PART 10

4.1K 290 1
                                    

NIKEN POV

Pagi ini aku merasakan tubuhku begitu dingin,kepalaku sakit seperti tertimbun reruntuhan batu,tidak hanya kepala otot juga tulangku terasa kaku.Selimut tebal yang kupakai seakan tidak berfungsi untuk mengurangi rasa dingin ditubuhku,ada apa denganku,huh,pasti saat ini aku terkena Demam.

"Mbak,ayo sarapan"kata Bi Inah yang baru saja datang kekamarku,aku tak mampu menjawab ajakannya,aku masih terus menggigil dibalik selimut.

"Mbak."panggilnya lagi karena aku tak kunjung menyahutinya.

"Mbak,Bang- ya,ampun Non,kenapa?"Bi Inah terlihat panik ketika membuka sedikit selimut yang aku pakai "Ya ampun,badan Mbak panas sekali"kata Bi Inah setelah menempelkan punggung tangannya kedahiku.

"Saya antar Mbak,kerumah sakit yah,"

"Gak-u-sah Bi,ini cuma Demam biasa"kataku yang sedikit terbata, karena tenggorakanku begitu kering sehingga aku sedikit susah untuk berbicara.

"Demam biasa bagaimana,ini panas banget loh,ayolah,Mbak nanti kalau tambah parah bagaimana,kita kerumah sakit sekarang yah,"

"Ta-pi aku gak ku-at jalan Bi,"

"Ya sudah ayo saya bantu"Kata Bi Inah sembari mebantuku beranjak dari tempat tidur."Mau ganti baju dulu atau tidak"?"tanyanya yang melihatku masih dengan baju tidur.

"Gak usah,ambilin aku jaket aja Bi,"

****

Sungguh tempat yang tidak aku inginkan Rumah sakit,selama aku kembali ke Jakarta sudah dua kali ini aku pergi kerumah sakit,dan sialnya ini kan,rumah sakit tempat dimana Reyhan bekerja.Bukan apa-apa sejak kejadian waktu itu,aku tak lagi bertemu atau berhubungan dengan Reyhan,kurang lebih sudah hampir 2 minggu.Yah mungkin keputusan yang tepat untuk tidak berhubungan dengan Reyhan,karena jelas sekali aku masih menyimpan rasa yang lebih untuknya,sedangkan dia mungkin sudah sama sekali tak memiliki perasaan terhadapku,terlihat bagaimana waktu itu dia memperlakukan pasiennya sewaktu kita disupermarket,dia begitu lembut,ramah dan perhatian,yah wajar sajalah dia kan Dokternya memang sudah seharusnya begitu kan,?,tapi itu yang membuatku sadar,selama ini dia selalu bersikap lembut padaku,awalnya kupikir mungkin aku ada harapan untuk bisa mencapai hatinya,tapi nyatanya perlakuannya padaku tak ada bedanya dengan dia memperlakukan orang lain,sebut saja aku sedang cemburu.

"Sudajh berapa hari anda mengalami Demam?"tanya seorang Dokter perempuan yang kukiraka umurnya hampir sama dengan mamahku,

"Sudah dua hari,dari kemaren kepala saya memang sudah agak sakit,tubuh saya juga sedikit panas,tapi kupikir itu hanya demam biasa,tapi hari ini kepala saya bertambah sakit,juga otot dan tulang saya".

"Kalau dilihat dari gejalanya kemungkinan anda terkena Demam Berdarah,untuk lebih menyakinkan,sebaiknya kita melakukan Tes darah."

***

Setelah melakukan beberapa Tes aku dinyatakan fix terkena Demam Berdarah yang akirnya membuat aku harus menginap dirumah sakit ini,sungguh hal yang selalu kuhindari.

"Mbak,apa gak sebaiknya kita telefon Nyoyah dan Tuan"kata Bi Inah ketika aku sudah berbaring ditempat tidur dengan infus ditanganku.

"Jangan Bi,Mamah sama Papah kan,baru ke Jogya kemaren, kasian kalau sekarang harus pulang lagi"

"Tap-tapi Mbak..."

"Udah,aku gak papa kok,Bi".

"Ya sudah Bibi sekarang pulang dulu sebentar, untuk ngambil baju sama perlengkapan yang dibutuhkan Mbak,Mbak gak apa-apa sendirian disini sebentar?"

"Gak apa-apa,lagian disini masih banyak Suster sama Dokter,aku bisa minta tolong mereka kalau butuh apa-apa?"

"Ya sudah,Bibi,pulang dulu sebentar,Mbak tidur istirahat yah",perintahnya yang tak lama Bi Inah pergi meninggalkan aku sendiri disini,sebenarnya sekarang aku ingin menangis,saat aku sakit gak ada yang perhatian sama aku,bukan Mamah sama Papah gak perhatian,aku bisa pastiin kalau mereka sampai tahu aku disini sekarang pasti mereka sudah panik luar biasa,maka dari itu aku memutuskan untuk tidak memberitahu mereka.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang