Bab 6

46.8K 2.1K 16
                                    

Dea Pov

UGHHH... SIAL

Bagaimana bisa orang tuaku disini?

Jadi pria yang akan di jodohkan denganku itu Pak Joan? Arghhh. Yang benar saja?

Demi apa punya suami kayak Pak Joan? Astaga.

Kini aku sedang menikmati makan siang di kediaman Anderson. Beserta keluargaku tentunya. Ibu Pak joan tak henti-hentinya mengembangkan senyuman. Pak Joan sejak tadi diam di sampingku. Memasangkan wajah datarnya.

"Jadi, di batam kalian nginap dimana?" Tanya Om Andra, Ayah Pak Joan.

"Di hotel kita, pa. Biar lebih gampang pas peresmian nanti" ucap Pak Joan, kembali menyuap makanannya.

"Lalu? Kamarnya? Kalian tidak sekamar kan?"

"Sekamar. Pak Joan bilang, agar tidak bolak balik. Padahal modusnya aja, buktinya tadi pagi peluk-peluk" ujarku polos, tanpa sadar. "AWWW!!! sakit tauk" ringisku saat aku menerima pijakan dari Pak Joan. Pak Joan melototiku.

"Jadi kalian sekamar? Seranjang?" Tanya tante Clara. Pak joan mengangguk kaku.

"Sebaiknya kalian segera bertunangan" ucap Papaku tegas. Semua yang di meja mengangguk ria. Setuju akan saran Papaku.

"Mmm... maaf om. Tapi kami baru menjalin hubungan baru 3 bulan. Apa tidak terlalu cepat?" Ucap bosku gugup.

"Tidak masalah. Jika kamu serius pada putri saya. Pasti kamu tidak akan keberatan bukan?" Tanya ayahku. Kulirik bosku itu. Dia terdiam memikirkan sesuatu. Dia pasti tidak mau. Ini hanya sandiwara. Mana mungkin dia akan setuju menikahiku. Aku juga tak mau.

"Baiklah" aku menoleh. Menatapnya bingung.

"Baik, apa?" Tanya papaku.

Pak Joan menatapku sekilas. "Saya akan menikah dengan putri anda" mataku terbelalak. Holly shit.

Papaku tersenyum simpul.

"Saya senang dengan keseriusanmu. Saya anjurkan untuk tunangan terlebih dahulu. Untuk pernikahan dilaksanakan 3 bulan ke depan"

"3 bulan? Apa tak terlalu lama?" Ayah bosku itu angkat bicara.

"Tidak. 3 bulan waktu yang singkat. Mereka mungkin belum mengenal satu sama lain lebih dalam" ucap ayahku. Semua di ruang mengangguk membenarkan.

Seusai makan siang, kami pergi salah satu mall di batam. Aku dan papa satu mobil, hanya kami berdua.

"Dea" aku menoleh menyadari panggilan papaku. "Papa tau apa yang kamu sembunyikan" ucapnya serius.

Aku mengernyit bingung. "Maksud papa?" Tanyaku.

"Papa tau itu hanya sandiwara. Hubunganmu dengan Joan" aku tersentak. Papa tau? batinku.

"Mmm... papa tau dari mana?" Tanyaku. Papaku itu terus menatap ke depan. Tersenyum simpul tanpa menoleh.

"Kamu putri papa" ucapnya lembut. "Dari kecil kamu dekat dengan papa. Papa tau persis karaktermu. Gerak-gerikmu saat Makan siang tadi, membuktikan bahwa ada sesuatu yang kamu sembunyikan" ucapnya lagi sambil mengelus kepalaku sayang.

"Maaf, pa. Awalnya Dea cuma mau bantuin Pak Joan. Setelah tau kalau dia yang mau di jodohin sana Dea. Dea pasrah aja. Jodohin atau tidaknya, ujungnya sama aja. Kami di suruh nikah"

"Papa tau. Makanya itu papa ngasih waktu 3 bulan untuk kalian. Kalau ada apa-apa. Cerita sama papa. Mengerti?"

Aku mengangguk.

"Ngerti, pa"

Kami tiba di mall. Ibuku dan Tante Clara pergi ke butik. Ayahku, Om Andra, Pak Joan memustuskan untuk duduk di restoran. Membahas urusan kantor.

Aku dan adikku pergi ke bioskop. Kami memilih untuk menonton Insurgent. Sekuel ke dua divergent. Film favorit. Abis Theo Jamesnya cakep sih. Ughhh makkk...

Filmnya akan di putar 10 menit lagi. Adikku itu sedang memesan minum dan popcorn. Aku duduk di bangku tunggu sambil memainkan ponselku. Seorang pria duduk di sampingku. Bau maskulin nya tercium familiar di hidungku. Aku menoleh karena penasaran. Benar saja dugaanku, pak joan.

"Kok bapak disini? Engga bisa jauh-jauh dari saya, ya?" Ujarku usil. Dia meilirikku malas.

"Jangan mimpi. Saya di paksa ayah saya" ketusnya. Aku mengangguk. Dia merampas tiket yang kupegang. Belum sempat mengomelinya. Dia beranjak menuju tempat pembelian tiket.

"Itu Kak Joan, bukan?" Aku tersentak. Tanpa sadar adikku ini sudah berdiri di hadapanku sambil membawa pesanan tadi. Aku mengangguk.

Perhatian, pintu 6 telah di buka. Bagi para penonton silakan memasuki Pintu 6.

Pak joan berjalan mendekat. Menyuruh kami untuk masuk. Pak Joan memberikan tiket itu pada seorang wanita cantik yang berdiri di ambang pintu. Wanita cantik itu tersenyum malu-malu menatap bosku itu. Tapi yang di tatap tidak menggubrisnya sama sekali.

"Engga cemburu kak?" Bisik adikku saat kami sudah duduk di kursi.

"Udah biarin aja" kataku pelan. Mengingat bosku itu duduk di sampingku.

Posisi kami bertiga di belakang paling pojok kanan. Posisi favorit. bosku itu ternyata juga menyukai posisi duduk seperti ini. Dia duduk paling pojok, aku dan adikku duduk di sampingnya.

Film pun akhirnya di putar. Aku tersenyum malu saat menonton. Duh pengen teriak deh.

"Kenapa senyum-senyum? Gila yah?" Tanya bosku. Perhatiin aku rupanya.

"Engga sih. Si Fournya ganteng amat. Pengen deh nikah sama dia" ucapku. Dia hanya terdiam.

Aku tersenyum kecut saat ada adegan gitu-gitu nya. Penonton pun tampak terbahak-bahak. Aku melirik sekilas ke arah bosku. Dia sibuk berkasak-kusuk di bangkunya. Merasa tak nyaman.

"Kenapa, pak? Kursinya keras?" Tanyaku. Dia menatapku.

Badannya di condongkan ke arahku. Aku mengernyit bingung. Dia menarik tengkukku dan CUP. Mataku terbelalak saat dia melumat bibirku dengan lembut. Lalu, menggigit bibir bawahku yang sukses terbuka. Memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku mulai menikmati cumbuannya. Dan merespon gerakan bibirnya.

Dia sangat lincah memainkan bibirnya.

Kupu-kupu bertebangan di perutku.

Geli...

Manis...

Dan...

"Ehm!!!" Suara adikku menyadarkanku akan sensasi gila itu. Buru-buru kulepas panggutannya. Dia tak rela. Wajahnya menunjukkan ke gairahan. Mungkin 'anunya' bangun pas adegan di film tadi. Dan aku korbannya. Tapi aku menikmatinya.

"Maaf, kelepasan"

Tbc.

Jangan lupa vote dan commentnya yah.... thx

BACA KELANJUTAN CERITA INI DI DREAME!!!

KALIAN BISA LIHAT LINKNYA DI WALL AKU^^

TAP LOVE, DAN CERITA INI AKAN TERSIMPAN DI LIBRARY KALIAN...

TAP LOVE, DAN CERITA INI AKAN TERSIMPAN DI LIBRARY KALIAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
White WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang