Part 2

16K 1K 12
                                    

"sudah satu jam kita mencarinya tapi tak ada tanda-tanda Anna ada disini." Kata Ryan. Ya mereka saat ini sedang mencari Anna.

"ANNNAAAAAAAA." Teriak Sophie sekali lagi berusaha memanggil Anna dan berharap Anna menyahutinya dan muncul dihadapan mereka namun hanya keheningan dan suara jangkrik yang terdengar

Mike yang pandangannya tak henti-hentinya terus menengok ke segala arah menemukan objek berwarna putih tak jauh dari tempatnya berdiri.

"apa itu ?" tanyanya. Mendengar suara Mike mereka langsung menatap Mike yang sedang menatap kearah lain, ketiga temannya mengikuti arah pandang Mike dan detik berikutnya Sophie memekik pelan karena terkejut.

"Itu jaket yang dikenakan Anna." Mereka langsung berlari ketempat jaket tersebut. Mike mengambil jaket tersebut dan terkejut saat jaket tersebut berlumuran darah. Sophie yang melihat itu langsung menjerit dan seketika tubuhnya oleng dan lemas yang segera ditangkap oleh George yang berada disampingnya.

"Tidak! Ini pasti bukan darah Anna." Mike menggeleng mencoba menyangkal pikiran-pikiran buruk yang menghampiri otaknya.

"kita harus membawa jaket ini untuk diteliti apakah ini darah Anna atau..bukan darah Anna." Perintah Mike dengan suara lirih di kalimat terakhir

***

Aku terbangun saat merasakan tangan seseorang yang mengelus lembut kening dan rambutku kemudian turun ke mataku, hidungku dan terakhir bibirku. Jari jempol tangan tersebut mengelus lembut bibir bawahku. Aku langsung terbangun dan tersadar bahwa saat ini aku sedang dipeluk oleh ... aku langsung menengok kearah kananku, dan betapa terkejutnya begitu sadar bahwa aku sedang dipeluk laki-laki dengan paras tampan, rahang yang kokoj dan tatapannya yang mengarah pada mataku dengan intens. Ia masih mengelus bibirku, refleks aku langsung menepis tangan tersebut dan mendorongnya menjauh.

"Siapa kau?" tanyaku dengan suara bergetar ketakutan. Aku semakin beringsut menjauh sampai aku benar-benar di pinggir ranjang.

"Dimana ini? Apa yang terjadi? Mengapa aku bisa ada di sin----" pertanyaanku terhenti saat jari telunjuknya menempel di bibirku.

"Ssttt..Mandilah, aku akan menyiapkan makanan dan menjelaskan semuanya padamu." Jawab pria tersebut dengan tatapan yang lembut. Ia menatapku seperti...entahlah aku tidak ingin terlalu percaya diri tapi matanya seolah-olah menyiratkan perasaan rindu yang begitu dalam. Setelah mengatakan tersebut ia beranjak keluar dari kamar yang... wow, begitu luas dan elegan.

Aku baru menyadari ruangan ini begitu unik. Dengan lemari dan lukisan yang terbilang kuno namun elegan. Aku terus memperhatikan ruangan yang aku tempati sampai sebuah ingatan mampir di otakku. Kejadian sore itu, kejadian dimana aku mencari bunga langka dan aku dikejar serigala. Astaga! Apakah aku masih hidup? Ataukah ini mimpi ? aku mencubit pipi tembam ku untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi, dan Aww..sakit, berarti ini bukan mimpi. Lalu siapa pria itu? ataukah dia yang menyelamatkanku dari terkaman serigala besar itu? sebenarnya ini dimana? pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di otakku. Aku turun menuruni ranjang dan berjalan kearah balkon kamar. Aku mengernyit heran saat melihat bahwa rumah yang aku tempati ini di tengah-tengah hutan lebat kemudian aku melihat ke bawah, kearah taman luas yang dipenuhi rumput hijau nan asri namun mataku melebar melihat banyak serigala besar berkeliaran ditaman tersebut. Astaga! Apakah alasan aku dibawa kesini untuk dijadikan santapan mereka? Tidak, tidak. Aku tidak mau. Aku mengeleng-gelengkan kepalaku kuat begitu pemikiran tersebut ada di otakku. Aku harus keluar dari rumah ini. Harus! aku bersyukur saat melihat serigala-serigala tersebut, aku mampu menahan diri untuk tidak berteriak. Jika aku berteriak bisa dipastikan mereka langsung menerkamku detik ini juga.

***

"bagaimana hasilnya ?" Tanya Sophie kepada dokter yang telah meneliti darah yang ada di jaket Anna. Saat ini mereka sedang dirumah sakit untuk mengecek apakah darah di jaket Anna, darah Anna atau bukan.

"ini hasil lab, silahkan dibaca." dokter tersebut memberi Sophie amplop putih berisi hasil laboratorium. Sophie segera menerimanya dan membuka surat itu. Mike, George, dan Ryan langsung mengelilingi Sophie, ikut membaca hasil lab. Sophia berteriak histeris saat mengetahui hasilnya. Ya hasilnya positif. Itu darah Anna. Mike dan yang lainnya pun terkejut membacanya. Mereka tidak percaya bahwa sahabat mereka saat ini telah tiada karna dimangsa hewan buas. Pikir mereka.

***

Aku terus berjalan mengendap-ngendap di rumah ini. Terlalu banyak ruangan dan lorong di rumah ini. Sebenarnya aku tidak yakin apakah tempat ini bisa disebut rumah atau tidak, karna tempatnya yang sangat luas dan megah. Seberapa besar sih rumah ini? Tanya ku kesal. Karna sudah setengah jam aku berjalan di rumah ini tapi tidak kunjung menemukan pintu utama. Aku juga lelah harus bermain petak umpet dengan para pelayan. Namun mataku menangkap pintu berwarna coklat. Pintu itu misterius. Mungkin itu pintu rahasia untuk keluar dari tempat ini. Pikirku. Aku segera berlari ke ujung lorong tempat pintu itu berada. Bahkan aku bisa mendengar suara sepatuku bergema dilorong ini. Sepi dan bulu kudukku berdiri. Tapi aku segera tak menghiraukannya dan membuka pintu tersebut. Gelap, sumpek, bau debu, dan...bau amis. Tempat apa ini sebenarnya? lalu tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seseorang merintih kesakitan kemudian disusul dengan suara orang-orang yang berteriak minta keluar dari tempat ini. Dimana ini? aku terus berjalan mengikuti suara-suara teriakan tersebut. Semakin lama semakin terdengar jelas, itu tandanya aku hampir dekat dengan suara itu berasal. Aku berbelok ke arah kanan di lorong ini, karna ada cahaya lilin disana. Aku berjalan mendekatinya. Aku bisa mendengar suara-suara mereka yang mengatakan "bau darah manusia." aneh. Manusia? memangnya mereka bukan manusia ? mengapa mengatakan seperti itu? saat aku sudah dekat ternyata disana ada banyak jeruji besi. Aku terkejut dan hampir berteriak namun aku segera menutup mulutku dengan kedua tanganku dan yang membuatku tambah jantungan adalah mereka, orang-orang yang dipenjara itu memandangku kelaparan. Seolah-olah aku adalah makanan mereka. Bahkan aku melihat salah satu dari mereka memperlihatkan gigi taring  yang begitu panjang dan tajam. Mata mereka berwarna merah semerah darah, menyeramkan. Detik itu juga mereka langsung bergerombol di pintu jeruji sambil mengulurkan tangan mereka untuk menggapaiku. Aku berteriak dan menjauh namun gerakanku yang tiba-tiba membuatku tersandung dengan kakiku sendiri laku terjatuh. Kepalaku terbentur batu besar di samping jeruji.

"DARAH!!!."

Mereka menjadi ganas, bahkan mereka semua berusaha membuka kasar jeruji besi tersebut. Aku merasakan darah mengalir dari pelipisku. Tapi tiba-tiba salah satu kakiku ditarik oleh mereka yang kebetulan dekat dengan salah satu jeruji besi. Aku berteriak histeris dan meminta tolong. Berusaha melepaskan kakiku dari cengkeraman kuku mereka yang tajam. Aku benar-benar ketakutan, kakiku terus ditarik dan dicakar. Aku menangis. Aku terus berteriak dan berusaha melepaskan kakiku dari cengkeraman mereka lalu dengan sekeuat tenaga, akhirnya berhasil. Aku segera bangkit dan belari terpincang-pincang keluar dari penjara ini. Namun kesialan masih bersamaku. Aku menubruk sesuatu yang keras dan semuanya langsung gelap. Satu hal yang aku sadari, aku mendengar suara geraman seseorang disamping telingaku, sebelum terlelap.

***

*****

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang