BAB II
"Aku tidak mengatakan apa-apa sir." Kilah Lilah. Matt menatapya geram.
"Sebaiknya kalian tidak bergosip mengenai siapapun diperusahaan ini. Kalian dibayar untuk bekerja bukan bergosip." Matt menatap satu persatu karyawannya yang untuk pertama kalinya melihat bosnya marah. Mereka sedikit terkejut karena Matt terkenal sebagai sosok yang ramah. Tatapan tajam Matt berakhir pada Lilah yang tampak sama sekali tidak bersalah. membuat Matt semakin emosi. Sebenarnya Matt tidak begitu terpengaruh oleh gosip yang sedang mereka bicarakan. Dia sudah tahu sejak dulu jika karyawannya sudah mencurigainya. Hanya saja kali ini Matt begitu emosi karena wanita berambut hitam ini. Dia tidak terima jika wanita itu menyebutnya gay. Meskipun kenyataannya memang begitu.
"Dan Kau!" Teriak Matt menunjuk Lilah. "Telingaku masih bagus, aku mendengar apa yang kau ucapkan. Tak perlu kau berkila Lilah!"
"Tapi aku hanya bertanya, aku tidak benar benar menyebutmu gay!" Balas Lilah yang di sambut oleh dehaman oleh Adrian. Lilah memandang Adrian bertanya. Teman-temannya terlihat menghindari tatapannya dengan memandang ke arah lain. Sedangkan Matt menatap Lilah dengan tatapan yang semakin gelap. Seolah tersadar bahwa dia baru menyebut bos nya gay, Lilah menutup mulutnya dan memandang Matt ngeri.
"Ikut aku!" Geram Matt menarik lengan Lilah keluar dari resto itu dengan sedikit kasar. Lilah yang tidak mungkin melawan hanya memandang teman-temannya dengan pandangan meminta tolong yang dibalas dengan tatapan pasrah oleh teman-temannya.
Matt membawanya pergi ke taman yang tidak jauh dari resto itu.
"Tidak bisakah kau menjaga mulut embermu itu Lilah?" Tanya Matt. Lilah tampak berang karena Matt menyebut mulutnya ember.
"Mulutku tidak ember!!" Jawab Lilah yang dibalas oleh dengusan oleh Matt. Matt sangat hapal perilaku Lilah dalam mimpinya. Dia selalu membantah.
"Terserah, aku tidak mau dengar lagi kata keramat itu keluar dari mulutmu. Jika aku mendengarnya lagi, aku berjanji kau akan mendapat hukuman Lilah!"
Lilah balas menatap Matt dengan berani.
"Apa? Jika aku mengatakan kau gay, kau akan memecatku??" Tantang Lilah sinis. Dia tidak takut dipecat. Matt tidak akan melakukannya karena dia sangat brillian dalam pekerjaannya.
"Memecat terlalu mudah untukmu Lilah, kau bisa mendapat pekerjaan lain dengan mudah." Matt seolah mendapat ide gila dikepalanya tentang hukuman. Dia berjalan mendekat pada Lilah.
"Apa yang kau lakukan? Jangan mendekat!" Cicit Lilah gelagapan. Tatapan mata Matt padanya menjadi sensual dan itu membuatnya gugup. Lilah merentangkan tangannya di dada Matt untuk mendorongnya menjauh tetapi Matt justru merengkuh tubuhnya dalam pelukan. Lilah menundukkan kepalanya dalam, karena jarak wajahnya dengan Matt begitu dekat.
"Aku akan membungkam mulut embermu dengan bibirku jika kau mengucapkannya lagi." Bisik Matt serak dan melepaskan pelukannya tiba-tiba. Lilah yang sedikit terlena oleh bisikan Matt hampir jatuh jika saja dia tidak mempunyai kendali diri yang tinggi. Lilah marah pada dirinya. Seharusnya dia tidak tergoda oleh gay temperamental ini. Lilah menatap Matt tajam.
"Kita lihat saja nanti sir." Dengan itu Lilah melangkah pergi dengan percaya diri. Matt tidak mencegahnya, Matt justru tersenyum melihat Lilah. Dia persis seperti mimpinya. Matt menelan ludah ketika memperhatikan bokong Lilah yang bergoyang indah saat ia melangkah masuk kembali kedalam resto.
***
"Matt, mengenai Lilah kemarin sore. Aku minta maaf." Ucap Adrian merasa bersalah ketika Matt mengunjungi ruangan divisi mereka pagi itu. Matt mengernyitkan keningnya tidak suka. Siapa Adrian bagi Lilah sehingga Adrian harus meminta maaf secara khusus kepadanya mengenai kejadian kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Having a Night with Mr. Gay (Complete)
RomanceTentang seorang wanita yang gigih dan menyebalkan bertemu dengan Matt, pria matang yang sangat menarik, metroseksual dan GAY. Bencana atau mungkin berkah itu terjadi begitu saja. hasrat dan gairah kedua insan yang bersatu di malam dingin langit Alas...