang. 
“nggak ah Malu sama mamamu!”. Aku menolak halus, aku pernah melihat rumah erwan, aku merasa jengah kalau ke rumah erwan Belum tentu orangtua nya suka erwan bergaul dengan anak dekil seperti aku.
“nggak apa apa rio, mamaku nggak gigit kok, lagian aku sering kok cerita tentang kamu, sudah sering mama nyuruh ngajak kamu main kerumah..! kamu mau kan main ke rumah ku?”. Tanya erwan meminta kepastian, melihat wajahnya yang sepertinya sangat berharap aku mau menerima undangannya, aku jadi tak tega Akhirnya aku menganggukan kepala. 
“oke lah, tapi aku mau pulang dulu,jangan sampai emakku kuatir”. Jawabku masih sedikit ragu Erwan tersenyum lebar seperti kegirangan.
“oke rio pokoknya jam setengah tiga aku jemput dirumahmu ya!”
“oke tapi jangan ngaret ya..!”. Aku menegaskan pada erwan Karena aku tidak suka menunggu nunggu seperti orang yang kebingungan.
“oke ku janji Pasti paling lambat setengah tiga datang”. Ujar erwan dengan yakin. Kami meneruskan berjalan pulang ke rumah Setelah sampai di pertigaan kami berpisah, karena rumah erwan belok ke kanan sedangkan aku lurus ke depan. Erwan melambaikan tangan padaku, aku balas sambil terus berjalan. Sampai dirumah aku langsung berganti pakaian, sholat kemudian makan tak lupa aku memberi makan si merah, kucing kecil yang aku temukan dulu Sekarang anak kucing itu sudah agak gemuk dan terlihat sehat Karena aku selalu memberinya makan dengan teratur, dan juga aku selalu memandikannya. setelah itu aku mengayuh sepeda mengambil kue di toko toko. Selesai memberikan uang kue kepada emak, aku minta izin sama emak untuk bermain kerumah erwan. Emak cuma berpesan agar aku tidak macam macam dirumah erwan Aku harus tetap sopan agar orangtua erwan senang.
Aku duduk diteras rumah, diatas bangku bambu menunggu erwan sambil membaca donal bebek. Komik berwarna yang sudah berkali kali aku baca tanpa bosan bosan karena ceritanya yang lucu sering membuat aku tertawa. Tepat jam setengah tiga sebuah mobil kijang berwarna hitam berhenti didepan pekarangan rumahku. Erwan turun dari mobil, kemudian menghampiriku, 
“ayo rio Kita pergi sekarang ok”.
“iya lah sekarang, udah dari tadi juga aku nunggu, sebentar ya aku pamit dulu sama emak..”. Jawabku sambil masuk kedalam rumah menemui emak yang lagi membuat kue didapur.
“mak erwan udah datang, rio kerumahnya dulu ya mak..”.
“iya rio hati hati di jalan ya, Jangan pulang terlalu malam..!”.
“oke mak Rio pergi dulu”. Emak cuma mengangguk sambil tersenyum Sambil berlari lari kecil aku hampiri erwan Kemudian ikut dia naik ke mobilnya Sopir membawa kami kerumahnya erwan.

Sampai dirumahnya, sopir memarkir mobil didalam garasi, aku dan erwan turun Kemudian berjalan ke depan teras ruang tamu rumahnya.
“ayo masuk aja nggak usah malu malu biasa biasa aja lah Mamaku juga lagi tidur siang!”. Ajak erwan sambil melepaskan sandal jepitnya di teras Aku mengikuti erwan masuk. Ruang tamu erwan lumayan besar, ada dua set kursi tamu berukuran besar seperti yang sering aku lihat di sinetron sinetron. Lantai rumahnya begitu mengkilat bagaikan piring makan yang ada didapur rumahku. Begitu bersih, aku pikir walaupun erwan menuang nasi dan makan langsung dilantai rumahnya, nggak bakalan sakit perut saking bersihnya.
“langsung ke kamarku yuk”
“emangnya kamar kamu yang sebelah mana?”. Tanyaku sambil melihat ke sekeliling rumahnya, Gila bagus sekali isi yang ada didalam rumahnya. Lemari lemari besar dari kaca yang penuh dengan porselen dan guci keramik. Vas bunga dari kaca warna warni ada di atas tiap tiap meja yang ada dirumahnya. Sebuah aquarium berukuran besar di sudut ruang tengahnya berisi ikan arwana berwarna merah terang sebesar ikan tenggiri berenang renang dengan angkuh didalamnya. Pesawat televisi super besar dan speaker speaker berderet di bufet pada ruang tengahnya. Aku jadi ingat dengan televisi dirumahku yang masih hitam putih. Tak ku sangka erwan yang disekolah penuh dengan kesederhanaan itu ternyata bagaikan seorang pangeran dirumahnya sendiri. Berjalan pun rasanya aku ragu karena selalu memikirkan telapak kakiku apakah ada tanah atau tidak Aku tak mau kalau sampai aku meninggalkan cap kakiku diatas lantai keramik putih bersih ini. Erwan berhenti didepan sebuah kamar yang berpintu lebar dan tinggi Langit langit rumah erwan begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari langit langit kelas yang ada disekolahku.
“ayo masuk rio tak usah biasa biasa aja Anggap kamarmu sendiri..”. Kata erwan sambil menyibak gorden kamarnya yang berwarna putih Aku mengikuti erwan masuk ke dalam kamarnya. Mataku langsung terbelalak begitu melihat isi di dalam kamar erwan. Sebuah tempat tidur dengan seprei dan bedcover gambar mobil balap warna biru tua Busa per yang empuk dan tebal, miniatur mobil mobil dalam berbagai bentuk dan warna berjejer di rak tempel yang ada di dinding kamarnya Jumlahnya aku taksir mungkin lebih dari limapuluh buah. Pesawat televisi dan video player serta sega melengkapi isi kamarnya, Bahkan ada ac nya. Belum pernah aku melihat dengan mata kepala sendiri sebelumnya kamar semewah ini. Aku menginjak karpet bulu tebal motif kulit macan loreng yang menutupi seluruh permukaan lantai rumahnya. Susah payah aku menahan agar mulutku tak menganga melihat semua ini. Aku hanya bisa menelan ludah Begitu kontras dengan keadaan rumahku. Selama ini aku cuma melihat bagian depan saja rumah erwan. Walaupun hampir setiap pagi ia membeli kue dariku, namun aku cuma duduk di terasnya saja.
“duduk rio, santai aja ya Kalau mau nonton nyalain aja tipinya, aku mau bikin minum dulu bentar!”

Pelangi Di Langit BangkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang