Chapter 8 - Safe but...

26 3 0
                                    

JEFFREY POV

****

#Flashback

"Found you!"
Aku yang hendak membuka pintu rumah segera berbalik, mencari sumber suara yang kudengar. Dan aku yakin itu suara cewek.
"Sepertinya kamu punya kesamaan dengan Sammy." Satu sosok cewek yang bersembunyi keluar dari tempat persembunyiannya.
Ariana?
"Maksudmu?" tanyaku, pura-pura tidak mengerti.
"Aku tahu kamu tahu apa yang aku maksud," ucap Ariana, berjalan menghampiriku. "Mari kita buat kesepakatan."
Aku menaikkan sebelah alisku.
"Kamu gak mau terjadi apa-apa sama Sammy, kan?" tanya Ariana. "Karena yang aku perhatikan, kalo gak ada pacar Sammy, pasti kamu yang akan nolongin Sammy."
Otakku masih memproses kalimat yang diucapkan Ariana dan yang terekam oleh otakku hanya, "Pacar Sammy?"
"So, that's why you always help her." Ariana mengangguk-angguk. "Kamu suka Sammy?"
"Katakan apa mau kamu?" tanyaku, menyipitkan mata memandang Ariana.
"Be my boyfriend."
"What?!"
Ariana tersenyum lebar. "Hanya untuk berjaga-jaga," ucapnya, melanjutkan, "pastinya kamu gak mau terjadi apa-apa lagi dengan Sammy, kan?"
Tanpa sadar aku mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang.
"Bagaimana?"
"Tujuanmu sebenarnya apa selalu menjaili Sammy?"
"Kamu gak perlu tahu." Ariana beranjak pergi.
Dengan cepat aku memegang pergelangan tangannya. "Ada hubungannya dengan Tante Yuri kan?"
Ariana mendengus, lalu mengehela nafas. "Kamu cukup bilang ya atau tidak. Maka urusan aku dan Sammy selesai."

#Flashback End

Setelah aku pikirkan matang-matang, akhirnya aku memutuskan untuk menerima kesepakatan dari Ariana. Mulai hari ini aku menjadi pacar bohongannya Ariana.
Konyol!
Tapi ini semua aku lakukan demi Sammy dan keluarganya. Sebelum aku menerima kesepakatan itu, aku sudah mempunyai info tentang Ariana. Mulai dari ibunya, bapaknya dan juga kembarannya. Info yang mengejutkannya lagi adalah karena saudara kembar Ariana sekolah di sekolah yang sama. Aku gak tahu gimana reaksi Sammy kalau dia tahu yang sebenarnya.
Aku sedang berjalan dari gerbang ketika mobil Om Dafa berhentidan juga Ariana turun dari angkot. Sammy keluar dari mobil bertepatan juga dengan Ariana yang melambaikan tangannya padaku dengan semangat. Aku membuang nafas, kembali memandang arah depan.
"Ngapain Ariana nyamperin Rey?"
Langkahku sempat terhenti, ketika mendengar ucapan dalam hati Sammy. Tanpa menghiraukannya, aku meneruskan berjalan.
"Hei!" Ariana tersenyum senang, menggandeng tanganku. "Bersikaplah layaknya orang pacaran."
"Harus ya?" tanyaku sinis. "Lagian kamu bukan pacar beneran aku," lanjutku, memberikan alasan. "Kita masih SMP. Ingat?"
"Kamu ingin sesuatu terjadi pada Sammy?" ancam Ariana.
Aku mendengus, terus berjalan beriringan dengan Ariana.
Memasuki lorong, semua mata memandang ke arah kami dengan heran.
Aku hanya bisa membuang nafas keras.

****

"Aku kira kamu naksir Sammy," celetuk Fajar, saat aku memasuki kelas.
"Ya, ya, kalian sering bertengkar tapi kelihatan saling suka," komentar Ilham.
Aku menaikkan sebelah alis, "kalian salah paham."
"Eh?! Jadi yang kamu suka itu Ariana?" tanya Fajar lagi.
Aku menepuk jidat, membuang nafas keras.
"Jadi bener suka Sammy ya?" Kali ini Ilham menaik-turunkan alisnya memandangku.
"Terserah kalian mau ngomong apa."

****

Selama istirahat berlangsung, Ariana terus menempel padaku membuat siswa-siswi lain memandangku dengan heran. Mungkin mereka semua bertanya-tanya. Karena sebelumnya aku terlihat dekat dengan Sammy, sekarang malah kelihatan dekat sama Ariana. Entah kebetulan atau enggak, Sammy duduk sendirian di kantin di tempat yang terlihat oleh bangku tempatku dan Ariana duduk. Ariana sibuk menyuapkan jajan makan siangnya sambil satu tangannya menggandeng tanganku.
Sepertinya Ariana sengaja memilih tempat duduk ini.
Sepuluh menit kemudian dua teman Sammy menghampiri meja Sammy.
"Mereka pacaran?" Mata Sammy tertuju padaku dan Ariana.
Ah...
Sammy merhatiin mejaku dan Ariana, wajahnya yang semula ceria entah kenapa berubah menjadi muram. Gak lama kemudian Vicky datang menghampiri Sammy juga, sedangkan dua temannya tadi pergi. Wajah Sammy kembali ceria lagi. Udah ada yang ngehibur dia. Tapi, tadi kenapa dia muram? Apa mungkin karena aku dan Ariana?
Aku tersenyum masam.
Gak mungkin Sammy muram cuma karena ngelihat aku dan Ariana. Coba kalau aku gak terima perjanjian konyol itu. Aku gak bisa deketin Sammy kayak biasanya. Oh iya, aku masih ada jadwal les sama Sammy. Apa hal kayak gitu juga Ariana gak ngebolehin aku buat ngelakuinnya? Itu kan perintah dari guru. Jadi, mungkin gak apa-apa ya?
"Aku udah bilang ke guru yang nyuruh Sammy jadi guru privat kamu biar diganti," ucap Ariana, tiba-tiba.
"What?!" Secara spontan aku berdiri - melepaskan gandengan Ariana, membuat seisi kantin terfokus ke arahku.
Ariana mendelik, menarikku kembali duduk.
"Aku udah bilang kan," ancamnya. "Sekali kamu berhubungan dengan Sammy, kamu tahu apa akibatnya."
Aku menyipitkan mata. "Apa yang bikin kamu - enggak - apa yang bikin ibu kamu bener-bener membenci tante Yuri?"
"Kamu gak perlu tau."

GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang