Aresha sudah sampai di depan rumahnya, tersenyum saat Bi Inah-pembantu rumah tangga- datang membukakan pintu, hanya wanita ini yang menemaninya dirumah.
"Non mau langsung makan?" Bi inah mengambil alih tas aresha, menyimpannya disofa ruang keluarga. Aresha bingung kenapa juga harus ada ruang keluarga jika didalamnya tidak ada keluarga yang menggunakan ruangan ini.
"Aku mau tidur aja Bi" Aresha menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Aresha lelah. Hari ini terlalu rumit baginya.
Sesampainya dikamar, Aresha sudah mencuci muka dan berganti pakaian, ia sudah siap untuk tidur siang. Tetapi matanya enggan menutup, otaknya mengulang kejadian tadi siang saat ia melihat Bintang mengerang kesakitan. Ada apa sebenarnya dengan Laki laki itu?
Aresha mengambil Handphone nya, membuka twitter untuk mencari akun laki laki itu. Pertama tama Aresha mengetik nama Bintang untuk kata kunci. Lalu muncul nama Bintang Adijoyoto Pramono. Aresha mengklik nama tersebut karena terdapat foto Bintang didalamnya.
Bintang_AP Galau banget gaada ibu
Bintang_AP ibu nyuruh cepet kawin
Bintang_AP kakak kelas cantik banget mirip Isyana
Halahh twitt twitt Bintang tidak bermutu sama sekali. Dasar anak ibu. Tapi yang Bintang maksud kakak kelas itu siapa yak? Aresha rasanya ingin menjambak rambut laki laki itu. Hidung belang. Di twitter Bintang juga banyak mention mention dari Deyna. Gadis itu kenapa sangat gencar mengejar Bintang? Buang buang waktu saja.
Aresha mulai menutup matanya. Berkhayal lalu terlelap. Kebiasaanya sebelum tidur adalah membayangkan hal hal yang membahagiakan, hingga ia mulai tertidur dengan tenang.
***
"Sha ada yang nyariin tuh didepan kelas" Frida teman sekelas Aresha berdiri didepan Aresha yang sedang bersenda gurau dengan Lana, memberi tahu jika ada seseorang yang mencarinya.
"Siapa?" Aresha belum beranjak dari tempat duduknya, menunggu jawaban yang akan di berikan Frida. Tetapi gadis itu hanya mengangkat bahunya lalu beranjak pergi ke bangkunya.
Karena penasaran Aresha beranjak untuk menemui seseorang itu, diikuti Lana yang ada dibelakangnya, mungkin dia juga penasaran siapa orang yang sepagi ini ingin menmui sahabatnya.
Sesampainya di luar Aresha dikejutkan dengan berdirinya Bintang diambang pintu, tangan nya menenteng tas berwarna Pink Lembut yang diyakini tas itu milik Aresha.
"Nih tas lo" Bintang menjulurkan tangannya untuk memberikan tas yang tadi di tentengnya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman manis.
Aresha mengambil alih tas miliknya. Ia masih memasang wajah datar menggemaskan. "Thaks" Aresha beranjak hendak menuju kedalam kelas lagi, tetapi tangan seseorang dengan lembut menahan lengan kanannya. "Yang kemarin itu lupain aja, kemaren gue lagi belajar nari" Bintang pergi setelah mengucapkan kalimat konyolnya itu. Dasar gila! Mana ada nari sambil teriak teriak pikir Aresha.
"Emang kemaren ada apaan sha?" Aresha lupa jika disampingnya masih ada Lana yang memasang wajah bingungnya. Sebentar lagi temannya yang super kepo ini pasti akan mengeluarkan pertanyaan pertanyaan yang membuat Aresha hendak pingsan.
"Bukan apa apa" Aresha sudah duduk dan menyembunyikan wajahnya dibalik buku Fisika. Sebentar lagi pertanyaan itu akan dilontarkan oleh Lana. Siap siap menutup telinga.
"Lo kemaren ketemuan sama Bintang?"
"Jangan jangan lo udah jadian lagi sama dia"
"Emang dia kemaren belajar nari apa? Jangan bilang lagu Baby Maybe nya SNSD"
"Ih Sha kok lo gajawab si?"
"Bintangkan---" Kalimat Lana terhenti saat seorang guru maskulin masuk dengan wajahnya yang amat sangat tampan. Laki laki berumur 26 tahun ini guru kesayangan semua siswi. Ganteng plus baik. Ya dia guru Fisika.
Lana berhenti mengoceh dan mulai memperhatikan Pak Gio. Lana ini termasuk fens beratnya Pak Gio.
"Pagi anak anak" dan semua siswi hanyut kedalam pesona pria ini.
***
"Bintang! Harus berapa kali Bapak mengingatkan! Jangan gunakan topi didalam ruangan" Pak Badrudin--Guru Bahasa Indonesia-- meneriaki Bintang yang tidak mau melepaskan topi kesayangannya itu.
"Kenapa si Pak? Ngajar mah ngajar aja kali, peduli banget sama saya" Bintang berdiri hendak pergi dari kelas. Ia yakin setelah itu Pak Badrudin akan mengusirnya.
"Bagus kalo kamu tahu diri untuk meninggalkan kelas ini tanpa harus saya usir" Pak Badrudin memandang punggung Bintang yang semakin menjauh. Tidak habis pikir dengan kelakuan anak itu, semakin hari sifat keras kepalanya semakin menjadi jadi.
**
"Aresha bisa bantu Bapak bawakan buku ini ke meja saya?" Pelajaran Fisika sudah selesai 5 menit lalu. Saat ini Pak Gio sedang kerepotan melepas kabel kabel InFocus yang tadi dipakainya. Apa murid di kelas ini tidak ada yang berniat membantu Pak Gio? Entahlah.
"Ya" Aresha bangkit dari kursinya membawa buku buku yang lumayan banyak ditangannya.
Aresha sudah berjalan menuju ruang guru diikuti Pak Gio dibelakangnya.
"Kamu banyak berubah Sha" Pak Gio bergumam sangat pelan tetapi masih dapat didengar oleh Aresha.
"Saya masih sama seperti dulu" Aresha berjalan setengah berlari untuk menghindari situasi yang sangat awkward ini. Aresha menengok kebelakang untuk memastikan apa Pak Gio masih ada dibelakangnya atau tidak. Aresha tidak sadar jika didepannya ada laki laki yang dengan sengaja menghadang jalannya dengan senyum jahil. Kesempatan nih! Pikir Bintang.
Buk!
Buku buku yang ada ditangan Aresha terhempas dan mau tidak mau mengenai wajah seseorang yang ada didepannya. Laki laki ini meringis memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah. Senjata makan tuan ini namanya!
"Astaga hidung lo" Aresha panik saat melihat hidumg Bintang yang semakin banyak mengeluarkan darah. Aresha merogoh saku roknya,mengeluarkan tissu yang selalu ia bawa.
"Sini sini gue bersihin darahnya" Aresha berjongkok didepan Bintang. Tangan kirinya memegang pipi kanan Bintang sedangkan tangan kananya membasuh darah yang terus mengalir. Wah kalo gini si dapet durian runtuh! Gapapa berdarah darah asal bisa dipegang cewek secantik Aresha. Aish pikiran Bintang sudah terkontradiksi oleh gadis didepannya ini.
"Apa yang kalian lakukan" Pak Gio mengeryit bingung saat melihat Aresha dan Bintang yang seperti... Berciuman? Astaga posisi mereka memang sangat memungkinkan untuk membuat orang salah paham. Apalagi Pak Gio yang melihat nya dari belakang.
"Tidak ada" Aresha bangkit dan memunguti bukunya yang tadi jatuh tertabrak Bintang. "Darah nya udah gue bersihin. Maaf ya tadi gue gak liat liat" Aresha berjalan menuju ruang guru, meninggalkan Bintang yang kini tersenyum dan ditatap aneh oleh Pak Gio.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved True
Teen FictionCinta itu tidak memandang umur,fisik ataupun popularitas. Cinta adalah saat kamu bisa menerima kekurangan kekasihmu tanpa memperdulikan cemoohan orang. Sama seperti yang dirasakan Aresha saat mencintai Bintang, Bintang adalah adik kelas disekolahnya...