Chapter 3

6.2K 444 9
                                    

Luhan turun tergesah dari Taxi setelahnya langsung berlari masuk ke rumah megah yang ada di hadapannya.

sepertinya ini memang hari tersialnya. bagaimana bisa ia selalu mendapat cobaan. antara cobaan yang tidak disrngaja maupun yang di sengaja.

contohnya saja sekarang, bagaimana bisa ia lupa hari ini adalah malam pertunangan adiknya Baekhyun? bagus sekali, Ia baru di pecat pagi tadi dan malam ini adiknya tunangan? Sialan. jika saja Baekhyun tidak menghubunginya hingga ke-48kali, bisa jadi Luhan akan berakhir di penggorengan karena tak hadir.

sepenuhnya bukan salah Luhan juga kenapa ia bisa tertidur. Salahkan saja salah satu halaman di majalah yang ia baca tadi pagi di kereta. Bayangan angka 10 itu masih menghantuinya asal kau tau.

Luhan di sambut suara keramaian didalam rumahnya. ahh Luhan rindu rumahnya. jika diingat ingat sudah lama ia tak berkunjung.

Mata rusanya menyapu seluruh interior rumah yang di hias sederhana namun tetap elegan. Luhan sesekali akan tersenyum atau membungkung saat ada pelayan maupun beberapa keluarga yang menyapanya.

"Umma..." panggil Luhan melihat wanita nyaris separuh abad itu terlihat berbincang dengan beberapa tamu.

nyonya Xi secara tak bersalah mengabaikan rentangan tangan Luhan, membuat pemuda itu memajukan bibirnya dengan lengan terbuka lebar yang masih mengambang di udara. beginilah susahnya punya ibu seorang perancang dan pengatur stylish. bukannya menyambut rindu sang anak, nyonya Xi malah sibuk mengitari tubuh mungil Luhan sambil mulutnya bergerak kecil seolah berkomentar.

"umma.. " panggil Luhan jengah. untung dia orang tua Luhan, jika bukan sudah dari kemarin kemarin Luhan akan menyulam wanita overstyle ini.

"ah ya, ada apa-Oh kau menjangkan poni mu? terlihat lucu. cobalah cat warna hitam, kau mungkin bisa terlihat lebih muda" tuh kan umma nya selalu berkomentar tentang penampilan. huh tak heran jika Tuan Xi memilih menggugat cerai sang umma. kekekek kalau yang ini Luhan hanya bercanda.

"hehe iya aku menumbuhkan poni ku. oh ya, apa Baekhyun di kamarnya?" tanya Luhan berusaha mengalihkan topik.

"mana jas yang umma beri? mengapa tidak digunakan?"

ishhh umma nya ini! Luhan bertanya A dijawab Z.

"aku mengankannya sekarang umma" jawab Luhan disertai cengiran paksa. bagaimana pun ia lahir dari rahim yeoja ini.

"oh benarkah? terlihat sangat berbeda saat di patung" gumam nyonya Xi entah sadar atau tidak.
okay apa itu sindiran atau pujian? rajuk Luhan dalam hati.

"eum.. aku harus menemui Baekhyun. bye umma" Luhan buru buru melangkah menaikki tangga ke kamar Baekhyun. Nyonya Xi pun terlihat tak ambil pusing.

"bantulah dia. adik mu terlihat sangat kacau karena berat badannya naik."

Luhan terkikik mendengar teriakkan umma nya yang masih dapat ia tangkap. aahh sudah bisa membayangkan seperti apa wajah jelek Baekhyun saat tau berat badannya naik.

"Oh ya, Luhan" ummanya kembali memanggil di ujung bawah tangga sana. luhan berhenti kemudian berbalik menatap ummanya.

"sepupu mu Yuta ada di sini. dia menanyakan mu tadi"

mata Luhan buru buru membulat.
yuta? hollyshit!

"tidak ma.. kita hanya sepupu tiri tidak ada hubungan darah!!. okay bye" Luhan langsung meneruskan langkahnya sambil kedua tangannya meraba saku celana belakangnya, meraih note kecil dan sebuah pena.

"Yuta.." gumam luhan rasanya ingin menangis menuliskan nama Yuta di nomor urut paling bawah.

bagaimana bisa Luhan baru ingat ia pernah tidur dengan sepupu tiri nya itu.. astaga sialan. Luhan bukan slut okay.. bukan slut.. jangan berfikir negative.

What's your number? - HunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang