Bab 3

11.5K 623 11
                                    

Matt sungguh tidak tahu apa yang ada dikepalanya sekarang. Tv dikamarnya menyalah menyuguhkan pertandingan sepak bola yang seru antara Barca dan Madrid. Matt memandang tayangan tersebut menerawang. Meskipun matanya menatap tv tetapi jelas pikiran dan roh nya sedang tidak berada ditempat yang sama.

"Arggg!!! Sialan!!!" Teriak Matt frustasi sambil mengacak rambutnya. Otaknya kembali memutar apa yang terjadi tadi sore. Ditengah emosinya yang entah datang dari mana, hampir saja dia mencium Lilah kalau saja wanita gila itu tidak menamparnya dan mendorongnya dengan kasar sampai kepalanya membentur setir kemudian kabur dengan cepat. Matt senang sekaligus kesal dengan Lilah. Senang karena dia disadarkan oleh tingkahnya yang aneh dan kesal karena dia tidak mendapatkan bibir kejam yang suka melawan itu. Tanpa sadar Matt mengelus pipinya.

"Lumayan juga tamparannya." Gumam Matt tanpa sadar sambil tersenyum seperti org gila.

***

"Manusia satu itu benar-benar.... arg!!!"

"Kenapa lagi sih?"

"Ngga mbak Rose, ini bos aku nyebelin banget." Jelas Lilah

"Yang ganterin kamu pulang tadi?"

"Iya mbak."

"Udah dianterin kok di bilang nyebelin?" Tanya Mbak Rose heran sambil menyeduhkan secangkir teh untuk Lilah. Suara guntur dan hujan semakin menjadi.

"Ya, susah jelasinnya mbak" jawab Lilah kemudian menyambar teh dan biskuit yang disediakan oleh Mbak Rose.

"Makannya pelan-pelan."

Lilah mengangguk kan kepalanya tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Makasih Mbak Rose yang baik." Mau ngga mau Mbak Rose tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah mbak istirahat dulu."

"Met istirahat Mba~~" ucap Lilah dengan intonasi sumbang. Dia sengaja melakukan hal itu untuk menghibur Mbak Rose. Seorang wanita berumur awal empat puluhan yang bersedia menampungnya ketika dia kabur dari rumah.

Lilah kembali mengingat kejadian tadi.

"Benarkah aku baru saja menampar bosku? Ya ampun! Apa yang aku lakukan?" Tanya Lilah pada diri sendiri dan mulai panik. Bagaimana jika Matt benar-benar memecatnya. Matt memang mengira dia akan mendapat pekerjaan dengan mudah tetapi lilah sendiri tidak yakin dengan hal itu. Kepanikan Lilah hilang secepat datangnya.

"Tapi siapa suruh dia mendekatiku seperti itu.... membuatku jantungan saja. Lupakan Lilah!! Lupakan kejadian tadi!" Ucapnya pada diri sendiri.

***

Lilah seperti mengalami dejavu. Bagaimana tidak?? Alarm sialannya bertingkah seenak jidat lagi. Lilah bangun terlambat dan sekarang sedang berlari-lari dan berteriak seperti orang gila meminta seseorang didalam sana untuk menahan lift. Dengan gesit Lilah masuk kedalam lift dan mengambil napas pelan. Dia perhatikan wajahnya di cermin. Wajahnya sedikit merona karena berlari-lari di tengah terik matahari pagi.

"Ekhemm!!" Suara seseorang menginterupsinya. Dia berbalik dan mendapati orang itu sedang menatapnya kesal.

"Kebiasaanmu tidak pernah berubah bukan?" Sindir Matt. Lilah membalas tatapan kesalnya.

"Cih dasar gay sok tahu" suara seorang wanita mirip dirinya mengatakan hal itu. Seolah tersadar Lilah menutup mulutnya dan menatap Lilah takut. Ya tuhan, kenapa mulutnya susah sekali di kontrol.

"Apa kamu bilang???" Tanya Matt geram.

"Ti .. tidak ada bos." Jawab Lilah gugup. Matt berjalan mendekatinya. Sampai tubuhnya terhimpit antara Matt dan dinding lift. Matt menatapnya marah. Tangan kirinya melewati Lilah menekan tombol stop pada lift. Lalu jantung Lilah berdetak kencang.

***

Setelah menekan tombol stop, Matt meraih pinggul Lilah dengan tangan kanannya. Kemudian tangan kirinya mengangkat wajah Lilah yang menunduk. Mereka saling memandang sekian detik lalu tatapan Matt turun ke bibir Lilah kemudian dia melumat bibir mungil itu lembut. Matt dapat merasakan tubuh Lilah menegang tetapi dia tetap melanjutkan ciumannya. Awalnya begitu lembut sehingga membuat Lilah terlena dan membalas ciuman Matt. Ketika Matt merasa Lilah sudah menyerah dengan pasti, ciuman yang dilakukan oleh matt untuk menakuti Lilah berubah menjadi lumatan kasar yang mengairahkan. Kedua tangan Lilah sudah melingkar dileher Matt dan tanpa sadar menjambak rambut Matt membuat pria itu mengerang. Lumatan Matt pada bibir Lilah berpindah kerahang kemudian lehernya membuat Lilah mendesah frustasi. Lilah dapat merasakan sesuatu yang menegang menekan perutnya. Tangan kanan Matt tetap memeluk pinggang Lilah sedangkan tangan kanannya bergerilya dibalik rok Lilah. Ciuman Matt berpindah ke telingah Lilah. Membuat Lilah sedikit menggidik.

"Kau menikmatinya nona mulut ember??" Tanya Matt serak. Pertanyaan itu bagai seember air dingin yang disiramkan kewajahnya bagi Lilah. Dengan panik dia melepaskan rangkulannya dan mendorong Matt hingga terjungkal kebelakang. Lilah menghapus bekas bibir Matt mulutnya tidak percaya.

"Ya Tuhan,, ini mengerikan!!!" Teriak Lilah frustasi kemudian menekan tombol lift hingga lift kembali berjalan dan turun di lantai berikutnya tanpa menunggu Matt yang menatapnya tajam. Setelah pintu lift tertutup. Matt bangkit berdiri dan mematut diri didinding lift.

"Berani sekali dia bilang ciumanku mengerikan!!" Amarah Matt tiba-tiba saja bangkit. Dia merapikan penampilannya dan kemudian melangkah keluar lift menuju ruangannya.

**

readers cerita ini sudah aku post lengkap di Karya Karsa yaaa... kalian bisa baca lebih cepat dengan cara dukung aku di karya karsa😘😘😘😘

https://karyakarsa.com/SiennaBachir/having-a-night-with-mrgay

Maacihhhh

FYI: Cerita sudah tapat di wattpad since 2015.

🙏🙏🙏

Dukung hanya dengan RP 99.900 di Bulan Ulang Tahun Sie untuk dapat mengakses semua karya Sie selama selamanya di Karya Karsa

Sienna Bachir (@SiennaBachir)

Penulis / Jurnalis

PAKET (1)

Dukung Rp 99,900

Hemat 50% SPECIAL BULAN ULANG TAHUN PENULIS

Having a Night with Mr. Gay (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang