Chapter 7 - Jealousy?

58 7 0
                                    

SAMMY POV

"Aa..."
Aku berdecak melihat tingkah Rey yang bermanjaan gak jelas sama aku. Padahal aku yakin dia udah sembuh dari beberapa hari yang lalu. Tapi sampai sekarang tingkahnya tetep aja manja. Dih. Cowok aneh.
Emang iya sih aku janji buat ngelakuin apa aja supaya di cepet sembuh. Tapi gak gini juga kali.. Geez.
"Sammy, ini mulut bukan goa," ucap Rey ketus, menungguku buat menyuapinya.
Aku membuang nafas keras, menyuapinya baso tahu untuk ke sekian kalinya.
Kenapa aku jadi kayak orang pacaran sih?!
Rey tersenyum mengunyah baso tahu di mulutnya.
Aku menopang dagu, yangan satunya diketuk-ketukkan ke atas meja dengan kesal.
Anak sekolah pada ngelihatin aku sama Rey pula. Aku membuang nafas lagi.
Lagi larut dalam pikiranku sendiri, gak taunya Rey senyam-senyum ngelihat hpnya.
Aku mengerutkan kening.
"Udah makannya?" tanyaku.
"Hm?" sahutnya tanpa memandangku.
"Ck. Kalo udah aku mau balik ke kelas."
"Hm?" Rey melirikku sekilas. "Iya. Makasih, cantik!" Dia ngasih senyum lebar ke aku.
Aku mendengus, cepet-cepet pergi dari kantin.

****

Tuk! Tuk!
Aku mendelik memandang Vicky yang mengetukkan sebotol minuman di tangannya ke keningku.
"Haus kan?" tanya Vicky, duduk di bangku sebelahku.
"Siapa bilang?" Aku balik nanya, nenggelemin kepala di lipatan tanganku.
Vicky terkekeh kecil. "Ya udah aku minum aja kalo gitu."
Aku duduk tegak dengan cepat, merebut botol minum dari tangan Vicky, aku segera membukanya dan meminumnya.
Vicky tersenyum, mengacak-acak rambutku, sambil berkata, "kasian..sahabat aku yang satu ini."
"Jangan bikin aku tambah bete deh, Vick!" Aku menyingkirkan tangan Vicky dari kepalaku.
Vicky tertawa kecil.
"Babysitnya masih berjalan lama ya?" ledeknya.
"Grrr...!" Aku menatap tajam Vicky. "Gak asik ah kamu! Orang lagi kesel malah tambah diledekin!" Aku membuang nafas panjang. "Dia itu kalo lagi sakit gak ngeselin. Sekarang dia udah sembuh balik nyebelin lagi kayak biasanya. Gak ada abisnya bikin aku tetep ngurusin dia. Dia bayi gede yang nyebelin!"
"Bayi..." ulang Vicky tertawa. "Mungkin dia emang pengen deket terus sama kamu...?"
Aku memandang Vicky, menaikkan sebelah alisku. "Kenapa aku?"
Vicky mengangkat bahu sekilas.
"Dih, gak jelas kamu Vick!"
"Satu yang aku yakin..."
"Apa?"
"Fajar sama Ilham pasti bakal ledekin kamu lebih parah.." Vicky menjulurkan lidahnya, kabur sebelum aku sempat mencubitnya.
"Vicky!!"

****

Usai sekolah aku dijemput ayah seperti biasanya, sekalian jemput Tiffany juga yang satu sekolah dan...
"Yang ganteng di tengah dong duduknya!" seru Rey yang udah masuk duluan dari pada aku setelah Tiffany masuk dari pintu lainnya. "Ya gak, Fan?"
Tiffany cuma senyum tanggepin kalimatnya Rey.
Aku mendengus, menutup pintu mobil dengan kasar lalu membuka pintu depan. "Jazz keluar!" suruhku, menariknya turun. "Pindah ke belakang sana!"
Jasper terkikik, membuka pintu belakang. "Hati-hati," ucapnya menasehatiku, ketika aku memasang seat belt. "Benci itu beda tipis sama cinta."
"Oh...artinya Jasper cinta sama ayah kan?" tanya ayah nimbrung, bikin aku ngakak puas.
Jasper mendengus, melemparkan bantal kecil pengganjal leher milik Tiffany.
"Aduh!" Ayah meringis kecil.
"Ih, Jasper gak sopan!" protes Tiffany, mengambil kembali bantal miliknya.
"Gak apa-apa, sayang," ayah tersenyum, mengelus tangan Tiffany. "Itu malah menunjukkan perkataan ayah benar."
"Setuju!" seru Tiffany.
Jasper membuang nafas panjang, menutupkan jaket miliknya ke mukanya.
"Miss your home, Rey?"
Rey tersenyum masam. "Kinda."
"Tinggal pulang aja sih!" ucapku ketus, kembali menatap ke depan.
Ayah membuang nafas, menyalakan mesin mobil dan segera menjalankannya menuju rumah.
"Rey tinggal sendiri, Sammy sayang."
"I don' t ask, dad!"
Ayah mengangkat bahu sekilas, hanya melirikku dari ujung matanya.

****

JEFFREY POV

"Kamu gak kasih tau Sammy?"
Aku memandang Om Dafa lewat spion depan, menggelengkan kepalaku.
"Hidoi otoko. Cowok jahat." Jasper bicara pelan di bawah jaketnya.
Aku mengangkat bahuku sekilas. "Salah dia sendiri gak nyadarin siapa aku."
"She can hear you."
"No, she can't."
Jasper menurunkan jaketnya cepat. "Why?"
Aku tersenyum lebar, mengangkat bahu.
Jasper mendengus, lalu menutupkan jaketnya lagi ke wajahnya.
Aku sama Jasper terus komunikasi lewat kemampuan kita. Tiba-tiba Tiffany heboh sendiri di sebelahku.
"Hah? Yang mana? Beneran? Masa sih?"
Tiffany celingak-celinguk, seperti mencari-cari sesuatu di luar mobil.
"Kakak kelasnya bunda? Kakak kelasnya ayah juga?"
Tiffany manggut-manggut.
"Sayang, Kak Rey jadi bingung tuh." Om Dafa berbicara sebelum aku mengeluarkan keingintahuanku.
"Eh?" Tiffany berbalik memandangku. "Maaf."
"Gak apa-apa kok." Aku tersenyum pada Tiffany, mengusap puncak kepalanya. " Hantunya ngomong apa?"
Tiffany tersenyum kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tiffany melambaikan tangannya keluar mobil.
Ada yang Tiffany sembunyiin?

GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang