Penjelasan

200 8 0
                                    

"Hei, ternyata kamu disini. Aku cari di kantin kok gak ada sih?" Jessy menepuk pundakku.
"Iya, tadi aku dari toilet" balasku.

"Mana James? Kalian gak bareng ya?"
"Ta..tadi dia pergi sama teman sekelasnya"
"Oh..btw..kamu udah jajan belum?"
"Belum. Kita jajan yuk"ajakku.
"Oke.."

Kami berdua berjalan menuju kantin. Ketika kami sampai di kantin, aku melihat James menyendiri di pojok kantin.

"Kamu kok sendirian, James?" Jessy mendekati James.
"Eh..aku lagi pengen sendiri aja kok"
"Oh..aku temenin ya"
Kurasa James tidak melihatku. Syukurlah.

Tapi tiba-tiba James membentak Jessy.
"Kan, aku sudah bilang kalau aku mau sendiri. Kamu ngotot banget!"
"Ka..kamu kok kasar sama aku?"
Jessy menangis dan berlari ke luar kantin.

Aku terkejut dan langsung masuk ke kantin.
"Maksud kamu apa? Kenapa kamu bentak Jessy? Dia itu sahabat aku! Kamu tau kan! Jangan gara-gara masalah tadi kamu jadikan Jessy pelampiasan kamu!"

Aku memaki James, aku tidak peduli dengan semua orang yang menatap kami aneh.

"Diam! Kubilang diam!" James berdiri dari tempat duduknya. Dia sekali lagi menarik tanganku dan membawaku ke tempat yang sama, di tempat dia mengatakan perasaannya padaku.

"Hei, lepaskan! Kubilang lepaskan!" Aku berteriak.
Dia mendorong tubuhku ke arah dinding.
"Aw..sakit!"

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud memakimu. Aku hanya tidak puas, aku salah. Tapi tolong, kali ini jangan pernah lagi menghindar dariku!"
"Aku tidak menghindar! Aku hanya tidak ingin melukai hati sahabatku!"

"Jadi, kalau dia bukan sahabatmu. Apa kamu mau jadi pacarku?" James memohon.
"Aku tidak mau!"

"Aku ingin bertanya padamu. Apa kamu suka sama aku?"
"Nggak, aku gak suka sama kamu! Udah puas kan?"
"Kamu harus jujur, aku gak akan berhenti ngejar kamu. Sampai kau bilang kalau kamu suka sama aku" James masih ngotot.

"Terserah kamu! Aku gak peduli! Biarkan aku pergi!"
"Oke..kalau kamu gak mau peduli sama aku. Apa harus aku bilang ke Jessy tentang masalah ini?" James tersenyum licik.

Aku sudah beberapa langkah menjauhi James. Tapi, ketika mendengar ucapannya itu. Kakiku terasa keram, langkahku terhenti, wajahku pucat. Hal inilah yang aku takutkan.

Aku membalikkan badanku ke arah James.
"Jangan pernah melakukan hal itu! Tolong James! Kata kamu, kamu suka sama aku. Kamu gak akan mungkin buat persahabatan aku hancur kayak gitu" aku mulai mendekati James dan memohon padanya.

James mulai berpikir, kelihatannya dia sedikit menyesal dengan kata-katanya tadi.
"Cla, maafin aku. Aku gak bermaksud begitu kok. Aku cuma ingin bersama kamu menjalani hari-hariku dengan ceria"

"Aku akan tunggu kamu di taman air mancur, pulang sekolah ini. Aku akan tunggu kamu sampai kamu datang. Aku yakin kamu pasti datang kok. Terima kasih Clara, atas waktu yang kamu berikan padaku hari ini"
James berlalu dan melambaikan tangannya ke arahku.

Aku hanya diam tanpa suara. Rasanya kepalaku agak berat, penglihatanku kabur agak berbayang, tubuhku mulai tak seimbang, nafasku terengah, dan jantungku berdebar tak karuan.
Aku terjatuh dan pingsan.

Ketika mataku terbuka, aku melihat seseorang berada di sampingku, Jessy.
"Hai, kamu udah sadar rupanya"
"Kita dimana, Jes?"
"Kita di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di depan gedung pusaka lama. Kamu ngapain disitu? Nanti kesurupan lho" goda Jessy.

"Ah, kamu ni. Tapi, kamu kok bisa nemuin aku?"
"Tadi, waktu aku cari kamu di kelas. Di atas meja aku ada kertas yang isinya kalau kamu itu lagi pingsan di depan gedung pustaka lama. Tapi, aku gak tau tuh siapa yang kasih surat itu ke aku"

"Terus, sekarang suratnya dimana? Aku mau lihat dong"
"Hahahah...kamu ini. Itu bukan surat cinta lho"
"Aku serius. Mana suratnya?"
"Nih, baca deh. Siapa tau kamu dapat jodoh, kalau dia laki-laki"

Aku mulai membaca surat itu,

Tolong Jes,
Clara dia pingsan di depan gedung perpustakaan lama. Kamu harus segera kesana. Bawa dia ke rumah sakit sekarang juga.

"Sekarang jam berapa,Jes?"
"Hmm..jam 5, Cla"
"Ha? Jam 5? Kamu serius? Aku telat dong! Ups..." aku menutup mulutku dengan tangan.

"Telat? Kemana? Ngapain?"
"Aku telat ke rumah tante. Aku udah janji sama ibuku. Aku mau ngawanin dia ke rumah tante"
"Tapi, kamu kan masih sakit"
"Gak papa kok. Ngomong-ngomong biaya perawatan aku siapa yang bayar?"
"Ntah, tapi katanya tadi ada anak laki-laki yang udah bayarin ini"
"Oke...aku pulang duluan ya. Thanks Jessy"

Aku berlari dari rumah sakit, meski badan ku belum terlalu sembuh. Aku berpikir tentang siapa orang yang ngirim surat ke Jessy dan siapa yang udah bayar biaya rumah sakit.

"Apa mungkin James? Ah, gak mungkin! Dia kan di taman...oh ya...aku harus cepat..sebelum ketahuan Jessy kalau aku bohongin dia" aku menambah kecepatanku.

"Hosh..hosh..fiuhh..akhirnya aku sampai juga" kataku lega. Aku mencari dimana James.
"Ah, aku yakin dia pasti udah pulang. Emang dia mau nunggu aku 4 jam disini? Gak mungkin!"

Ketika aku memutuskan untuk pulang, aku melihat seorang laki-laki yang mirip dengan James.
"I..itu James? Ah, gak mungkin. Oke, dia belum lihat aku, kan? Aku pulang aja ah"

Ketika aku baru meninggalkannya beberapa langkah. Ada suara teriakan yang menyebut namaku. Aku berbalik, dan tiba-tiba saja James udah ada di hadapanku.

"Kamu kan udah sampai, kok gak bilang aku? Aku yakin kamu mau ngejutkan aku kan? Iya, kan Clara? Jujur deh" James tertawa kegeeran.
"Idiih..kamu geer banget sih. Aku justru mau pulang tau"

"Kok mau pulang? Kan kamu baru sampai?"
"Aku malas disini. Ngomong-ngomong kamu nunggu aku uh lama ya?"
"Hahahah...iya. Baru 4 jam kok"
"Kamu bilang apa? Baru 4 jam? Kamu gak bohong kan?"
"Kamu lucu deh, Cla. Buktinya aja aku udah selesai baca 2 buku novel sambil nungguin kamu"

"Oh...."
"Cuma oh? Ini penantian panjang lho? Kamu cuma bilang oh?"
"Terserah aku dong. Kan aku udah disini, jadi mau kamu apa?"
"Aku mau......."

Mohon bantuannya teman, ceritanya akan berlanjut di episode yang ke tiga

The Secret Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang