SAMMY POV
Aku berjalan beriringan dengan cowok pindahan - dia memang punya nama, tapi masa bodolah terserah aku mau manggil dia apa kan? - setelah keluar dari ruang guru.
Dia hanya diam sambil cengar-cengir, memasukkan tangannya ke kedua saku celananya tanpa ada niat untuk mengobrol denganku.
Beneran deh aku gak ngerti kenapa mesti aku yang bantuin dia, padahal Vicky juga bisa.
"Aku maunya kamu," ucap Rey pelan, tapi masih bisa ku dengar.
Aku menaikkan sebelah alis. "Kamu ngomong apa barusan?"
"Hitori koto. Aku ngomong sendiri," jawabnya cuek.
Aku mendengus.
"Minta bantu Vicky aja gih," suruhku, tanpa memandangnya. "Aku males ngomong dan ketemu sama cowok nyebelin kayak kamu!"
"Aku nyebelin?" ulang Rey.
"You think?"
"Aku..." Rey menghentikan kalimatnya, dan menarikku mendekat ketika sebuah pot jatuh dari lantai dua, tepat saat aku dan Rey berjalan menuju kelas.
"Pasti kerjaan Ariana deh."
Siulan anak-anak terdengar di sekitarku.
Aku mengedipkan mata beberapa kali, melepaskan tangan Rey cepat. "Mak---"
"Jangan salah paham!" ucap Rey. "Aku cuma gak mau guru private-ku terluka dan gak bisa ngajarin aku."
Aku berdecak sebal, membuang nafas keras. "Fine! Aku bantuin!"
"Good girl!" seru Rey, tersenyum lebar. "Di rumahmu kalo gitu belajarnya," ucapnya berlalu.
"Hei!"****
Aku menghentakkan kaki kesal, berjalan menuju kamar.
Dia pikir dia siapa sih?! Seenaknya main mutusin di rumah aku. Kan dia yang mau belajar, harusnya di rumah dia dong!
"Sam, Kak Rey, ini minum sama cemilannya," ucap Tiffany membawa nampan ke ruang santai tempatku mengajar Rey.
"Dih, Fany..." protesku, menunjuk gelas yang ada dua. "Ngapain ngambilin minum buat dia? Gak usah gak usah! Bawa ke dapur lagi gih!"
Tiffany tersenyum, tetap menyimpan gelas berisi es jeruk dan cemilan di meja samping.
"Makasih, cantik!" ucap Rey, tersenyum pada Tiffany.
Aku mencibir kesal.
Rey hendak mengambil cemilan yang dibawakan Tiffany, tapi tanganku lebih dulu mengambilnya. "Eit! Kamu keenakan dikasih ini," ucapku, mendelik pada Rey. "Fan, kamu sengaja ya ngambil ini?"
"Kenapa?" tanya Tiffany polos.
"Ini cemilan favorit aku, Fany..." Aku memutar bola mata malas.
"Kan bisa minta beliin ke ayah lagi," kilah Tiffany, nyengir.
"Ya, Sam. Kamu bisa minta beliin ke Om Dafa," ucap Rey, merebut piring berisi keripik kentang Lays dari tanganku, lalu menjulurkan lidahnya.
"Ya udah, aku ke kamar lagi," ucap Tiffany, meninggalkanku dan Rey.
"Balikin gak itu piring?!"
"Enggak," jawab Rey singkat dengan raut wajah menyebalkannya.
"Balikin!"
"Eng...gak...!"
"Rey!"
"Sam!" Rey mengikuti perkataanku.
"Balikin cemilanku!"
"Enggak, Sammy!" Rey mengacungkan lebih tinggi piring yang dipegangnya.
Gak mau ngalah banget ni orang. Mana aku lebih pendek dari pada dia. Ih ngeselin sumpah!
Aku tersenyum evil pada Rey, dalam hitungan detik aku menendang kaki Rey dengan keras.
"Ouch!" ringis Rey, memegang kakinya.
Aku tertawa puas melihatnya. "Enak kan?"
Rey memandang ke atas lalu mendorongku hingga terdengar suara piring pecah.
"Sssssh," Rey mengusap-usap kepalanya yang ternyata terkena jatuhan piring tadi.
"Apa yang jatuh, Sam?" Bunda datang menghampiri. "Astaga! Jeff, kamu gak apa-apa?"
Rey tersenyum. "Gak apa-apa kok, tante."
Tunggu. Tadi bunda manggil Rey apa?
"Bunda ambilin kotak obat ya."
"Sorry," ucapku pelan.
"Apa? Kamu ngomong sama aku?"
"Sorry okay?!" ulangku, sebal, mulai membersihkan piring yang pecah.
"Don't!" Rey mengulurkan tangannya cepat ketika aku akan mengambil pecahan pertama yang berserakan.
Aku menaikkan sebelah alis.
"I don't want that thing hurt your hand," ucap Rey, tersenyum, menyuruhku menyingkir dan membiarkannya yang membereskan pecahan piring.
"Th-that thing?" ulangku dalam hati, heran dengan sikapnya yang berubah-ubah.
"That thing called a plate," ucap Rey seakan mendengar ucapanku.
Aku menaikkan sebelah halis, membuang nafas pelan. "Masa aku biarin tamu bersihin piring yang pecah di rumah aku?"
"Please, Sam!" Rey memandangku tajam.
Aku terdiam seketika, mematung memandangnya.
Dia ini...
"Yah, kan percuma nanti kalo tangan kamu luka," sambun Rey, membereskan pecahan piring. "Nanti gak ada yang nulisin contoh soal buat aku."
...jerk!
Aku mendengus, pergi ke kamar dengan langkah lebar-lebar.
Itu orang maunya apa sih?!
Bentar-bentar kayak yang baik, bentar-bentar nyebelin banget. Argh! Dasar cowok gak jelas. Bener-bener deh kenapa mesti aku yang ngajarin diaaaaa?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl
Teen FictionSejak masuk sekolah SMP, aku udah dapet musuh yg gak jelas asal-usulnya. Terus tiba-tiba ada cowok baru yg isengin aku juga. Kenal juga enggak udah ngisengin aku.. _Sammy_ First time I meet her, I admire her spirit. When I know her further, there's...