Happy Reading ^_^
-_Mey Pov_-
Aku berusaha untuk mengetuk-ngetukkan jemariku pada daun pintu rumahku, jantungku masih berdetak sangat kencang. Ketika aku mengingat kembali apa yang baru saja Fandy perbuat padaku itu membuat jantungku berolahraga seperti sekarang yang ku rasakan ini. Aiss sepertinya aku akan gila bila mengingat hal itu. Setiap kali aku mengingat ciuman yang pernah di berikan oleh Fandy, pipiku pasti akan mengalami blushing seperti sekarang ini. Tanganku kuletakkan di kedua pipiku agar menutupi pipiku yang memerah. Beberapa kali juga tanganku ku kibaskan di depan wajah ku yang terasa panas
"Aku akan membiarkan lelaki itu sakit-sakitan. Mungkin aku akan membubuhi racun dalam makanannya agar secepatnya tewas dan tak ada yang menjadi benalu di rumah kita" Suara perempuan dengan nyaring terdengar hingga di teras rumah. Aku sangat yakin itu adalah suara milik ibu tiriku.
Mengapa dia tega untuk membunuh ayahku. Apakah dia tak menyayangi ayah. Yang ku tahu dia tak pernah menganggapku sebagai anak tirinya melainkan pembantunya. Aku tidak mempersalahkan jika ibu tiriku tak menyayangiku, yang aku harapkan dari dia adalah dapat menjaga ayahku dengan baik. Itu saja pintaku. Namun sepertinya ibu sudah merencanakan sesuatu yang sangat keji.
"Aku setuju dengan ibu. Aku berharap ibu dapat menikah dengan orang yang lebih kaya dari pada kakek- kakek itu yang sudah sakit-sakitan. Atau biarkan saja dia, bu. Tinggalkan dia dengan anak gadis kesayangannya itu" Ucap Bryan kakak tiri laki-lakiku membalas ucapan ibunya.
Aku mendengar semua percakapan antara ibu tiri ku dan kakak tiri laki-laki ku itu membuatku sedikit sakit yang menjalar ke hatiku yang paling kecil. Membuat ribuan jarum menusuk secara satu persatu tepat di jantungku membuat aku merasa sesak, serasa udara di sekitarku meluap entah kemana. Tanpa ku sadari setetes demi tetes air mataku turun membuat menganak sungai di pipiku. Aku berharap apa yang ku dengar hanya mimpiku, bunga tidurku yang selalu membayangiku.
"Ibu!!! Ibu!!" teriakku sambil menggedorkan pintu dengan cukup keras.
Aku mendengar derap langkah yang mendekati pintu dan mulai membukakan pintu itu. Timbullah ibu dan kakak tiriku di depan pintu. Lalu ibu tersenyum misterius dengan penuh arti. sedangkan kakakku hanya menatapku dengan intens membuat diriku merasa aneh ketika di tatap dengan tatapan seperti itu.
"Dasar gadis jalang! Kemana saja kau ini. Kau tak membawakan makanan untuk kami." Kata ibuku lalu mulai menjabak rambutku. Dia menarikku kearah kamar mandi. Segayung air mengenai tubuhku. Ibuku berusaha untuk tetap mengguyurku namun aku meronta untuk di lepaskan. Tapi apa daya tubuhku yang kecil, mungil berbanding terbalik dengan ibuku yang kurus dan tinggi.
Aku melihat kakakku hanya tersenyum kecil penuh arti di depan pintu sana. Memandangku dengan tatapan merendahkan. Setelah ibu puas mengguyur tubuhku dengan air, ia pun melangkah menjauhiku dan membisikkan sesuatu di telinga kakak tiriku. Pada saat bersamaan kakak tiriku itu tersenyum lagi terhadapku. Aku melihat ibuku yang mulai menghilang di pandanganku.
Seluruh tubuhku mulai menggigil, Aku berusaha menghilangkannya dengan menggigit bibir bawahku. Aku melihat Bryan telah mendekat kearahku. Dia menatapku intens. Dia mulai membasahi bibirnya yang mengering. Dengan secepat kilat dia mengambil tengkukku lalu melumat kasar bibirku. Aku berusaha berontak namun kedua tanganku di pegang oleh tangan kanannya, sedangkan tangan yang lainnya mulai menarik tengkukku agar lebih dekat dengannya. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghindar dari ciuman kasar Bryan.
Tidak ini seharusnya tidak boleh terjadi. Aku ini adikmu Bryan!! Aku ini adikmu!! hatiku menjerit histeris. Aku berusaha untuk tenang menghadapi manusia di hadapanku ini. Aku berharap aku akan dapat berfikir untuk melepaskan diriku darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf Rulling (END)
WerewolfSebuah cerita yang menceritakan tentang Wolf Rulling. apasih Wolf Rulling itu. Mari baca.. Happy Reading ^_^ -- Meyscha Laurent Garwine-- -- Fandy Derren Eissenberg --