Part 6

10.5K 789 10
                                    

Alex mencekram kedua tanganku yang berada di sisi kiri kanan tubuhku, sedangkan ia berada diatas tubuhku. Aku benci posisi ini. Tapi aku lebih benci dengan mata kuningnya yang menyala, seperti mata serigala yang menyiratkan kemarahan. Aku hanya bisa menatap kearah lain, tidak ingin menatap kedua matanya yang menyeramkan itu, tapi sekali lagi, Alex justru mencekeram daguku dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lain mencekram kedua tanganku diatas kepala. Aku meringis saat ia makin memperat cengkramannya di tanganku.

"le-lepaskan aku." Cicitku

"aku tidak suka kau berbicara seperti itu."

"Mau tidak mau, kau akan tetap menjadi pasanganku."

"takdirmu bersamaku." Lanjutnya menegaskan.

"Dengar Anna, aku bisa saja berbuat hal buruk padamu jika kau sekali lagi mengatakan hal sialan seperti itu!" aku tercengang mendengar perkataanya, apakah ini alex? sikapnya benar - benar berubah. Tadi ia begitu lembut, sekarang, sungguh sangat menyeramkan.

"alex."

"Aku bukan Alex."

"Aku Rex bukan Alex." teriaknya marah. tubuhku bergetar ketakutan. auranya begitu mendominasi dan dingin. sangat berbeda seperti sebelumnya.

"berikan aku satu alasan mengapa kau tidak bisa menjadi pasanganku?"

"katakan!" aku menutup mataku memikirkan jawaban apa yang harus aku jawab, dia begitu menakutkan, setelah apa yang kulihat tadi, aku benar-benar begitu takut akan dimangsa olehnya. Mungkin ini sejenis tipuan, sebelum kamu dilahap maka kamu akan dirawat sebaik mungkin dan pada akhirnya kamu akan dilahap juga. Apalagi mengetahui bahwa hanya dirimu saja yang manusia disini, bagaimana kamu dengan mudah percaya begitu saja ? tidak! tidak! aku harus tetap keluar dari sini! Tidak ada manusia yang ditakdirkan jodohnya dengan manusia jadi-jadian seperti dia! Tidak !

"Katakan Anna!"

Aku membuka mataku, dan menatap matanya yang masih berwarna kuning menyala, tatapan matanya menyiratkan kesakitan dan kekecewaan. Oh Tuhan, aku bingung dengan semua ini.

"Mengapa tidak segera kau ucapkan Anna?"

"..."

"baiklah apapun alasan yang ada didalam kepala cantikmu itu, aku tidak akan pernah melepaskanmu, kau aman bersamaku."

"aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta kepadaku Anna, karna aku mencintaimu." 

"Pembohong!" jawabku memberanikan diri. Rex atau alex menatapku tajam. kedua tangannya semakin mencekeram kedua tangan disisiku. 

"Atas dasar apa kau mengatakanku pembohong, Anna?" tanyanya terdengar pelan namun begitu dingin dan menyeramkan. Rex mengendus leherku. mencium aroma tubuhku membuatku memberontak tidak suka dengan sentuhannya.

"Hentikan!" pekikku marah.

"Jawab Anna!!" aku membeku ketika dia berteriak membentakku.

"kita berbeda. aku tidak percaya dengan mahluk mitologi seperti kalian. kau begitu menyeramkan, lex. bagaimana mungkin aku mempercayaimu setelah apa yang aku lihat tadi? kau memangsa harimau!" ujarku frustasi. aku tidak berani menatapnya, walau kutau dia masih menatapku tajam. 

"istirahatlah. kita akan membahas ini nanti. satu hal yang harus kau tau, bahwa takdir tidak bisa diubah oleh apapun, dan aku akan mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku. kalau perlu aku akan mengikatnya agar milikku tidak lari dariku!" aku membeku, aura Rex begitu menyeramkan. Sebelum pada akhirnya ia mencium keningku dengan lembut dan menaikkan selimutku hingga sebatas leher, lalu beranjak keluar dari kamar.

Mungkinkah seorang manusia ditakdirkan dengan seorang werewolf ? mungkinkah Alex benar-benar mencintaiku ? memikirkannya membuat kepalaku sakit. aku tidak terjebak dengannya. apakah aku bisa pergi dari sini? Tuhan, tolong aku..

 ***

Keesokan harinya aku bangun sekitar pukul 7 pagi. Ini pertama kalinya aku bangun sesiang ini biasanya aku selalu bangun lebih pagi untuk berangkat kuliah tetapi sebelumnya aku selalu menyempatkan diriku untuk membuat sarapan.aku menghembuskan nafasku kasar. Aku rindu rutinitas hidupku yang dulu. Oh Astaga, kenapa tidak aku pikirkan dari kemarin , teman-temanku pasti mencariku dan dimana ponselku? dompetku juga tidak ada. Mereka pasti khawatir karna diriku. Aku harus menanyakannya pada Alex. Aku bangun dari tempat tidurku lalu bergegas untuk mandi. Setelah mandi, aku membuka lemari dan menemukan banyak dress anggun dan simple. Aku segera mengambil salah satunya dan plihanku jatuh pada dress warna pink soft yang panjangnya selutut. Dress tersebut tanpa lengan. Aku segera memakainya dan sedikit memoles wajahku dengan sedikit sentuhan bedak dan lipgloss, tak lupa ku sisir rambutku dan kubiarkan rambutku tergerai. Aku segera keluar dari kamar tapi  terkunci. Jadi aku dikurung di kamar sialan ini? Aku menggedor-gedor pintunya berharap ada yang membukanya. Terdengar suara kunci yang diputar lalu pintu terbuka. Muncul Bi Rose dengan senyuman hangatnya, sayangnya saat ini aku sedang kesal dan tidak ingin membalas senyumnya.

"selamat pagi, Luna."

"jangan panggil aku Luna, namaku Anna." Jawabku tegas. Bi Rose hanya menunduk dan tersenyum

"Maaf Luna, tapi itu tidak sopan, Alpha menyuruh kami untuk memanggil anda Luna." Tck aku berdecak kesal. Terserahlah apa katanya. Aku tidak perduli.

"dimana Alex ?" tanyaku to the point.

"diruang makan Luna, Beliau sudah menunggu anda. Mari saya antar." Aku mengikutinya menuju ruang makan. Setelah menuruni beberapa tangga yang berbentuk spiral. Aku cukup takjub mengetahui berapa banyak tangga di rumah ini. apalagi desain interiornya yang terbilang kuno tapi elegant. Tak terasa aku sudah sampai diruang makan.aku melihat disana Alex sedang memeainkan tabletnya dengan serius. aku kira dia tidak mnegethui kedatanganku. Bila diliat-liat, pagi ini Alex sangat tampan dengan setelan formalnya.

"sedang memperhatikanku, hm ? " aku terlonjak kaget mendengar perkatannya. Aku kira ia tidak mengetahui kedatanganku.

"Ba-bagaimana kau tahu?" 

"aromamu." Ujarnya pelan.

Alex berdiri dan merangkul pinggangku lalu mendudukanku di pangkuannya. kenapa harus seperti ini? aku mencoba turun tapi dengan cepat tangan Alex meluncur memeluk pinggangku erat.

"Alex aku bisa duduk sendiri." Ucapku gugup berusaha menormalkan detak jantungku yang entah kapan berdetak tak karuan seperti ini. aku berharap Alex tak mendengar detak jantungku. Bukannya menyingkirkan tangannya tapi Alex malah menyampirkan seluruh rambutku di bahu kiriku dan mencium dan menghirup aroma leherku. aku tak suka seperti ini.

"Alex."

"Makanlah! biarkan aku menghirup aromamu yang memabukkan ini." Ujarnya sambil terus mencium dan menghirupnya. Bagaimana aku mau makan jika aku merasa kegelian seperti ini.

"Alex hentikan. Aku tidak bisa berkonsentrasi makan, jika kau terus seperti ini." Alex menghembusan nafasnya pelan, dan mendongak. Mengelus rambutku pelan.

"dengar Anna. aku tidak berbohong ketika aku mengatakan aku mencintaimu. aku akan membuat perasanmu membalas perasaanku." ujar berbisik. Auranya berbeda. tidak menyeramkan seperti semalam.

"Hm? itu Rex, serigalaku, dan dia begitu possesive denganmu. Aku sarankan untuk tidak membantah ketika bersamanya, Anna." ujarnya lagi mengetahui kata hatiku. aku mengangguk mengiyakan sambil perlahan-lahan memakan sarapanku.

" Kau ingin disuapin ?" tanyanya lagi dengan lembut. Sesaat aku terlena dengan kelembutannya. Tetapi memikirkan ia bukanlah manusia. Aku harus membuang jauh jauh hal yang bisa membuat perasaanku menyukainya.

"tidak, aku bisa sendiri." Aku memakan makanku dengan Alex yag terus memperhatikanku sambil mengelus rambutku lembut. Sesekali ia mencium kepalaku. Entah mengapa ada perasaan hangat dihatiku. Aku masih asyik makan, tiba-tiba seseorang datang dan membungkuk disamping kami. Aku mendongak dan betapa terkejutnya saat aku melihat wajah seseorang ini. Ia..ia adalah sahabat kecilku. Dave.

"selamat pagi Alpha, hari ini ada jadwal rapat dengan beberapa pemimpin Alpha di istana." Ujarnya.

"Dave."panggilku lirih, terkejut melihatnya berada disini

***

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang