BAB V
"Beberapa hari ini berasa di surga"
"Hahah sepertinya kau sangat tidak suka dengan bos kita lilah."
"Begitulah, dia menyebalkan Adrian. Aku heran kau bisa bertahan lama kerja disini." Kata Lilah santai sambil menyandarkan kepalanya pada kursi kerja. Beberapa hari ini Matt tidak menampakkan batang hidungnya dikantor. Dia keluar kota untuk mengurus beberapa hal.
"Dia orang baik Lilah." Jawab Adrian terkekeh.
"Aku tahu, tapi dia menyebalkan."
"Ada apa sebenarnya diantara kalian?"
"Apa?"
"Kalian terlihat mempunyai dendam pribadi masing-masing."
"Sudalah Adrian.. aku tidak ingin membahasnya." Lilah terlihat malas dan Adrian terkekeh.
"Ada acara nanti malam?" Tanya Adrian menatap Lilah fokus.
"Kau ingin mengajakku kencan?" Tanya Lilah langsung dengan wajah berbinar. Dia bukannya tidak tahu bahwa tIm leadernya sedikit menaruh perasaan padanya. Adrian berdeham mendengar pertanyaan jahil Lilah.
"Jika kau mau menyebut menemaniku ke acara amal tahunan sebagai kencan. Maka iya, aku mengajakmu untuk kencan." Terang Adrian. Lilah tertawa dan menepuk pundak adrian.
"Aku ikut. "
"Baik, siap siap jam tujuh malam. Aku akan menjemputmu."
***
Matt memasuki ruangan itu dengan enggan. Dia paling tidak suka dengan acara sosial dimana sebagain orang kaya memamerkan hartanya.
"Kapan acara akan selesai Lexy?"
"Setelah acara lelang selesai bos."
Matt mengangguk dan berjalan ke tempat duduk yang telah disediakan atas namanya dan seketarisnya. Dari mejanya, Matt dapat memandang dengan jelas jajaran orang-orang kaya yang duduk dideretan VVIP. Matt memalingkan wajahnya. Seharusnya di tahu bahwa dia akan bertemu dengan ayahnya di acara ajang pamer harta ini. Tapi tidak, dia tidak akan menemui ayahnya. dia akan menghindar sepanjang acara berlangsung sampai ayahnya bahkan tidak akan menyadari kehadirannya.
Matt meneguk anggurnya dalam sekali telan. Sudah satu jam lebih dia berada di ruangan penat ini. Matt tidak ikut relang manapun. Bukannya dia tidak ingin menyumbang. Baginya masih ada cara lebih baik untuk memberikan sebagian rejekinya pada orang yg membutuhkan. Lagi pula dia tidak ingin ayahnya mrnyadari kehadirannya.
"Kita pulang Lexy."
"Baik Pak."
Matt dan Lexy berjalan beriringan menuju lift. Disaat itu suara terkikik seorang wanita menarik perhatiannya. Matt mengernyitkan keningnya ketika mendengar suara wanita itu. Rasanya dia sangat mengenal suara itu. Matt kemudian memalingkan wajahnya ke sumber suara itu ketika pintu lift mulai tertutup. Tiba-tiba saja sebuah percikan terbit di dadanya yang dengan cepat memanas dan membakar tubuhnya. Rahangnya menegang melihat pemandangan sekilas itu. Matanya menggelap. Dia tahu persis siapa itu dan apa yang sedang mereka lakukan. Tangan Matt mengepal kuat.
-Ditempat yang tidak jauh dari Matt pada saat yang sama-
Lilah terkikik mendengar lelucon Adrian mengenai para orang tua kaya yang berperut buncit. Lilah tiba tiba terbayang wajah ayahnya dan terbahak. Memang tidak baik menertawakan orang tua sendiri, tetapi ayahnya persis seperti apa yang dituturkan Adrian. Lilah tidak sadar Adrian memeluk pinggulnya cukup mesra dan cukup dekat ketika mencoba untuk menenangkan tawanya. Jika di lihat dari sisi yang berbeda, maka orang lain akan menyangka mereka sedang bercumbu mesra. Lilah mulai menghentikan tawanya, bukan karena Adrian menenangkannya atau bagaimana. Tiba-tiba saja perasaanya tidak enak dan entah kenapa pungungnya yang terbuka terasa panas. Seharusnya dia merasa dingin karena gaun backless ini. Pikir Lilah aneh. Tanpa sadar Lilah berpaling kebelakang dan hanya mendapati pintu lift yang tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Having a Night with Mr. Gay (Complete)
RomanceTentang seorang wanita yang gigih dan menyebalkan bertemu dengan Matt, pria matang yang sangat menarik, metroseksual dan GAY. Bencana atau mungkin berkah itu terjadi begitu saja. hasrat dan gairah kedua insan yang bersatu di malam dingin langit Alas...