Judith keluar dari ruangan Adam dengan perasaan kesal, dia marah pada pria itu, marah pada Luke dan juga kesal pada semua orang. Tidak ada satupun pria yang mau mendengar permohonannya, mereka bersikap kejam pada seorang wanita, Judith juga tidak menyangka kalau Luke akan mengusulkan ide yang mengerikan seperti itu.
Mencukur rambut habis semua wanita yang sudah menghinanya bukanlah solusi yang cerdas, mungkin Adam tetap akan berada di posisinya sebagai pria yang tidak berperasaan, tapi tetap saja sikapnya yang menyetujui usul Luke itu terkesan kekanakan.
Padahal tadinya Judith berharap kalau Adam akan memiliki rencananya sendiri, rencana apapun dan yang pasti seharusnya bukan merusak rambut seseorang. Tapi ternyata dugaannya salah, semua pria yang ada dalam hidupnya hanya mementingkan perasaan sendiri. Pemikiran tersebut membuat suasana hati Judith semakin buruk.
Sikap Adam yang suka menciumnya semena-mena sudah cukup untuk membuatnya kesal, sekarang ditambah lagi sikap kurang ajar Ian yang sudah menyebarkan rumor tidak benar. Judith tidak menyangka kalau Ian akan berbuat seperti itu pada dirinya, padahal selama ini Judith selalu menatap Ian sebagai sosok penuh kharisma.
Pria itu bahkan sering muncul di acara penggalangan dana untuk amal, tapi setelah melihat Ian menyebar omong kosong tentang pernikahan, seketika kharisma Ian di mata Judith runtuh menjadi puing yang tidak berbentuk, selama ini dia hanya mengenal Ian sekilas, ternyata tampilan luar tidak selalu sama dengan isinya.
Jika dilihat dari luar Ian adalah sosok yang penuh pesona, ketampanannya sudah terbukti karena dia pernah dikabarkan beberapa kali berkencan dengan aktris-aktris cantik. Sikap Ian juga cukup sopan jika saat berbincang dengan Judith di acara amal, tapi semua kesan itu sekarang sudah tidak berarti lagi. Karena bagi Judith pria itu sudah menjadi salah satu sumber masalah dalam hidupnya.
"Luke aku tidak percaya kau bisa setega itu!" Judith melotot ke arah Luke yang sedang berjalan ke arahnya. Pria itu hanya menunjukan wajah datar, tapi Judith mengenal arti tatapan mata itu. Luke saat ini sedang menatapnya dengan sorot mata puas, seolah melindungi dirinya dengan bersikap kasar pada orang lain membuat pria itu bahagia.
"Apapun akan aku lakukan jika itu demi melindungimu, My Lady," Luke mengulurkan tangan, sekalipun masih kesal Judith tetap memberikan tangannya untuk digandeng oleh pria itu. "Sekalipun aku harus melewati neraka untuk menyelamatkanmu."
"Oh Luke, berhentilah berkata seperti itu," Judith menatap Luke dengan tatapan cemas, "Aku tidak ingin kau terluka karena diriku."
Luke berhenti melangkah dan secara otomatis membuat Judith ikut berhenti bersamanya, "Aku akan melakukan apapun untukmu, My Lady," jari pria itu menyentuh pipih Judith dan mengusapnya dengan ibu jari. "Aku sudah bersamamu sejak kau masih bayi, semua kebahagiaan dan keselamatanmu itu sangat penting bagiku."
Kata-kata Luke meresap ke lubuk hati Judith yang terdalam, dia tidak perlu menyangsikan ucapan pria di hadapannya itu, tapi perkataan Luke juga terasa seperti silet yang mengorek lukanya, mengingatkan dia pada luka yang baru-baru ini harus ditanggungnya.
"Jika kau perduli dengan kebahagiaanku, lalu kenapa kau membiarkan Ayahku mengambil keputusan seperti ini?" Judith berusaha menelan ludah saat tenggorokannya terasa dipenuhi oleh serbuk gergaji, dia berusaha mendorong air mata yang mengancam ingin keluar. "Apa kau yakin aku bisa bahagia dengan pria itu? Kenapa kau dan Daddy bersikap seperti ini."
Judith menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah, tiba-tiba saja dia merasakan kehangatan tubuh Luke melingkupinya, pria itu memeluknya dengan sangat erat. Luke meletakan dagunya di pucuk kepala Judith, sementara mulutnya menggumamkan sesuatu yang sulit untuk Judith mengerti.
"Terkadang kita harus memilih sesuatu yang salah, demi menyelamatkan orang yang kita cintai."
Perkataan Luke membuat Judith meneteskan air mata, dia mencengkram bagian depan kemeja Luke dengan sangat erat. Hanya Luke yang bisa membuatnya lemah seperti ini, dan Luke juga yang mengetahui sisi dirinya yang satu itu. Karena di depan banyak orang Judith selalu bersikap keras, terkadang dipenuhi keangkuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Conspiracy [Conspiracy Series #1]
RomanceWedding Conspiracy By : Meliza Caterin Sinopsis : Judith Abbigail Sullivan harus menerima tradisi dalam keluarganya. Ia harus menikah dengan laki-laki kasar yang sudah dipilihkan oleh sang Ayah. Dan dibalik pernikahan tersebut; sebuah perjanjian per...