[Ini adalah "Dua Perempuan di Sebuah Bar yang Remang", Sidestory]
Rheana menoleh ke arah sahabatnya dan menghela napas panjang.
"Apakah menurutmu dia mencintaiku?"
Nadia yang sedang asyik mengaduk-aduk supnya mengangkat kepalanya dan menatap Rheana hati-hati, "Aku tidak tahu. Cintakah itu kalau dia tidak mau memberimu apa yang kamu mau?"
"Dia bukannya tidak mau...dia tidak bisa." Rheana menghela napas, memandang jauh ke jendela. "Kamu tahu dia tidak bisa."
"Dia tidak bisa tapi kau tetap memberinya."
"Memberinya apa?"
"Cintamu." Nadia melanjutkan kata-katanya dengan tajam, tepat menohok jantung Rheana, "Kamu memberinya cintamu tanpa batas, tanpa tendensi, tanpa meminta apapun. Dan yang dia berikan kepadamu hanyalah keegoisan tanpa janji apapun."
"Apakah itu berarti aku orang bodoh?" Rheana meringis.
"Sangat," Nadia menghela napas, "Tetapi beberapa orang memang menikmati menjadi orang bodoh. Aku tidak bisa menyalahkanmu."
Termasuk aku, aku tahu aku bodoh. Tetapi aku bertahan. Demi dia. Dia yang kucintai sepenuh hati. Rheana bergumam dalam hati. Mengusir sesak yang menghancurkan hati.
***
"Apakah kau menunggu lama?" Alex meletakkan sekotak pizza yang masih hangat di meja dan duduk di sofa di sebelah Rheana, "Maaf, kau jadi menunggu lama."
Rheana tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tidak pernah dikatakannya kepada Alex, bahwa dia sudah siap sejak jam enam sore tadi, berdandan, dan menunggu. Hanya untuk kemudian menerima telepon dari Alex bahwa lelaki itu akan datang terlambat karena ada urusan penting.
Rheana tahu urusan penting itu apa. Tetapi dia tidak bertanya. Pertanyaan hanya akan menyakiti hatinya, melukainya terlalu dalam. Dia mencoba tersenyum dan berpura-pura ceria, seolah keterlambatan Alex tidak mengoyak hatinya.
"Wow, ini toping kesukaanku." Rheana mengambil sepotong pizza yang masih hangat itu dan melahapnya, "Terimakasih Alex."
Alex menatap Rheana dengan sayang, lalu mengacak rambur Rheana dengan lembut, "Kau lapar ya, aku menahan makan malammu karena kau menungguku, Maafkan aku ya."
"Kau tidak perlu minta maaf, aku mengerti,"
Ya. Rhena mengerti. Dia selalu mengerti. Meskipun berkali-kali Alex selalu menjadikannya nomor dua, Rheana tidak pernah protes. Karena pada kenyataannya, dia adalah nomor dua,
Setelah perempuan itu....
***
"Kamu tidak bisa terus-terusan begini." Nadia menatap sahabatnya dengan sedih, "Kamu terlalu berharga untuk menjadi wanita kedua."
Tapi Rheana rela. Demi cintanya pada Alex. Sejak awal mereka berhubungan, Alex sudah menjelaskan kepadanya bahwa dia sudah terikat dengan perempuan lain. Sudah bertunangan dengan perempuan lain dan akan menikah. Alex bilang dia mencintai perempuan itu, Tetapi dia juga mencintai Rhenana.
Dan Rheana percaya itu. Percaya dan terus berharap, bahwa dia masih punya kesempatan bersama Alex, meskipun sekejap, sebelum lelaki itu terikat secara resmi dengan tunangannya.
"Tunangan Alex tidak pernah tahu kau ada bukan?"
Rheana tersenyum pahit, "Tidak. Alex selalu menjaga perasaan Katrin, dia tidak akan tega menyakiti Katrin."
"Tetapi dia tega menyakitimu, sangat dalam."
Rheana menghela napas panjang, "Aku yang merelakan diriku berada di posisi ini, dengan segala konsekuensinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Santhy Agatha
RomanceKumpulan cerpen Santhy Agatha ini merupakan buah kisah pendek hasil pemikiran serius dan pendalaman karakter yang penuh warna. Cerpen di sini akan memberikan berbagai emosi di dalam jiwa, ada airmata, ada senyum kebahagiaan, ada kepedihan, ada rasa...