BAB [4]

13K 693 19
                                    

"Aku akan keluar!" Teriak Judith saat dirinya sudah berhasil menerobos masuk ke ruang kerja Adam, pria itu mendongak dari balik berkas yang sedang dibacanya, dia menegakan tubuh dan menatap Judith dengan sorot menilai, ekspresi wajah Adam tidak terbaca, dia hanya menunjukan ekspresi datar yang terasa menyiksa, bahkan tatapan Adam membuat Judith merasa gelisah.

"Jangan menatapku seperti itu!" Judith berteriak dan bermaksud untuk membuat Adam berhenti menatapnya, tapi pria itu malah meninggalkan meja yang sepertinya terbuat dari kayu ceri dan berjalan ke arahnya, "Kau hanya perlu menyuruh anak buahmu menjauh dan membiarkan aku pergi untuk mencari udara segar," Judith merasa terbakar oleh amarah yang sudah berhari-hari ditahannya.

Adam memperlakukan dirinya seperti tahanan rumah, pria itu tidak sekalipun membiarkannya berkunjung untuk menemui Ayahnya, atau hanya sekedar berjalan-jalan di taman untuk mencari udara segar. Dan diantara semua peraturan Adam yang sangat menyebalkan, Judith paling tidak suka pada peraturan kalau dirinya harus selalu berada dalam pengawasan anak buah pria itu.

"Kenapa aku harus melakukan itu?" Adam menaikan sebelas alis, dia menatap Judith dengan tatapan menantang.

"Karena aku tidak menyukainya brengsek!" Adam mendengus mendengar umpatan Judith.

"Aku tidak tahu bagaimana cara Ayahmu membesarkanmu, tapi sejak kau pindah ke rumahku," Adam melangkah sementar Judith bergerak mundur. "Sudah lebih dari sepuluh kali kau melontarkan umpatan tersebut di hadapanku."

"Umpatan itu memang pantas untukmu, brengsek!" Judith terjebak ketika punggungnya menyentuh dinding, Dia benci karena Adam selalu bersikap tenang dan tidak pernah menanggalkan wajah dinginnya. "Dan Ayahku tidak ada hubungannya dengan umpatan yang akan selalu aku berikan padamu, kau menyebalkan!"

"Oh terima kasih," hanya itu yang Adam lontarkan, dan hal tersebut membuat Judith ingin mencekik pria itu dengan kabel telpon yang ada di atas meja.

"Hari ini aku akan keluar, tidak perduli kau mengijinkan atau tidak," Judith mendongak sambil memasang wajah angkuh andalannya. "Aku akan tetap pergi, dan sialan aku tidak butuh ijinmu!"

Tangan Judith nyaris meraih gagang pintu saat Adam menarik tubuh dan menciumnya dengan rakus, Judith terkesiap. Dia berusaha untuk melepaskan diri dengan cara memukuli dada bidang Adam, tapi dengan sigap tangan kokoh itu menahan kedua tangannya agar berada di atas kepala. Judith tidak mau menyerah, dia berusaha untuk menghantamkan lutut pada selangkangan Adam, tapi pria itu berhasil selamat dengan cara menekan tubuh dan kaki mereka dengan sangat erat.

Judith nyaris tidak bisa bernapas karena berada dalam kungkungan tubuh Adam yang bisa dibilang dua kali lipat dari dirinya, dia bermaksud untuk protes dan meminta dilepaskan, tapi Adam mengambil kesempatan tersebut untuk menginvasi mulutnya. Membiarkan ciumannya semakin dalam, lidah yang terasa selembut sutra namun penuh kekuatan itu nyaris membuat Judith menyerah.

Beruntung dia tidak harus mempermalukan diri karena sempat tergoda untuk membalas ciuman Adam, karena sebelum dia sempat menggerakan bibirnya, Adam sudah terlebih dulu melepaskan tautan mereka. Untuk beberapa saat mata mereka bertemu, Judith bahkan tidak mau repot-repot menyembunyikan napasnya yang terengah.

"Pergilah, bawa Luke dan Andrew bersamamu," perintah Adam. Lalu dia kembali ke tempat duduknya,
melanjutkan pekerjaannya dengan wajah tenang. Bahkan bajingan itu tidak sedikitpun menatap ke arah Judith yang masih berdiri di dekat pintu.

Ya Tuhan aku akan menikahi iblis.

Judith mengerang dalam hati sambil berusaha melangkah keluar, kakinya terasa seperti jeli hingga membuat Judith terkejut karena dirinya masih bisa berjalan. Sisa ciuman Adam masih mempengaruhi dirinya, bahkan dia masih bisa mendengar suara detak jantungnya yang tidak beraturan.

Wedding Conspiracy [Conspiracy Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang