12. That Accident

205K 8.9K 155
                                    

Sekitar pukul setengah delapan malam, Aren yang masih mengenakan baju kaos hitam dan sepatu conversenya melangkah keluar dari dalam gereja. Matanya menangkap sosok yang sudah tak asing lagi. Segera ia berjalan menghampiri orang tersebut.
"Hai om!" sapanya pada orang yang tak lain adalah Adam. Pria itu juga masih mengenakan jas yang sama sewaktu mereka berangkat dari Bandung. Adam tampak mencari dari mana suara itu berasal dan ditemukannyalah seorang gadis bertubuh mungil tersenyum manis padanya.
"Ada apa?" tanya pria itu dingin.
"Yaelah. Masih begitu aja om. Udah ah, gue mau pulang. Bye om" Aren langsung pergi meninggalkan Adam tanpa menunggu pria itu membalas perkataannya.
Ponsel gadis itu tiba-tiba berbunyi menampakkan caller id nya.

Didi calling...

"Halo Di" ujarnya mendekatkan benda tersebut ke telinganya.

"Lu mau pulang nggak sih?" perkataan Didi membuat Aren menjadi bingung.

"Iyalah. Orang gerejanya udah kelar. Yakali gue mau nginap sini"

"Gembel banget sih otak lu! Liat depan lu gih"

"Ohehe.. Lu jemput gue toh? Bilang dong" adik Valen itu segera memutus sambungan telepon lalu bergegas menuju ke mobil sahabatnya.

Adam yang melihat Aren berjalan kearah mobil yang terparkir tak jauh darinya merasa penasaran.
"Apa gadis itu sudah bisa menyetir sendiri?" batinnya. Si gadis memasuki pintu sebelah kiri mobil membuat rasa penasaran Adam makin bertambah, tentu saja karena ternyata bukan Aren yang mengemudikan kendaraan tersebut. Setelah mobil itu pergi, Adam pun ikut beranjak dari sana.
.
.
"Pulang gih, Di. Ntar lu dicariin emak" kata Aren setelah berhasil membuka pintu apartemennya.
"Mama gue lagi ke Surabaya kali, nyet" ujar Didi lalu menerobos masuk ke dalam kediaman sahabatnya.

"Hah? Kapan? Perasaan tadi nyokap lu masih sempet buat brownies"

"Iya, sebelum pergi kan dia buat dulu. Sebenernya pas gue nelepon lu soal brownies itu, gue otewe pulang abis nganter nyokap ke bandara"

"Oh. Kok gue nggak tau sih?"

"Yaiyalah, orang lu di Bandung"

"Hehe. Ngapain emak lu kesana?"

"Ada pagelaran busana gitu deh, sekalian ke acara nikahan temennya"

Aren hanya ber 'oh' ria mendengarnya. Didi berjalan ke arah kulkas dan mengambil soda kaleng.
"Sekalian ambilin browniesnya dong, Di" pinta gadis itu. Saat ini mereka tengah berada di ruang makan yang menyatu dengan pantry.
"Mau nggak lu?" tanya Aren yang sementara mengiris kue tersebut.
Tanpa menjawab, Didi segera mengambil satu potong kue itu.
"Gue nginap sini yah, Ren. Males gue di apartemen sendirian" ujar Didi. Hal itu memang sudah biasa mereka lakukan.
Jika tante Lani -ibu Didi- ada pekerjaan di luar kota, maka pria itu akan menginap di apartemen Aren, begitu pun sebaliknya jika Valen bertugas di luar kota, maka Aren akan menginap di apartemen Didi.
"Terserah. Sana, ambil baju lu gih" kata Aren mendorong pelan tubuh sahabatnya keluar dari apartemen.
"Iya gembel. Tungguin gue, jangan tidur dulu lu" pesan Didi.
"Iya bawel. Hus hus sana" setelah mengusir cantik pria itu, Aren segera mencuci muka dan menyikat gigi lalu mengganti bajunya dengan piyama.
Tak lama kemudian, Didi datang dengan pakaian tidurnya sambil menenteng tas kardus berisi pakaian santai dan seragamnya.

"Gue tidur di sini, Ren?" tunjuk Didi pada sofa sebelah ranjang Aren.

"Seperti biasa" kata gadis itu sambil menarik selimutnya bersiap untuk tidur.

"Yaelah, masih nggak percayaan aja lu ama gue. Kita tuh udah sahabatan dari TK, nyet. Bahkan waktu SD kita sering tidur bareng kan? Pas SMP aja lu ogah-ogahan sama gue" omel Didi.

"Yampun, Di. Waktu itu kan kita masih kecil, sekarang udah gede." ucap gadis itu membela diri.

"Tapi lu sering tidur bareng kak Valen kan kalau gue nginap sini? Dan lu nggak ingat kalau gue nggak tertarik sama cewek?"

My Sexy Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang