Part 8

13.4K 840 47
                                    

"kurung dia, dan jaga jangan sampai dia keluar dari kamar ini." Perintah Alex entah dengan siapa. Perintahnya membuat perasaan ku sakit. Aku dikurung oleh monster kejam di kamar ini. Aku semakin menangis mendengar perintahnya

***

Aku meringis merasakan pusing dikepalaku. Ternyata aku tertidur saat aku sedang menangis tadi. Aku melihat sekeliling kamarku, tidak ada yang berubah. Mungkin Alex tidak menengokku. Tidak! aku tidak ingin mengharapkan ia lagi. Aku berusaha bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Betapa mengenaskannya diriu saat ini. Mata bengkak dan memerah. Rambut kusut, wajah kucel. Sepertinya aku butuh mandi. Walapun kepalaku pusing sekali, tapi aku tidak perduli. Toh kalau sakitku tambah parah tidak ada yang perduli juga kan ? entah mengapa disaat seperti ini, aku merindukan kehidupanku yang dulu. Walapun aku hidup sendirian, tapi aku masih punya sahabat yang selalu memperhatikanku, menyangiku layaknya keluarga. Aku rindu Sophie.

Setelah mandi, dan memakai baju, aku keluar dari kamar mandi lalu duduk ditepi ranjang. Kepalaku semakin sakit. Udara disini juga semakin dingin. Tiba-tiba aku mendengar suara kunci yang diputar. Aku tidak menengok kebelakang. Aku tidak perduli siapa yang masuk. Aku merasa tidak dihargai disini dan hanya dianggap sebagai boneka. Seenaknya diperlakukan kasar tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Luna, aku mengantarkan makan malam." Aku diam saja. Dari sudut mataku. Bi Rose menaruh makanannya di meja samping tidur.

"Luna, kau harus makan, ini perintah Alpha." Bukannya menjawab, aku malah merebahkan diriku di tempat tidur dan berbaring memunggunginya, lalu menyelimuti tubuhku hingga ke leher. Aku tidak ingin mendengar ucapannya. Aku benci semua yang berhubungan dengan Alpha alpha itu.

Bi Rose yang melihat sikapku hanya menghela nafas.

"Luna.."

"Pergi!" perintahku memotong perkataanya.

Tak lama aku mendengar suara pintu ditutup dan pintu dikunci kembali. Kepalaku semakin sakit. Aku hanya memejamkan mata untuk menahan pusingnya. Tanpa sadar aku semakin terlelap dalam tidurku.

***

#Author Point of View

Dave yang melihat Anna ditarik secara kasar oleh Alex hanya bisa menatap nanar. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya saat Alphanya menyuruhnya untuk mencari informasi tentang luna. Ia sangat terkejut begitu mengetahui bahwa yang dimaksud lunanya adalah gadis kecil yang menggemaskan. Tapi Luna tetaplah Luna. Luna akan tetap ditakdirkan untuk seorang Alpha tidak perduli sebesar apa rasa cintanya untuk Anna. Ia hanya bisa mengubur perasaanya dalam-dalam dan berdoa semoga Anna bahagia dengan Alex.

Dave tahu Anna tidak terbiasa dengan sikap Alex yang temperamental, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa untuk melindunginya, karna ia percaya setemperamental apapun Alphanya, ia tak mungkin menyakiti Anna.

Sebenarnya Ia sangat ingin menjelaskan kepada Anna megenai masa lalunya. Tapi ia tak bisa bila tanpa ijin dari Alex. Jangankan menjelaskan, menatap lunanya pun Alex akan sangat marah kepadanya. Itu wajar, karna Alex sangat possessive kepada lunanya. Itu semua karna masa lalu Alex. Alex sudah merasakan rasanya kehilangan orang yang disayanginya. Adiknya! Adik yang sangat Alex sayangi bahkan ia jaga dengan tulus. Mati begitu saja saat perang melawan Vampir. Wilayah werewolf dan wilayah Vampire telah dibagi secara adil oleh para leluhur mereka, saat itu perang terjadi karna Bangsa vampire ingin merebut wilayah bangsa werewolf dan ingin menguasai seluruh wilayahnya. Alex yang saat itu adalah seorang Alpha, harus memimpin jalannya peperangan. Namun sayang. Dari peperangan tersebut terbunuhlah Alexa, adik yag sangat ia sayangi dan ia jaga sepenuh hati. Hal itu memunculkan rasa kesedihan yang amat mendalam bagi Alex. Maka dari itu Alex akan berusaha menjaga apa yang menjadi miliknya. Ia hanya tak ingin merasakan perasaan kehilangan untuk kedua kalinya.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang