BAB [2]

17K 858 8
                                    

Setelah melakukan pertemuan dengan Adam dan Luke menunggu di depan ruangan tersebut, Judith tidak pernah bisa membayangkan kalau pria itu tidak ada di sana. Untuk alasan yang tidak Judith ketahui dengan pasti, dia merasa kehadiran Luke selalu membuat perasaannya menjadi lebih baik, bahkan ketika dirinya berada bersama Adam di dalam tadi, satu-satunya hal yang membuat Judith tetap bersikap tenang adalah pengawal pribadinya itu.

"Apa sudah selesai?" Judith bisa mendengar nada khawatir dalam suara pria itu, dia hanya menggelengkan kepala dan memberi senyum lemah.

"Aku rasa semuanya baru dimulai," ucap Judith sambil berjalan melewati lorong yang mengarah langsung ke rumah utama. Tapi untuk saat ini dia sedang tidak ingin kembali ke rumah dan bisa saja bertemu Ayahnya, yang Judith inginkan saat ini adalah melepaskan sesuatu yang terasa mengganjal dalam hatinya. "Ayo kita pergi bermain," tanpa mengharapkan jawaban dari pria di belakangnya, Judith sudah berbelok melewati lorong yang menuju ke arah tangga.

Mereka berjalan hanya diisi dengan ketukan dari sepatu Judith serta suara langkah kaki Luke yang terdengar mantap, dinding beton yang mengapit tubuh mereka menampilkan bayangan, saat tubuh Judith dan Luke berjalan melewati cahaya lampu temaran yang dipasang di bagin kiri dan kanannya, lampu-lampu kecil itu dipasang dengan jarak setiap 10 meter.

Judith sendiri tidak mengetahui kenapa Ayahnya membuat penerangan minim seperti itu, tapi hal itu berbanding terbalik dengan pencahayaan di rumah utama. Di sana semuanya terlihat sangat terang, bahkan Judith sempat berpikir kalau tidak ada tempat bagi nyamuk untuk bersembunyi. Ayahnya membuat bangunan yang biasa digunakan untuk bekerja bernuansa gelap.

Hal itu terkadang membuat Judith bertanya-tanya, meskipun tidak banyak rekan kerja Ayahnya yang biasa berkunjung. Tapi tetap saja Judith tidak pernah mengerti kenapa pria yang sudah membesarkannya itu membuat gedung tempat kerja terasa mencekam, bahkan terkadang terasa suram mengingat pencahayaan yang benar-benar minim. Dan hanya beberapa tempat yang memiliki lampu terang seperti semua ruangan di rumah yang ditempatinya.

"Judith?" Suara seorang pria membuat Judith menoleh, laki-laki itu baru saja melewati pintu utama dengan diiringi empat orang pengawal berpakaian hitam di belakangnya.

"Ian, apa yang sedang kau lakukan di sini?" Judith menatap pria itu dengan tatapan ingin tahu. Sementara dia merasakan kalau Luke sudah bergeser dan berada tepat di sampingnya, Judith tidak menyalahkan pria itu karena bersikap waspada. Mengingat para pengawal Ian tidak melepaskan pandangan dari dirinya.

Ian mengedikan bahu, dia menatap Judith sambil berjalan mendekat. "Well, aku rasa aku merindukanmu," langkahnya semakin memapas jarak. "Aku melamarmu pada Mr. Sullivan, tapi entah kenapa dia malah menolaku." Judith bisa melihat kalau wajah Ian berubah muram, tapi hal itu tidak sebanding dengan jantung Judith yang terasa mau keluar dari tenggorokannya. "Apa jika aku melamarmu langsung kau akan menerimaku?"

Tangan Ian sudah terangkat dan akan menyentuh wajah Judith, "Jauhkan tanganmu darinya!" Suara bass seseorang terdengar dari tangga yang beberapa saat lalu Judith lewati, hal itu bersamaan dengan tangan Luke menepuk kasar tangan Ian hingga membuat pria itu menggeram sambil menunjukan tatapan membunuh.

"Sialan Howard! Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tidak pulang ke rumahmu?" Sembur Ian dengan mata melotot, dia tidak mengerti kenapa Adam Howard berkeliaran di rumah Mr. Sullivan sejak kemarin dan hari ini, bahkan dia memang menyangka kalau bajingan arogan itu tidak pulang ke rumah rumahnya.

Adam sudah sampai di sisi Judith lalu melingkarkan tangan di bahu calon istrinya itu, Luke tetap berdiri di tempatnya semula, dia tidak berniat untuk bergeser meskipun Adam sudah ada di sana untuk menjaga tuan putrinya. "Aku tidak suka kau mendekati calon Istriku seperti itu, sebaiknya kau pergi dari sini sebelum orang-orangku yang menyeretmu keluar."

Wedding Conspiracy [Conspiracy Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang