Chapter 4 - Different Jeff

117 13 1
                                    

SAMMY POV

Ayah menghentikan mobilnya di depan sebuah SMP favorit - sekolah dimana aku belajar biar lebih jelas - di Bandung tentunya. Gak kerasa sekarang aku mulai masuk semester baru lagi. Aku juga udah bukan kelas satu lagi. Sekarang aku kelas dua, adikku Tiffany juga akan sekolah di sekolah yang sama denganku hari ini.

Ayah menolehkan kepala pada Tiffany yang tengah memperhatikan anak-anak lain - siswa/siswi SMP lain memasuki sekolah itu dengan cemas. Lalu Tiffany menolehkan kepalanya, menatap ayah.

"Ih, seriusan aku harus sekolah di sini?" tanya Tiffany, cemberut. "Pasti banyak anak-anak yang gak suka sama aku deh."

"Ini anak nurunin sifat bundanya banget. Ck," pikir ayah. "Come on girl, it's not that scary!" serunya, tersenyum, mengusap lembut puncak kepala Tiffany.

"Yep!" seruku yang duduk di bangku belakang. "The scary thing is when you start talking to your ghost friend," lanjutku, tertawa kecil, meraih tas di sampingku lalu keluar dari mobil.

"Sam, don't talk like that to your sister," tegur ayah padaku yang keluar dari mobil.

Aku pun berbalik, memeletkan lidah pada ayah.

Ayah berdecak pelan, menarik kerudung dari jaket yang aku kenakan, membuat langkahku terhenti.

"Argh! Pap, don't do that to me!" seruku.

"What did you say?"

Aku mendengus, menyilangkan tangan di dada. "Aku malu diliatin temen-temen tau?! Gak usah narik-narik aku gitu, Yah."

"Apologize to your sister," suruh ayah tenang, menarik mundur.

Aku membuang nafas pelan, berbalik, mendekatkan kepala ke pintu mobil. "I'm sorry, Fany."

Ayah menolehkan kepalanya ke arah Tiffany yang sejak tadi hanya melihat obrolanku dan ayah. Perlahan dia mengangguk.

"Udah ya, Yah. Nanti aku telat masuk!" Aku menyingkirkan tangan ayah dari kerudung jaketku. "Fany, ayo turun!" ajakku, berlalu.

Tiffany terlihat ragu menyentuh pintu mobil sebelum benar-benar membukanya. Kemudian ia berbalik pada ayahnya.

Aku pun langsung berjalan menjauhi mobil ayah, berjalan dengan langkah santai memasuki gerbang. Lalu ketemu beberapa teman yang sering main bareng dan juga sekelas. Kami saling menyapa satu sama lain.

You know what, aku tetep harus ketemu sama musuh yang gak jelas asal usulnya kenapa musuhin aku. Sigh.

Jangan sampe Ariana tau kalau Tiffany juga sekolah di sini.

"Anak satu itu benar-benar mirip denganmu, sweety. Dan entah sifat siapa menurun pada anak perempuan kita yang lain. Dia benar-benar tomboy."

Aku tersenyum mendengar pikiran ayah.

Dia memutar setir, mulai melajukan mobilnya ke perusahaan yang ayah kembangkan di Indonesia, walaupun perusahaan di Amerika tetap berjalan dengan baik. Katanya ayah tidak rela kalo harus berjauhan dengan istri dan anak-anaknya.

"HEI, PAP! I HEAR THAT!!!" teriakku cukup kencang dari dalam sekolah, membuat orang-orang di sekitarku memandangku.

Aku nyengir, balik jalan lagi ke kelas.

Sebuah tepukan keras dibahuku sekaligus rangkulan yang cepat membuatku sedikit terkejut. "Hei, cewek gak boleh teriak-teriak gitu!" ucapnya, menyentil hidungku dengan tangan lainnya yang bebas.

Aku tertawa kecil. "Kebiasaan di rumah."

"Btw, adik kamu Fany jadi sekolah di sini kan?" tanya Vicky, cengar-cengir.

GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang