Aku merapatkan jaketku sambil berjalan menembus area parkiran di lapangan terbuka yang padat ini, mataku mengeryit terkena terpaan air bercampur angin yang makin lama makin kencang , setengah menunduk, setengah berlari, aku menembus derasnya hujan melangkah ke teras cafe beratapkan hijau dengan uliran daun-daun merah itu. Aku berdiri ragu di sana, sementara air masih menetes-netes dari jaketku, membasahi lantai.
Dia ada di dalam sana. Isteriku menunggu di dalam sana
Aku menghela nafas, sementara jantung yang tak tahu aturan itu berdegup makin lama makin kencang.
Sekaranglah saatnya bukan? Kau harus yakin Damar.
Kuhela nafas panjang sekali lagi untuk menguatkan diri, sepagian ini aku berkutat dengan pikiranku sendiri seperti orang gila, menimbang-nimbang apakah kejujuran ini harus diungkapkan atau disimpan, yang pastinya tetap saja seperti menyimpan bom, suatu saat nanti akan meledak dan melukai banyak orang.
Tetapi siapkah aku mengungkapkan kejujuran ini di depan Renata? Akankah Renata menerimaku? Atau mungkin kemungkinan terburuk yang akan terjadi? Apakah Renata akan meninggalkanku setelah mengetahui ini semua?
Aku melepaskan jaketku yang basah kuyup dan meletakkannya begitu saja di bangku kursi kayu yang ada di teras cafe itu. Mataku melirik ke arah hujan yang makin deras turun sehingga hampir menyerupai tirai putih, lalu aku mencuri-curi pandang ke dalam cafe, dan menemukan sosok yang aku cari, duduk membelakangiku.
Itu dia. Renata sedang duduk di sana dengan gaun putih kesayangannya yang selalu membuatnya tampak cantik dan luar biasa.
Isteriku memang luar biasa, begitu sempurna dan membanggakan. Kami sudah menikah selama lima tahun dan pernikahan kami sangat bahagia. Hanya saja ahkir-ahkir ini ada permasalahan yang sangat mengganggu dan membuat aku dan Renata menjadi sedikit tertekan.
Dua bulan yang lalu ibuku datang berkunjung ke rumah kami, ibuku memang orang ningrat jawa asli, dan sejak dulu dia memang tidak setuju aku menikahi Renata yang notabene wanita karier sibuk bekerja.
“Seorang perempuan itu harusnya di rumah, mengurus rumah, biar nanti kalau suaminya pulang rumah sudah bersih, makanan hangat siap, baju-baju sudah rapi, itulah tugas isteri yang sebenarnya, bukan kayak isterimu itu Mar, kamu sama sekali nggak diurusnya, makanan yang masak pembantu, baju yang nyuciin pembantu, bahkan kadang dia pulang lebih malam dari kamu gara-gara kerjaannya”
Waktu diceramahi begitu aku hanya diam saja dan tidak mengatakan apa-apa, karena aku kenal sekali watak ibu, semakin dibantah beliau malah semakin keras. Aku pribadi sebagai suami tidak keberatan dengan kehidupan pernikahan kami, kami memang pasangan yang sibuk dengan karier kami masing-masing. Tetapi setidaknya di malam hari kami selalu menyempatkan diri berkomunikasi, di ahkir minggu sedapat mungkin selalu kami habiskan berdua, walau kadang-kadang Renata tetap harus melakukan perjalanan bisnisnya di ahkir minggu. Tetapi itupun tidak masalah, aku mencintai Renata dan dia mencintaiku. Kami bahagia, dan kupikir itu sudah cukup baik bagiku.
“Makanya Tuhan itu nggak mau nitipin anak ke isterimu itu, lha dia belum bisa membuktikan dia bisa menjadi isteri yang baik....”
Aku mengernyit lagi. Mulai lagi deh pembahasan tentang anak. Mataku melirik cemas ke belakang, Renata sedang mandi. Semoga dia lama di kamar mandi, doaku dalam hati, aku tidak mau dia mendengar percakapan ini. Kadang-kadang keterus-terangan ibu menyakitkan hati kalau didengar langsung, aku nggak mau Renata merasa tertekan karenanya.
“Ah memang belum waktunya saja bu. Damar yakin nanti kalau sudah waktunya, kami bisa memberikan cucu untuk ibu”
“Lha waktunya itu kapan datangnya toh Mar”, mata ibu semakin berapi-api, “Kalian itu sudah lima tahun menikah dan tetap isterimu itu belum hamil, kalau isterimu itu memang sehat dan normal, harusnya setelah menikah dia bisa langsung hamil. Kamu harus ingat kalau kamu itu anak satu-satunya pembawa trah Sosrodiningrat. Bapakmu bisa kelabakan di surga sana kalau tahu bahwa namanya tidak bisa diteruskan karena anaknya salah memilih isteri....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Santhy Agatha
RomanceKumpulan cerpen Santhy Agatha ini merupakan buah kisah pendek hasil pemikiran serius dan pendalaman karakter yang penuh warna. Cerpen di sini akan memberikan berbagai emosi di dalam jiwa, ada airmata, ada senyum kebahagiaan, ada kepedihan, ada rasa...