Dea Pov
Aku terbangun dari tidurku, saat aku mendengar dengkuran halus di dekatku. Mataku masih mengerjap-ngerjap menatap sebuah tangan memeluk erat pinggangku. Kaki nya menindih kaki ku, seakan aku ini gulingnya. Aku tersentak saat baru menyadari siapa yang memelukku.
Brukk...
Kudorong tubuhnya dengan sekuat tenagaku. Tubuhnya tersungkur kelantai setelah terhantuk meja kecil di samping tempat tidur.
"Aduh..." bosku itu bangkit sambil mengelus kepalanya. Menatapku tajam karena telah menganggu tidurnya.
"Tidak sopan. Kamu mau membuat bos mu lupa ingatan yah?" Kesalnya.
"Yeee.. situ begatal sih! Pake peluk-peluk segala. Situ pikir saya guling, hah? Berani sekali nyentuh-nyentuh saya?" Jawabku tak kalah kesalnya.
"Berani sekali kamu melawan bosmu. Kamu sudah siap di pecat?" Tangannya melipat di depan dada. Menatapku dengan sorot tajam.
"Ya beranilah. Bukan berarti bapak bos saya, main seenak jidat aja yah nyentuh-nyentuh saya. Itu tidak sopan. Kan saya udah siapin tempat tidur buat bapak sofa"
"Saya yang punya hotel. Saya juga pemilik kamar ini. Kenapa saya harus tidur di sofa?" Ihh... ini bos. Pagi-pagi udah ngajak bertengkar. Bawel amat nih orang.
"Salah sendiri tidak memesan dua kamar. Saya tidak bodoh. Itu alasan saja kan? Tentang terlalu repot nanti bolak balik. Bilang saja bapak mau modusin saya" aku tersenyum menggoda ke arahnya. Dia masih memasang muka datarnya.
"Terserah, berbenah lah. Orang tua saya ingin bertemu dengan saya. Kita makan siang dan malam disana" ucapnya lalu beranjak ke kamar mandi.
"Kata bapak ada acara peresmian hotel?" Tanyaku bingung. Ini kenapa rencananya jadi berubah?
"Masih 3 hari lagi. Orangtua saya ingin berjumpa denganmu. 'Pacar pura-pura'. Dandan yang cantik. Saya dengar adik saya. Gadis yang akan dijodohkan dengan saya juga akan datang bersama keluarganya" dia masuk ke kamar mandi. Aku berbalik menyiapkan bajunya. Kesannya aku ini istrinya saja, dih amit amit Ya Allah... punya suami kayak dia...
---
Aku mengepang rambut blondeku seperti 'Elsa Frozen' agar tampak manis. Aku memakai dress putih selutut. Terlihat seperti kebaya. Lalu mengambil depatu kets putihku. Kupoleskan Lipgloss di bibirku. Aku lebih suka dandanan natural. Tampilanku seperti remaja. Jika berdiri di samping Pak Joan. Aku pasti dikira adiknya.
Aku turun menggandeng tas selempangku. Beberapa pria melihatiku. Apa ada yang aneh?
Pak Joan telah menungguku di bawah. Aku keluar dari lift. Dia tampak sedang berbicara dengan satpam disini. Kuakui, dia orang yang ramah. Tapi jika sikap dingin dan ketusnya muncul? Lambaika tangan ke kamera.
"Pak..." tegurku pada bosku. Dia berbalik begitu menyadari panggilanku. Wajahnya terlihat sebal.
"Kenapa la-" dia terdiam. Wajah sebalnya terlihat tegang sekarang.
"Kenapa pak?" Tanyaku.
"P-Penampilanmu" ujarnya gemetaran.
"Kelihatan childishnya ya pak?" Aku merenggut. "Saya ganti baju sebentar yah pak?" Ucapku. Berbalik.
"Cantik sekali" gumamnya pelan.
"Apa pak?"
"Tidak. Ayo cepat. Ibuku sudah menunggu"
---
Kami sampai dirumah Pak Joan. Rumah yang mewah. Besar. Yah, sama besarnya dengan rumah orang tuaku.
Seorang wanita dan pria paruh baya berdiri di ambang pintu. Wajah mereka memancarkan raut bahagia begitu aku dan Pak Joan turun. Pak Joan menggenggam jemariku. Membuatku, engg... membuat jantungku berdegub kencang.
"Ahhh.. ini kekasihmu? Cantik sekali dan masih muda" ucap wanita paruh baya itu lalu memelukku bahagia. Di usianya yang sudah tua, dia masih terlihat cantik. Tubuhnya juga masih ramping, sama seperti ibuku.
"Ayo, ayo silahkan masuk, cantik" ucapnya antusias. Kami duduk di ruang tamu. Menunggu keluarga gadis itu datang.
"Maaf ya, cantik. Ibu tidak tau kalau kalian telah menjalin hubungan sudah lama. Dan saat kamu mengetahui bahwa Joan tante jodohkan. Membuat mu sakit hati kan? Sehingga kamu datang kemari?" Ucap ibu joan. Dia terlihat merasa bersalah. Mungkin menurutnya, dia hampir saja membuat anaknya kehilangan cintanya karna perjodohan itu. Huh dasar. Apa jadinya jika ibunya tau bahwa ini sandiwara.
"Tidak apa-apa kok tan. Salah kami juga, seharusnya kami tak merahasiakan hubungan kami" kukilirik Pak Joan sekilas. Dia tampak tersenyum mendengar cerita bohongku.
Wanita itu tersenyum lirih. Lalu duduk di dekatku. "Ibu harap, kalian segera menikah. Ibu dan ayah ingin sekali menimang cucu" kulirik pak Joan. Dia tersenyum masam mendengar tuturan ibunya.
"Iya, bu. Secepatnya" ucapnya malas.
"Mmm.. Tante. Toilet di mana ya? Kebelet"ucapku polos. disambut senyuman hangat olehnya. Dia memberitahuku. Aku beranjak ke toilet setelah izin.
Author Pov
Mobil alphard berwarna hitam berhenti di depan rumah Joan. Sepasang suami istri turun dengan anak gadis mereka di belakangnya. Mereka membunyikan bel. Sesaat ibu Joan keluar menyambut kedatangan mereka.
"Masuk, jeng. Ayo" ucap ibu joan. Menggamit lengan sahabatnya itu. Mereka pergi keruang tamu dimana Joan dan ayahnya duduk.
Mereka bersalaman. Joan mengernyit bingung begitu melihat sosok gadis muda dengan rambut coklatnya menyalaminya. Apa dia yang akan di jodohkan denganku? Dia kan masih bocah. Batin joan.
Gadis muda dengan kemeja Nila yang di masukkan ke dalam rok pink itu tersenyum malu-malu melihat reaksi Joan.
"Joan. Ini Tuan dan Nyonya Carpenter. Sahabat ibu yang rencana putrinya akan dijodohkan dengan mu" joan melirik gadis muda itu. Ibunya yang menyadari kebingungan putra sulungnya itu, terkekeh.
"Bukan dia, tapi kakaknya. Dia Abigail, masih Sma. Kebetulan kakaknya tak bisa datang. Karena sibuk dengan pekerjaan barunya. Tapi dia baik kok. Ramah pula" ucap ibu joan.
Nyonya Carpenter tersenyum. "Ah jeng. Jangan begitu. Tidak enak. Joan kan sudah memiliki kekasih. Dia ada disini kan? Kalau di dengar gimana? Pasti bertengkar" ibu Joan tersentak. Ia baru mengingat kalau calon menantu cantiknya ada disini.
"Ah iya lupa..." dia celingak celinguk. "... untung saja ga ada" ujarnya. Seluruh orang di ruang tamu itu pada tertawa begitu melihat wajah pucat ibunya Joan.
Seketika kedatangan Dea membuat keluarga itu terdiam. Termasuk keluarga Carpenter terlihat kaget.
"Tamunya sudah datang yah? Maaf lama. Tadi abis-" ucapan gadis itu terpotong begitu melihat keluarga Carpenter. "Ma? Pa? Abby? Ngapain disini?" Tanya dea. Yang sukses membuat ibu Joan dan Joan melotot. Sedangkan ayahnya menggeleng-geleng.
"Me-Mereka orang tua kamu, cantik?" Tanya ibu Joan tak percaya.
"Iya , tante" ucapnya polos
"Ka-kamu Deandra Carpenter? Putri keduanya?" Tanyanya lagi. Di balas anggukan polos darinya.
Joan yang melihat kebenaran ini, langsung komat kamit. Mati aku mati aku.
"Arghhh... dunia ini sempit sekali. Ternyata pacarnya joan adalah putri mu, Lis" ucap ibu joan dengan girangnya. Ibu Dea tersenyum tak percaya. Aduh mati aku. Batin dea.
Tbc.
Keep Vote and Comment ya. Dont be a dark reader.

KAMU SEDANG MEMBACA
White Wedding
Romantizm[COMPLETED] Dea setuju-setuju saja saat Bossnya meminta pertolongan untuk menjadi kekasih pura-puranya demi terhindar dari perjodohan yang dirancang oleh orangtua bossnya itu. Namun, sangat disayangkan jika saat pertemuan keluarga bossnya dengan kel...