Chapter V

815 66 0
                                    

Sepanjang hari aku melihat hyejin tidak berhenti tersenyum. Ada yang aneh dengannya hari ini. Aku terus mengganggunya dan menjahilinya tapi dia hanya tersenyum dan tertawa bahagia. Aku merasakan aku menatapku dengan penuh selidik membuatnya merasa risih. dia menatapku dengan tatapan tidak mengerti.
"kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya penasaran karena sedaritadi aku menatapnya dengan tatapan curiga.
aku menatapnya lebih intens dan mendekatkan wajahku ke arahnya. dia memundurkan kepalanya seiring dengan wajahku yang semakin mendekat. Dengan cepat dia menjauhkan kepalaku dari hadapannya sebelum dia terbentur jendela kelas.
"kau kenapa sih? Aneh sekali". aku mencoba menjauhkan tangannya dari wajahku. Tapi aku masih menatapnya curiga dan mengajungkan jari telunjukku di hadapannya.
"noe... kenapa kau senyum-senyum sendiri? Apa kau melakukan sesuatu yang....". dia langsung memukul kepalaku membuatku berteriak kesakitan. Dia selalu saja memukul kepalaku seenaknya.
"kenapa kau malah memukul kepalaku? Sakit tau". aku mengelus kepalaku yang tadi dia pukul.
"aku tidak terima kau menuduhku sembarangan. Aku tidak melakukan apapun seperti yang kau pikirkan". Katanya kesal. Aku tidak peduli. aku tersenyum licik dan kembali menatapnya dengan tatapan menggoda. Aku suka jika wajahnya memerah karena malu dengan godaanku.
"memangnya apa yang aku pikirkan?". Aku menai-turunkan alisku untuk lebih menggodanya. Wajahnya sudah memerah. Dia semakin cantik jika wajahnya memerah. dia menyembunyikan wajahnya. aku semakin menggodanya dengan cara mencolek-colek lengannya sambil tertawa.
"Yaaaaakkk!!! Kim Jong in. bisakah kau berhenti menggodaku". Teriaknya yang berhasil membuat teman-temanku menoleh kea rah kami berdua. Karena malu dia kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela tidak mempedulikanku yang sedang memanggil namanya manja.
"jangan mengangguku Kim Jong in". katanya dengan menahan rasa kesalnya dan tanpa melihatku sama sekali. Dia benar-benar marah rupanya tapi bukan Kim Jong In namanya jika tidak berhasil membuat Shin Hyejin kembali cerianya.
"katakan dulu, apa yang membuatmu senyum terus sepanjang hari? Ayo katakan". Kataku manja. Dia akhirnya berbalik lalu mengambil nafas terlebih dahulu terus menghembuskannya. Tuh kan dia kembali mempedulikanku.
"ayo ceritakan. Kenapa kau lama sekali". Kataku tidak sabaran. dia mulai menceritakan alasan kenapa dia tersenyum terus menerus.
"tadi aku menemui Chanyeol sunbae lalu memberinya cokelat dan dia tersenyum padaku Jong in. dia tersenyum". Katanya antusias. Saking antusiasnya tanpa sadar dia menguncang tubuhku dengan keras membuatku mengeluh kesakitan. dia tersenyum kaku lalu melepaskanku. Rasanya aku ingin muntah.
"senang sih senang. Bahagia sih bahagia tapi jangan sampai membuatku pusing seperti ini". Kataku sambil menaham pusingku.
"maaf. Aku tidak sengaja. Aku terlalu senang tadi". Katanya menyesal.
"dasar perempuan". Dengusku pelan. Bisakah dia tidak bertindak berlebihan seperti ini. Smeua perempuan sama saja kalau sedang senang.
"kau itu terlalu berlebihan Hye jin. Tidak bisakah kau bersikap biasa saja?" Tanyaku malas.
"Bagaimana aku bisa biasanya saja kalau orang yang aku sukai menerima hadiahku dan tersenyum padaku?. Semua gadis akan berlaku seperti itu Kim Jong in". jelasnya tentang perasaannya saat ini.
"terserah kau saja. Aku mau ke kantin, mau ikut?" tawarku. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. aku muak sekarang. Awalnya aku menerimnya atas nama sahabat yang baik tapi lama-kelamaan aku merasa sangat sakit jika dia sedang menceritakan tentang Park Chanyeol dengan senyum bahagianya. Tidak bisakah kau hanya tersenyum untukku Shin hyejin?. dia menggeleng pelan.
"tidak. Kau pergi saja. Aku takut menganggumu bersama soojung". Katanya dengan senyuman manis. Mataku melebar mendengarnya. Dari mana dia dapat menyimpulkan hal seperti itu? Soojung itu sepupuku dan aku tidak ingin makan dengannya. Aah.. aku lupa, yang Hyejin tahu Soojung adalah kekasihku. Maafkan aku Soojung karena hasru menyeretmu dalam hubunganku dengan Hyejin.
"kenapa kau bisa tahu?" aku kembali berpura-pura. Aku ingin melihat reaksinya saja.
"kau tidak tahu kalau aku bisa melihat masa depan. Dan aku melihat kau akan makan siang bersama soojung". Aku menatapnya takjub, lebih tepatnya berpura-pura takjub. Mana mungkin aku percaya dengan hal seperti itu. Itu sama saja aku menunggu petir pada siang hari yang cerah.
"sudahlah pergi sana. Soojung sudah menunggumu di kelasnya". dia mengusirku.
"tapi kita belum selesai Hye jin. Kau harus menjelaskan ucapanmu tadi". Aku kembali berpura-pura mengancamnya dan kelaur dari kelas.
###

My BestFriend My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang