Fate

132 8 0
                                    

"Laut" Aresha bergumam sendiri ketika memandang hamparan ombak yang ada didepannya. Bintang mengajaknya ke Laut. Tempat yang paling ia hindari,paling ia takuti.

"AYAH!" Aresha berteriak histeris saat melihat ombak besar menghantam kakinya. Ia benci ombak! Bawa gadis ini pulang sebelum ia akan berteriak seperti orang gila lagi.

"Eh lo kenapa?" Bintang panik saat melihat Aresha berjongkok sambil memegangi kepalanya setelah berteriak histeris memanggil ayahnya. Ada apa dengan gadis ini?

Bintang berjongkok dihadapan Aresha, menarik tangan gadis itu lalu membawanya kedalam pelukan hangat Bintang. semoga ini bisa membantu. Ucapnya dalam hati.

Aresha masih ada di dalam pelukan Bintang, gadis ini belum menghentikan tangisnya yang masih mengeluarkan air mata yang membasahi kaos Bintang.

"KITA PULANG!" Aresha berlari menuju tempat dimana motor Bintang diparkirkan. Ia bisa mati jika berada ditempat ini walau hanya beberapa menit.

Dan disinilah mereka. Di sebuah Cafe yang lumayan ramai dengan anak anak muda yang sedang bermalam mingguan. Laut tadi tidak seberapa jauh dari pusat perbelanjaan, akhinya Bintang mengajak Aresha untuk mampir sebentar kedalam cafe ini.

"Maaf gue gaktau kalo lo benci laut" Bintang menundukan wajahnya, ia benar benar merasa bersalah saat melihat wajah pucat Aresha saat ini.

"Bukan salah lo" Aresha memejamkan matanya sejenak untuk menetralkan pikirannya yang kacau. Ingatan kelam itu datang lagi, mengusik tanpa aba aba.

"Lo gapapa?" Bintang menegadahkan wajahnya, menatap Aresha yang saat ini sedang memejamkan mata sambil menghela napas berat.

"Gue gakpapa serius deh. Eh ngomong ngomong lo tau rumah gue darimana? Gue lupa gak sempet ngasih tau alamat rumah gue ke elo" Aresha mencoba mengalihkan pembicaraan mereka yang awkward abis ini. Ia juga teringat saat Bintang datang ke rumahnya padahal ia lupa memberitahu alamat rumahnya pada lakilaki ini.

"Dari Deyna" Ucapan Bintang mampu membuat Aresha terdiam kaku. Bagaimana bisa lakilaki ini menayakan rumah seorang gadis pada wanita yang menyukainya? Deyna memang pernah mengantar Aresha pulang saat tas Aresha dibawa Bintang waktu itu.

"Lo sebenernya tau gak si kalo Deyna suka sama lo?" Aresha penasaran tentang perasaan Bintang pada Deyna. Laki laki ini tidak peka atau purapura gak peka sih?

"Tau. Dia pernah nyatain perasaannya berkali kali sama gue" Ini gila! Bagaimana mungkin gadis secantik Deyna mengejar ngejar Bintang dengan segitunya? Aresha akui Bintang memang tampan, tapi tidak seharusnya seorang gadis mengejar ngejar lakilaki secara berlebihan seperti ini.

"Trus kenapa lo gak nerima dia? Setau gue Deyna cantik dan baik" Aresha bingung sendiri saat menanyakan hal itu pada Bintang, sejak kapan gadis ini jadi ingin tahu urusan orang lain. Entahlah jika berhubungan dengan Bintang Aresha yang irit ngomong akan berubah cerewet.

"Fate" Aresha bingung saat mendengar jawaban Bintang yang melenceng dari topik, kenapa dia menjawab Fate yang artinya takdir? Sedangkan Aresha menanyakan perasaan Bintang pada Deyna. Ternyata benar, lakilaki ini gila.

"Takdir gak ngijinin gue buat cinta sama dia" Bintang meralat ucapannya saat melihat Aresha yang memasang wajah bingungnya, gadis ini tidak sepintar yang Bintang bayangkan ternyata. Lemot.

"Jadi lo gak cinta sama dia?" Aresha yang baru mengerti arah pembicaraan Bintang memastikan jika kalimat yang diucapkan Bintang bermakna jika ia tidak ada perasaan pada Deyna.

"Kok lo kepo si" Bintang terkekeh melihat Aresha yang sangat penasaran tentang perasaanya pada Deyna, apa jangan jangan kakak kelasnya ini ingin memastikan jika ia single dan bebas didekati siapapun tanpa ancaman dari wanita lain?

"Yaelah gue kan cuman mau mastiin" Aresha jadi salah tingkah saat Bintang meledeknya kepo. Laki laki ini benar benar menyebalkan!

"Mastiin kalo lo bebas deketin gue?" Bintang mengucapkan katakata absurd itu dengan ditambah seringaian yang sama saat pertama kali mereka bertemu di kamar mandi. Seringaian nakal yang mampu membuat Aresha lari terbirit birit hingga meninggalkan tasnya.

"Ih najis" Aresha mendecih saat Bintang mengatakan kalimat yang sangat menjijikan itu. Laki laki ini selain gila ternyata juga pede abissss.

"Hahaha" Bintang tertawa terbahak bahak saat melihat wajah Aresha dengan ekspresi kesalnya yang sangat menggemaskan. Gadis berwajah bulat dan berlesung pipi ini sangat manis saat menaikan bibirnya dan mencibir. Cantik, sangat cantik menurut Bintang.

"Dasar gila! Dari awal gue emang gausah nerima tawaran lo buat jalan berdua kayak gini" Aresha jadi menyesali keputusannya saat menerima tawaran Bintang tanpa memikirkan akibatnya. Aresha lebih memilih menonton film ditelevisi bersama Bi Inah hingga bosan daripasa harus jalan keluar bersama Bintang yang kelainan jiwa.

"Lo lucu kalo udah manyun gitu, cium juga nih" Bintang memajukan bibirnya untuk mencium Aresha, tetapi baru maju satu centi saja pipinya sudah digeplak menggunakan daftar menu yang tersedia di meja.

"Sakit jiwa lo sumpah! Gue balik naek taksi aja. Gaakan gue mau lo ajak keluar lagi!" Aresha benar benar kesal pada Bintang yang sekarang sedang tertawa terbahak bahak. Aresha bangkit dari duduknya hendak pergi meninggalakan laki laki gila ini yang sekarang menjadi pusat perhatian didalam Cafe.

"Eh eh, jangan tinggalin gue sendirian dong,masa iya ganteng ganteng jones" Bintang mencekal pergelangan tangan Aresha yang hendak pergi meninggalkan meja mereka dengan wajah merah menahan amarah.

"Lepas" Aresha hendak menarik tangannya yang sekarang digenggam Bintang dengan kencang. Bintang bangkit dari duduknya tanpa melepaskan genggaman tanganya pada Aresha. "Sensi banget si Bu, Guekan cuman becanda" Bintang bergumam dengan pelan tepat di telinga Arsha yang membuat gadis ini merinding. "Kita pulang bareng, lo pergi sama gue, masa iya pulangnya sama supir taksi" Bintang menarik tangan Aresha, membimbingnya menuju parkiran. Aresha tidak berontak dan ia tidak perlu repot menggusur Aresha menuju parkiran.

**
"Sama sama" Bintang menyindir Aresha yang turun dari motornya tanpa mengucapkan terima kasih atau menawarkannya untuk masuk terlebih dahulu. Benar benar manis gadis ini.

"Pergi lo, gue males liat muka gembel lo" Aresha sudah berada didepan gerbang saat mendengar Bintang menyindirnya yang berlaku tidak sopan padanya. Untuk apa sopan pada laki laki gila ini!

"Duh kamu perhatian banget ya sama aku, kamu gamau aku kenap kenapa dijalan kalo pulang kemaleman kan" Bintang pura pura terharu dengan mengusap ujung matanya yang tidak berair sama sekali. Jam memang sudah menunjukan pukul 22:21.

"Ih najis gusti" Aresha memasuki rumahnya setelah membanting pintu gerbang dengan sangat kencang, meninggalkan Bintang yang sedang tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya. Gadis ini mampu membuatnya tertawa lepas tanpa beban. Bahkan Bintang lupa kapan terakhir ia tertawa selepas ini.

Bintang menghentikan aksi tawanya, menyalakan mesin motor lalu menjalankan dengan kecepatan penuh.

**


"

Beloved TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang