FTW - 11 (END)

799 58 11
                                    

            Beberapa kali tepukan cukup keras di pipi berhasil membangunkan Dee. Peri bunga itu bangun dengan gerakan spontan hingga nyaris hilang keseimbangan. Sayapnya lantas mengepak pelan. Mata Dee jelalatan, kelihatan bingung. "Dimana aku?" katanya dengan tatapan brutal dan wajah bangun tidur.

"Tentu saja di rumahmu, Bodoh! Ada apa denganmu? Kau kelihatan seperti orang bingung?"

Dee mendongak cepat begitu mendengar suara itu. Dan matanya membola seketika. "Emerald? Kau benar-benar Emerald? Kau Emerald, kan?"

Sebuah toyoran mendarat di kepala Dee dengan cukup keras. "Kau ini..., ada apa sebenarnya denganmu, hah? Setelah tidur hampir seharian, dan sekarang kau menanyakan apa aku benar-benar Emerald? Tentu saja aku Emerald, Dee! Kau itu sebenarnya kenapa, sih?" sungut Emerald gemas.

Dee membeliak. "Apa? Tidur seharian? Kau serius?" tanyanya tidak percaya. Emerald berdecak sebal. "Serius, Dee! Tanya saja sana pada bibi Moly, kalau kau tidak percaya. Kau membuatnya kelimpungan, kau tahu?"

"APA?! BIBI MOLY?!" Dee melotot lebar dan berseru heboh.

"Hei! Jangan berteriak! Aku tidak tuli! Astaga..., ada apa dengan sahabatku ini, Tuhan??" Kedua tangan Emerald menengadah ke atas, mendramatisasi keadaan.

Dee menggeleng pelan. "Tidak, tidak, Emi. Ini semua pasti mimpi. Seharusnya aku ada di hutan bersama Loir. Kami berdua mencari Iluvatar sampai harus bertarung melawan makhluk-makhluk raksasa yang—"

"Buas dan menakutkan, begitu? Oh, Tuhan, Dee... sadarlah! Kau ada di dunia nyata saat ini, bukan negeri dongeng. Lihat, sekarang kau ada di atas ranjang empukmu dan bibi Moly sedang membuatkan makanan untuk kita," geram Emerald sekaligus gemas.

"Tapi, bagaimana bisa? Bukankah bibi Moly sedang sakit?"

"Sakit apanya? Kau tidak lihat keadaannya yang begitu sehat sampai-sampai timbangan tidak kuat menahan berat tubuhnya? Dia bahkan selalu bersenandung saat menyiram tunas-tunas Litheas, padahal hujan sudah turun setiap hari."

"Hujan turun setiap hari?!"

Sekali lagi Dee berseru heboh. Emerald terpaksa menutupi kedua telinganya karena takut tuli. "Iya, Dee! Hujan turun setiap hari, tunas-tunas Litheas lahir dan bermekaran dengan indah, tumbuhan yang lain juga tumbuh seharusnya. Tidak ada yang aneh sama sekali, semuanya berjalan normal. Ada apa? Kau kelihatan terkejut? Apa terjadi sesuatu?"

Dee tidak menyahut. Perasaannya masih jumpalitan. Bukankah harusnya dia masih di hutan bersama Pangeran Loir? Bukankah seharusnya mereka masih bertarung melawan hewan-hewan raksasa di sana? Dan bagaimana dengan tiga pusaka yang harus mereka temukan?

Dee berperang heboh dengan hatinya. Dia ingat betul sedang meminta sebuah permintaan pada seekor naga emas di saat-saat terakhir sebelum semuanya menjadi gelap dan lenyap. Di sampingnya berdiri Pangeran Loir yang menunggu. Keadaan saat terakhir yang diingatnya begitu terang dan indah. Tetapi kenapa—

"Sudahlah, Dee... kurasa kau hanya terbawa mimpi. Kau kelelahan dan tidur nyenyak sekali. Sebaiknya sekarang kau bergegas merapikan diri. Sebentar lagi kita harus menghadiri pesta rakyat yang diadakan di halaman istana Queras, kau tahu?"

Mata Dee membola. "Apa?! Istana Queras?"

Emerald mengangguk pelan. "Iya, Istana Queras. Semua rakyat diundang. Kau tahu, Dee, bahkan Pangeran dari kerajaan sendiri yang mengirimi kita undangan. Aku dengar dia sangat tampan dan berwibawa. Wajahnya seperti pualam dan senyumnya mematikan. Kalau dia berjalan—"

Dee tidak lagi mendengar apa yang Emerald katakan. Pikirannya sibuk berputar pada semua hal yang sudah terjadi padanya dan Lor. Semua pertempurannya, petualangannya dan tentang Loir. Bagaimana bisa semua hilang dalam sekali waktu?

Ada perasaan tidak senang yang merambati Dee seketika. Tetapi Dee tidak tahu hal apa itu. Hal apa yang seharusnya tidak ia sukai? Bukankah harusnya dia senang? Ia sudah terbebas dari hewan-hewan raksasa yang mengincar nyawanya dan berhasil ke luar dari Marygold tanpa kekurangan apapun. Ia juga harusnya senang karena apa yang dialaminya bersama Loir hanya mimpi. Mungkin memang seharusnya begitu, tetapi hatinya berkata lain.

Lamat-lamat, Dee mendongakkan kepala dan menatap ke depan. Tatapannya terarah lurus-lururs pada menara Istana Queras yang menjulang tinggi beratus meter jauhnya dari posisinya. Ada hal yang mengganggunya dan perlahan Dee tahu penyebabnya. Laki-laki itu... Dee merasa ada yang hilang. Dee merasa kehilangan separuh hatinya, dan laki-laki itu pasti yang telah mengambilnya. Pasti si Pangeran Bodoh dan cerewet itu, Pangeran dari kerajaan Queras, Pangeran Loir.

Pelan-pelan, Dee meraba dadanya yang berdetak normal dan perlahan rasa sesak menggulungnya. Ternyata benar. Dee telah kehilangan sesuatu. Perjalanannya bersama Loir membuatnya merasa kehilangan. Meski singkat, tapi petualangannya bersama Loir memberi arti banyak baginya.

Dee belajar bagaimana mempercayai seseorang, belajar menerima keegoisannya dan menelannya kembali mentah-mentah. Dee juga belajar untuk lebih berani dan melawan semua rintangan demi menyelamatkan nyawa sendiri dan nyawa Loir. Dan yang terpenting, Dee belajar menerima kehadiran seorang asing dalam hidupnya yang berhasil mengajarinya untuk bertahan.

Dee belajar semua hal itu dalam waktu singkat kebersamaannya bersama Pangeran Loir. Belajar berani, menjadi pemberani, tangguh dan tidak egois. Tetapi, satu hal yang kemudian disadari Dee, ia tidak belajar bagaimana cara untuk menjaga hatinya dengan benar hingga berhasil dibawa separuh oleh Loir tanpa ijin.

Sementara di Istana Queras, Pangeran Loir merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami Dee. Dia merasa kehilangan sesuatu dan itu cukup mengganggu. Setelah berpikir cukup keras, Pangeran Loir menyadari satu hal. Perasaan dan hatinya tidak utuh lagi. Seseorang telah membawanya separuh dan belum mengembalikannya.

Pandangan Pangeran Loir terlempar jauh melewati jendela kamarnya, menembus hutan dan melawan arus angin. Tatapan itu penuh kehilangan dan kerinduan. Dan Pangeran Loir tahu penyebabnya. Peri itu..., peri yang sering dipanggilnya bodoh, yang kini berdiri lurus-lurus searah tubuhnya. Peri yang disadarinya kini mengambil separuh ketenangannya.

"Dee..."

-THE END-

Haaa... akhirnyaa... sampai juga di garis finish petualangan kita

KITA?? *plakk :D

Untuk semua pembaca yang sudah bersedia menikmati cerita ini, saya ucapkan terima kasih banyak banyak banyaaaakkkk sekaliii... terima kasih untuk kesediaan waktunya mampir dan menenggelamkan diri bersama Pangeran Lor dan Dee....

Semoga kalian terhibur ^^

Ayo, selamat menikmati cerita saya yang lain! Sampai ketemu lagi *lambai-lambai cantik*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Find The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang