Part 2

5K 290 1
                                    

Niken POV

"Sekarang kalian buka Bab Logika matematika!"  semua murid di kelas X IPS 2 mengikuti instruksiku.

"Logika matematika adalah sebuah cabang matematika yang merupakan gabungan dari ilmu logika dan ilmu matematika. Hal penting yang kalian dapatkan dengan mempelajari logika matematika adalah kemampuan dalam mengambil dan menentukan kesimpulan mana yang benar atau salah. Materi logika matematika yang akan dibahas kali ini adalah mengenai Pernyataan, Negasi, Disjungsi, Konjungsi, Implikasi, Blimplikasi, Tautologi, Kontrakdisi, Dua pernyataan yang ekuivalen, Kalimat berkuantor, serta Penarikan kesimpulan."

"Yang pertama kita pelajari mengenai pernyataan. Pernyataan dalam logika matematika adalah sebuah kalimat yang dapat dinyatakan benar atau salah namun kalimat tersebut tidak bisa memiliki kedua-duanya. Pernyataan sendiri dibagi menjadi 2 yaitu, pernyataan tertutup dan pernyaataan terbuka."  aku perahatikan semua siswa masih menyimak penjelasanku.

"Pernyataan tertutup adalah kalimat pernyataan yang sudah bisa dipastikan nilai benar atau salahnya, contoh 2x2=4 sudah pasti benar bukan? 6:2=4 jelas salah. Dan yang kedua adalah pernyataan terbuka adalah kalimat pernyataan yang belum bisa dipastikan benar atau salahnya, contohnya mangga itu manis, kita belum tahu benar atau salah jika belum memakannya. Kalian paham?".

"Na, kalau kalimat, Cinta itu menyakitkan. Itu pernyataan terbuka atau tertutup Bu?"  tanya siswa paling pojok yang telah kuketahui namanya, Afandi itu namanya. Dan pertanyaan macam apa itu yang ditanyakan seorang siswa pada gurunya pada pelajaran sekolah.

"Huh kadang pertanyaan lu encer juga yah, Fan"  Kata Vito. Seminggu mengajar di sini cukup untuk menghafal siswa di kelas ini, karena anak-anaknya luar biasa, pada songong semua.

"Jelas itu pernyataan tertutup dan jawabannya udah pasti benar coy, cinta itu bikin kita sakit hati doang"  timpal Adit yang membuat aku ingin tertawa.

"Gue gak tanya lo kampret."  balas Afandi.

"Oke-oke cukup!! Kalau menurut ibu sendiri itu pernyataan relatif, bisa benar tapi juga bisa salah tergantung yang menjalani. Sudah sekarang lebih baik kalian kerjakan soal yang ada di buku kalian. Ibu beri waktu 20 menit untuk mengerjakan".

"Kok waktunya cepet amat sih, Bu,"  tanya Siska yang aku nilai dia siswi ganjen di kelas ini. Kenapa aku bisa bilang begitu? lihat saja penampilanya, dia niat sekolah gak sih, itu rok pendek amat, besok-besok aku bawain sarung buat dia.

"Ini soal yang mudah, Sis. Itu sudah waktu yang paling banyak, jika kalian benar-benar paham, dalam waktu 5 menit saja kalian sudah dapat menyelesaikannya."  tegasku.
Nahh, ada yang aneh sama si Silvi, Siswi yang aku kira lesbi dan naksir aku, dia kelihatannya murung dan selama aku mengajar dia hanya menunduk. Kenapa tuh anak?

Akhirnya jam pulang sekolah tiba,saat semua siswa sudah keluar dari kelas, kuperhatikan Silvi belum juga beranjak dari tempat duduknya, sebagai guru yang baik ada baiknya aku menghampirinya, mungkin dia ada masalah dan siapa tahu aku sedikit bisa membantunya.

"Saya perhatikan dari tadi kamu terus diam ,kamu ada masalah?".tanyaku dengan sikap seramah mungkin, tapi Silvi masih saja diam.

"Kamu bisa cerita sama ibu, beban kamu akan terasa berkurang, jika kamu mau membagi masalah kamu sama orang lain."
Dia masih saja diam, mungkin dia memang tidak mau bercerita.  Ya sudah aku pergi sajalah.

Aku baru mau membalikan badan untuk pergi tapi tiba-tiba "Kenapa kita harus mengenal kata cinta sih, Bu,"  tanyanya.

Aku mengurungkan niatku untuk pergi dan memilih duduk di sampingnya. "Ada apa? cerita ajah, Ibu bisa jaga rahasia kok,".

"Aku cinta sama dia Bu, tapi sahabatku juga cinta sama dia .Aku harus bagaimana Bu? Aku sayang mereka, aku gak mau kehilangan salah satu dari mereka."

"Ada yang bilang sama saya, kalau cinta itu pengorbanan dan rasa sakit, kamu akan mendapat kebahagian setelah melewati keduanya. Jika orang yang kamu cintai lebih mencintai sahabat kamu, kamu harus belajar untuk merelakannya, karena kamu harus percaya akan ada cinta yang lain yang bisa bikin kamu bahagia, tapi jika orang yang kamu cinta juga mencintai kamu, kamu harus memperjuangkannya."  jawabku yang memilih teori dari Aziz. Ceritanya mungkin hampir mirip dengan kisahku dulu, merelakan orang yang aku cintai untuk sahabatku, yah itu karena mereka saling mencintai.

"Tapi kalau nanti sahabat aku gak mau temenan lagi sama aku gimana, Bu?".

"Itu berarti dia bukan sahabat yang baik buat kamu, jika kamu masih memikirkan perasaan dia, kenapa dia tidak"

"Aaaahh makasih yah, Bu"  tiba-tiba Silvi memelukku dengan erat, aku pun membalas pelukanya, aku berasa memiliki seorang adik.

"Iya-iya, saya jadi penasaran siapa sih, cwo yang kamu maksud?" tanyaku setelah dia melepaskan pelukannya.

"Itu rahasia, Bu. oh ya, Bu Niken udah punya pacar belom sih?"  heran sama ini anak kenapa masih saja menayakan soal itu.

"Penting yah?"  tanyaku.

"Jawab ajah"  desaknya.

"Kalau belum kenapa?"

"Aku punya calon buat Ibu,"

"Kamu mau menjodohkan saya?"

"Kalau istilah jaman sekarang aku mau nyomblangin ibu, bukan menjodohkan".

"sama saja. Saya rasa itu ti-.."  sebelum aku sempat menyelesaikan perkataanku Silvi sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Udah aku jamin Ibu gak bakal nyesel aku comblangin. Aku pulang dulu yah, dadah Ibu"  katanya seranya pergi meninggalkanku.

***

"Mamah aku pulang"  betapa terkejut dan malunya aku, kerena tidak menyadari kondisi rumahku yang ramai. Ini pasti si Mamah pasti lagi pada arisan. Lihat saja udah banyak ibu-ibu yang lagi pada duduk sambil gosip.

Mamah yang tadinya lagi duduk sambil ngobrol dengan salah satu temannya kini datang menghampiriku.

"Kenalin nih, Jeng, ini anak aku satu-satunya namanya Niken." kata Mamah yang mengenalkan aku dengan teman-teman arisanya, aku hanya tersenyum ramah pada mereka.

"wah, cantik anak mu yah, Sum" Kata salah satu teman arisan Mamah.

"Iya, tapi sayang gak laku-laku" aduh, kenapasih, mamah bikin aku malu, pake ngomong gak laku segala.

"Ihh,Mamah apa sih,"

"Jadi belum punya calon nih, gimana kalau dijodohin sama anakku saja, Sum"  Kata temen Mamah lagi.

Ini apaan si? dalam sehari ini udah 2 orang yang mau jodohin aku, emang tampangku kelihatan tulisan butuh dijodohin apa?

"Wah, ide bagus itu, Yul. Kalau gitu kapan kamu mau kenalin anak kamu sama Niken"  Mamah yang mulai antusias. Huh, ini gak bisa dibiarin, emang masih jaman Siti Nurbaya apa pake dijidohin segala.

"Mah, kan, Keke udah bilang, aku punya kriteria laki-laki sendiri yang aku inginkan."

"Aduh, sayang, apa salahnya dicoba dulu, siapa tau dia emang cocok,  iya gak, Yul?".

"Iyah, tapi maaf sebelum kalau saya harus memberi tahu ini, anak saya seorang Duda."
Apah??? Aduh, siram ajah aku pake air deh, maksudnya aku mau dijodohin sama om-om, duda gitu. Oh Tuhan, nasibku jelek amat sih.

"Tenang saja Jeng. Saya tahu kok,  anaknya jeng Yuly. Meski Duda tapi teh, dia Duren, alias duda keren, masih muda mapan lagi"  kata teman mamah satunya lagi yang ikut-ikutan masuk ke obrolan kita. Terserahlah mau Duren kek, mau sawit, mau kelapa, tetep ajah judulnya duda, gak keren banget sih.

"Iya lah, buat saya statusnya gak penting, kalau udah cocok sama anak saya yah, kita jadiin saja" jawab Mamah yang bikin aku super kesel.

"Udah sayang kan, gak ada salahnya dicoba, iseng-iseng lah, daripada kamu gak punya calon sama sekali." kata Mamah lagi.

"Ya udah terserah Mamah. Keke cape pengen istirahat. Misi yah,  tante, Niken ke kamar dulu"  izinku ramah pada teman-teman Mamah.

***

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang