FTW - 10

400 35 0
                                    

            Cahaya matahari yang hangat menelusup masuk melalui celah-celah daun yang renggang. Cahaya keemasaannya memendar dan seolah berkerlip ketika menempa dedaunan berwarna kuning. Beberapa sulur terlihat meliuk di bawah bayangan hangat matahari. Semua tampak seperti emas. Deru angin bermain merdu di sana-sini, diwarnai cicitan burung-burung kecil yang terbang bersahutan. Beberapa pohon buah warna-warni berdiri tegak di beberapa tempat, bahkan harumnya sudah tercium dari jauh. Debur air yang jatuh dari ketinggian bukit bahkan ikut terdengar. Benar-benar tenang dan menenangkan.

Langkah Pangeran Loir dan Dee terhenti ketika melihat pemandangan di depannya. Senyum keduanya terbit melihat betapa indah dan hangatnya kedalaman hutan ini. Kakinya seperti enggan meninggalkan lebih jauh.

Sebuah dehaman memenggal kekaguman yang dilantunkan Dee dan Pangeran Loir dari sepasang mata masing-masing. Dahi keduanya mengernyit melihat sesosok wanita bergaun putih panjang yang menjuntai tersenyum ke arah mereka. Keduanya saling menatap.

"Kemarilah, kalian...."

Wanita cantik itu memerintah dengan suara yang lembut dan merdu. Dan tanpa penolakan, Pangeran Loir dan Dee menurut. Keduanya berjalan pelan. Langkah mereka disambut cicitan ramai burung-burung. Tawa Dee terurai begitu saja tanpa bisa dicegah.

"Berdirilah di sampingku," wanita itu menitah sekali lagi. Dee dan Pangeran Loir lantas beringsut. Di hadapan mereka terdapat sebuah meja panjang dari batu pualam berwarna abu-abu. Batu itu memendarkan berbagai warna ketika tertempa matahari. Senyum kagum kembali terbentuk di kedua sudut bibir Pangeran Loir dan Dee.

Rasa terkesima mereka terus terajut, hingga kemudian luruh ketika wanita itu mengayunkan tangannya ke udara. Dua sosok yang entah tertidur atau mati, melayang beriringan di udara dan kemudian mendarat pelan di meja batu tepat di hadapan Dee dan Pangeran Loir. Tubuh dua sosok yang terkapar itu tampak tidak bernapas. Wajah keduanya tidak asing meski kelihatan damai. Pangeran Loir dan Dee mengenali wajah-wajah itu. Wajah mereka seketika diliputi keterkejutan ketika menyadari satu hal. Wajah dua sosok yang meregang itu... adalah mereka.

Mata Dee membola, nyaris keluar. Sementara Pangeran Loir terbeku di tempat. Jika dua sosok itu adalah mereka, lalu saat ini mereka apa? Apakah roh dari jasad-jasad itu? Kalau benar, ini artinya mereka sudah mati, bukan?

"Ap—apakah itu kami?" Suara Pangeran Loir terdengar serak. Wanita cantik itu tersenyum tanpa menyahut. Dee yang kelihatan syok, maju beberapa langkah. Tangannya menyentuh tubuh dingin yang tergolek di atas meja. Namun, sebelum tangannya sampai, dua jasad itu lebur bersama angin dan berganti menjadi sesuatu yang amat menyilaukan. Dee dan Pangeran Loir sampai harus memalingkan muka.

Hening melingkupi beberapa detik, hingga deru angin kembali tenang. Pangeran Loir dan Dee kembali menatap ke depan. Tiga buah benda; sebuah tongkat berwarna putih, sebuah cermin berbentuk oval yang bercahaya dan sebuah mahkota dengan cahaya keemasan, menjadi tiga hal yang merajai mata mereka setelah membuka. Wanita cantik tadi lagi-lagi tersenyum melihat reaksi Dee dan Pangeran Loir.

"Tiga benda di hadapan kalian ini adalah tongkat keberanian, cermin kejujuran dan mahkota kesetiaan. Tiga pusaka ini tidak akan bisa didapatkan tanpa adanya rasa saling percaya, setia, dan kejujuran di dalam diri masing-masing. Tidak ada siapapun sebelumnya yang berhasil mendapatkan pusaka-pusaka ini sampai sekarang. Tetapi kemudian, kalian melakukannya. Kalian melakukan apa itu yang disebut saling percaya. Kalian menjaga dan melindungi satu sama lain hingga membentuk sebuah kesetiaan. Dan kejujuran, dalam diri kalian mengakui jika kalian saling membutuhkan satu sama lain. Dan... kalian telah mendapatkannya." Wanita cantik itu berkata dengan ramah.

Find The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang