Bab 2

58.9K 2.2K 5
                                    


Kringg!!!

"Bye, Wulan"

"Bye, de" ia melambaikan tangannya padaku.

Dia baru saja mengantar ku pulang. Hari yang melelahkan, 7 jam di kampus dengan kelas yang membosankan. Tapi gapapa, minggu depan akan ada test kelulusan. Nikmati aja dulu masa-masa terakhir di kampus. Ceilah...

So its gonna be forever
Or its gonna go down in flames
You can tell me when its over
If the high was worth the pain... Dering ponselku.

"Pasti Kanjeng Ratu, Mamaku" langsung saja aku meraih iphone ku. Dan menjawab panggilannya.

"Hallo?"

"Hallo, de? Minggu depan kamu test kelulusan kan? Persiapin diri
kamu!"

"Iya, ma"

"Ya. Rencana mau kerja dimana kamu setelah lulus nanti?"

"Hmm, entah ma. Mungkin di salah satu perusahaan sukses di sini?"

"Wah, bagus itu. Harus rajin belajar kamu. Biar di terima nanti" jawab mama, senang.

"Iya, pasti"

"Oh iya, mama punya calon buat kamu" jawab mama.

"Aduh maaaa... udah berapa kali sih Dea bilang? Dea masih muda. Masih 19 tahun mah. Ga mau nikah dulu ah" kesalku.

"Apa salahnya sih? Dia itu ganteng loh, baik pula. 3 bulan lagi mama bakal temuin kalian! Coba aja dulu kenalan, ya?" Katanya dengan nada memelas... gini ni.

"Hhh... iyadeh. Kalau aku ga mau, jangan paksa. Deal, ma?"

"Hhhhh... deal! Kamu ini. Yaudah mama pergi dulu. Mama sayang kamu"

"Iya aku juga"

TUT.

Entah apa yang mama pikirkan? Demi Tuhan! Aku masih muda! Yakali disuruh nikah? Emang aku ini Siti Nurbaya versi modern? No way. Aku sudah bilang ke 1000 kalinya ke mama. Aku. Menolak. Yang. Namanya. 'Perjodohan'! Aku berhak memilih hidupku. Tapi setiap kali aku mengatakan itu pada Mama. Dia selalu mencapku sebagai 'anak durhaka'? Apa dosaku, Tuhan...?

Pasrah. Aku sayang Mamaku. Aku sayang Papaku. Aku sayang Adik-Kakak ku. Well, lagipula aku tidak memiliki kandidat 'calon suami' sih. Makanya aku terima-terima aja perjodohan itu. Labil? Emang... namanya juga cewek.

---

Aku telah selesai dengan test kelulusan. Hasilnya juga lumayan bagus, tidak, SANGAT BAGUS!! Hari kelulusan pun telah lewat.

Sekarang, aku sibuk melamar ke sana-sini untuk sebuah pekerjaan. Dan sekarang? Tinggal menunggu apakah lamaran itu di terima?

PINGG!!!

Dengan cepat ku lihat BBM. Wulan.

"Ya?"

Wulan is typing

"Sudah dapat pekerjaan, Princes?"

"Belum. Masih nunggu lamarannya di terima atau kagag. Lo? Queen?"

"Udah, di majalah Elle "

"Eh seriusan? Selamat yaw... seneng deh punya sohib 'hampir' sukses"

"Wkwkwk... apan si? Lo juga. Gue doain diterima. Eh udah dulu yak. Jadwal padat nih. Bye, princes!"

"Aminn... bye, queen!"

Princess and Queen. Itu julukan kami di kampus saat pertama kali masuk. Karna kami terlihat seperti itu. Anggun. Terhormat. Hehh..

Ting Tong....

Aku beranjak dari kasurku, dan berlari kecil ke pintu.

"Ms. Carpenter?" Sapa tukang pos didepan apartement ku.

"Yes, sir?"

"Ini ada beberapa surat buat anda, Ms" jawabnya dengan b.inggris. dan memberikanku surat itu.

"Thanks"

Aku menutup pintuku. Dan duduk di sofa. Ku pandangi 5 surat Yang ada di genggamanku. Surat keputusan lamaranku.

Deg..deg...deg..

Kubuka satu persatu surat itu. Dan semuanya, menerima lamaranku! Astaga! Terima kasih tuhan.... tinggal aku yang memutuskan. Dan aku memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan yang besar. Anderson's Grup. Dan perusahaan yang menerimaku meletakkan posisiku sebagai sekretaris pertama Direktur Utama. O My God. Kudengar gaji untuk sekretaris pertama lumayan besar. Sangat bodoh jika aku menolaknya.

Di surat, aku di perbolehkan bekerja mulai besok. Dan aku harus datang sebelum Direktur Utama datang. Seriously? Of Course. This is for your future, de!!

Buru-buru aku pergi ke butik untuk membeli beberapa Helai baju kantor untuk ku pakai besok. 'Everything will be alright' batinku.

Tbc

Jangan lupa vote dan comment

White WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang