masa depan

118 7 0
                                    

Aresha berlari menyusuri koridor rumah sakit, sesekali tubuhnya menabrak seorang perawat dan pengunjung yanng berada disini, pikirannya hanya satu Bintang. Ia menyesal sudah mengabaikan lakilaki itu satu bulan ini. Sungguh maaf, ia taktahu tujuan lakilaki itu sebenarnya.

"Bintang" Aresha mendorong pintu ruangan yang suster tadi bilang ruangan milik Bintang.

Terlihat disana lakilaki dengan selang infus dihidungnya sedang makan disuapi tante Azka. Satu fakta lagi terkuak kepala Bintang yang terdapat benjolan lumayan besar, bahkan rambutnya yang gonrongpun benjolan itu masih terlihat jelas. Jadi ini alasan ia enggan melepas topinya. Astaga, Aresha berjalan menghampiri Bintang yang terkejut melihat kedatangannya. Ia menyalami Tante Azka dengan hormat lalu mengahmpiri Bintang dan memeluk lakilaki itu erat, Tante Azka yang tidak mau mengganggu moment bahagia mereka melangkahkan kaki meninggalakan ruangan.

"Kenapa gak bilang bodoh" Aresha sudah tahu semuanya saat Deyna mendatangi rumahnya menceritakan jika Bintang bukan sedang sakit DBD, dan saat itulah Aresha tahu alasan Bintang mendekatkannya dengan Azzam.

"Bilang apa?" Bintang hanya terkekeh melihat Aresha kembali seperti dulu. Ia menyesal sudah melakukan hal bodoh dengan menjodohkan Aresha pada Azzam, lakilaki itu baik dan sangat menghormati wanita.

"Lo harus sembuh" Aresha tahu kenapa Bintang sering berada dikamar mandi bawah, ia takut sewaktu waktu penyakitnya kambuh dan dilihat orang, lakilaki yang dahulu beralasan sedang latihan nari saat dipergoki oleh Aresha itu sedang mengerang menahan sakit dikepalanya.

"Besok juga udah boleh pulang" Bintang bangkit dari berbaringnya, menatap lembut Aresha yang duduk tepat disampingnya.

"Serius?" Aresha tahu jika tumor otak yang diderita Bintang tidak akan semudah itu sembuh. Aresha masih saja menangis melihat kondisi lakilaki ini. Memprihatinkan.

"Aresha"

"Ya"

"Jadi ga"

"Jadi apa?"

"Jadian yu"

"Sialan"

**

Bintang sudah memasuki sekolah seperti biasa, walaupun keadaannya belum pulih total tapi ia malas jika seharian hanya meringkuk diatas kasur.

"Jangan jangan ih bego banget" Aresha kesal saat Bintang membuka buka buku hariannya. Sehabis pulang sekolah lakilaki ini mengantar pulang dan mampir hanya untuk mengacak ngacak kamarnya.

"Bokap lo kenapa Sha?" Bintang dengan susah payah membaca halaman pertama buku diary milik Aresha yang berisi kesedihan ditinggalkan Ayah. Ia baru sadar jika selama dekat dengan Aresha tidak pernah melihat ayahnya sama sekali. Ternyata sudah meninggal.

"Meninggal pas gue masih SMP" Wajah Aresha tidak memperlihatkan kesedihan yang mendalam, gadis ini pasti sudah terbiasa saat temannya bertanya tentang Ayahnya.

"Garagara kebawa ombak. Tenggelem" Aresha diam diam mengambil kembali buku hariannya yang berada ditangan Bintang, lakilaki itu sedang memandang prihatin kearah Aresha.

"Dapettt" Aresha mengangkat buku hariannya yang berhasil ia rebut dari tangan Bintang.

"Belum selesai Sha, ah bapet banget" Bintang berusaha mengambil kembali buku itu dari tangan Aresha, tapi percuma saja, buku itu ia masukan kedalam bajunya dan Bintang tidak mungkin lancang mengambilnya.

Bintang berbaring diatas kasur Aresha, menatap langit langit kamar yang berwarna putih polos. Aresha meletakan kembali bukunya didalam lemari, lalu ikut berbaring disamping Bintang.

Beloved TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang