The Konfliks

3.6K 221 8
                                    

Happy Reading ^_^

-_Meyscha Pov_-

Aku berjalan di tepi hutan rimbun nan terlihat menakutkan itu. Aku ingin sekali melangkah masuk ke dalam hutan itu, namun tak bisa seakan ada yang membuat Portal sihir agar tak sembarangan orang dapat masuk ke dalam area hutan. Aku tak pantang menyerah, aku sangat ingin mengetahui apa yang ada di dalam hutan ini. Masyarakat sekitar mengatakan ini adalah hutan terlarang. Setiap kali orang yang berusaha masuk, dan dapat melaluinya dia pasti tidak akan kembali. Maka dari itu masyarakat sekitar hutan itu disebut dengan Hutan terlarang. Tak jarang di tengah malam, masyarakat sekitar dapat mendengarkan lolongan serigala yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Aku menatap rinci Pohon tinggi yang saling berdekatan, mungkin hanya berjarak 5 meter. Saat melihat sekilas, pohon itu seperti tidak ada apa-apanya. Saat di amati dengan seksama, terlihat pohon itu ada setitik demi titik memenuhi Pohon yang saling berdekatan itu. Seperti adanya pintu yang tertutup oleh cahaya putih. Aku berusaha untuk menembus pintu tak kasat itu namun tetap gagal, mungkin cahaya putih yang menyelimuti pintu inilah yang membuat pohon itu tak dapat sama sekali dilalui walaupun aku sudah berulang kali berusaha untuk menendang, memukul namun hasilnya pun nihil. Pintu yang tak terlihat dan sangat kokoh itu malah membuat tenagaku terkuras dan melemah.

Aku beristirahat sambil memunggungi pohon itu sebagai sandaran. Namun entah apa yang sekarang kurasa. Aneh atau tidak. Aku seperti ditarik oleh angin lembut menuju hutan terlarang. Seperti angin yang hembus lembut, tubuhku seakan mengikuti alur angin itu. Badanku terasa tersengat aliran-aliran listrik kecil. Badanku tersungkur ke tanah dan dedaunan yang menutupi tanah tersebut.

Mata ku membelalak kaget karena aku tiba-tiba saja sudah berada di dalam hutan terlarang dan menembus tembok tak kasat mata. Bagaimana aku bisa?
Tanpa babibu, Aku segera melangkahkan kakiku besar mencari sesuatu yang sepertinya tersembunyi di dalam hutan ini.

Kakiku membawaku ketepi danau luas dengan air sebening kristal. Sepertinya aku mengenal danau ini? Dimana? Bagaimana bisa aku mengenal danau ini?

Air yang terlihat sangat segar di antara panasnya teriknya matahari ini mengundangku untuk menyentuhnya. Segera aku meraup beberapa kali air danau itu ke wajahku yang sangat kelelahan. Lumayan juga air ini dapat membuatku sedikit segar walaupun hanya untuk sementara waktu. Tak sengaja aku melihat setitik cahaya di seberang danau.

Namun mataku menatap kesosok familiar jauh disana. Wanita itu menggunakan baju putih yang lusuh penuh dengan banyak bercak-bercak merah darah dan tanah, wanita itu menyunggingkan Senyuman simpul terhadapku. Matanya yang coklat memancarkan sorot kasih sayang dan merindukan sesuatu. Aku mengobrak abrik ingatanku agar mengingat siapa wanita cantik dihadapanku ini.

Wanita itu mulai mengangkat kedua tangannya mensejajari bahu, telapak tangan yang terbuka seakan ingin memeluk seorang. Kilatan matanya yang sendu membuatku ingin memeluknya, padahal aku sama sekali tak mengenal wanita itu.

Angin yang berhembus mengenai uraian rambut hitam legam bagaikan hitamnya malam hari, beberapa helai rambutnya beterbangan mengikuti hembusan angin dengan lembutnya. Secara perlahan bibir wanita itu terngakat menandakan wanita itu tersenyum. Senyuman yang ikhlas, mempesona dan yang terpenting senyuman itu ditujukan untukku. Bagimana bisa aku mengetahuinya?

"Mey" Suara halus miliknya menyebutkan namaku. Siapa wanita itu? Mengapa dia tak tampak asing dimataku? Dan bagimana juga wanita itu mengetahui namaku?

Rambutnya yang hitam legam itu berkibar layaknya bendera yang terkena angin. Wanita itu sangat cantik dan anggun dengan rambut hitamnya. Walaupun bajunya yang sedikit tidak layak. Warna rambutku dan warna rambutnya sama, bibir pucatnya tidak bisa menghalangi wajahnya yang cantik.

The Wolf Rulling (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang