Fiuh, selesai sudah naskah garapanku. Tadi malam aku begadang mati-matian demi menyelesaikan naskah yang selalu diiringi dering telfon dari editorku.
Malasnya hari ini. Oke, aku emang paling suka pelajaran olahraga. Namun sayang, keadaanku tak mendukung. Gara-gara begadang itulah, aku merasa kelelahan. Dan jika aku mengikuti olahraga, buat melek aja berat, apalagi olahraga.
Hari ini olahraganya adalah baseball. Yay! Aku paling suka baseball!
Oiya satu lagi, aku sengaja memakai kacamata hitam hari ini. Supaya 'si cerewet Yoshiro' tak menyemburku dengan berjuta kalimat yang akan membasahiku.
Beberapa teman-teman perempuanku mengagumiku. Mereka bilang 'waahh...kamu keliatan tampan lho!' Dan beberapa juga berkata 'sok-sokan!' Tentu saja yg berkata begitu adalah Murasaki, Hana, dan Annie. Sang penguasa kelas yang bertindak manis di depan guru, dan bertindak sadis juga menindas pada teman-temannya.
"Yaaana-chaannn!!"
GEK?! Aku mendengar suara seruling iblis. Aku menengok ke arah belakang. Nampak Yoshiro yang berlari-lari dengan senyum manis di wajahnya.
Aa...tiba-tiba wajahku terasa panas.
"Naohana-san? Kenapa wajahmu jadi merah begitu?"
"Gek?! A...a...apa? Ka...ka...kamu salah lihat mungkin? Hehe...hehe...he..."
"Yana-chaann!! Selamat pagiii!! Hehe..."
"A.. Pagi." sahutku datar.
"Oi, kenapa lemes gitu? Pake gaya2an make kacamata hitam pula. Huh, lepas dong! Cuman panas dikit aja sok-sokan pake kacamata hitam." tangan Yoshiro berusaha meraih kacamata hitamku. Aku terus mengelak. Aku tak mau ketahuan bahwa kantung mataku memiliki kantung mata.
Di saat aku dan Yoshiro saling berebut kacamataku, sensei pun datang sembari meniup peluitnya.
"Baiklah anak-anak, kita bagi dua kelompok ya. Laki dan perempuan dicampur. Nanti kelompoknya akan saya tentukan."
Setelah kelompok terbentuk, aku dan Yoshiro berbeda kelompok. Huh, untung saja. Dengan begini, aku tak perlu repot-repot memakai kacamata hitamku lagi. Kan kalo dari jauh, tak terlihat. Muehehe
Permainan pun di mulai. Sialnya, aku satu kelompok dengan Hana dan Murasaki. Sedang Annie berada di kelompok Yoshiro. Murasaki mulai semacam mengatur-atur. Sayangnya, itu sama sekali tak digubris oleh anak-anak cowok. Karena - yah - anak-anak cowok juga membenci Murasaki sih sebenarnya.
Sekarang kelompokku yang jaga. Aku berada berjaga di base ketiga. Sebenarnya aku mau diberi posisi outer karena lemparanku bisa tepat meski dalam jarak jauh sekalipun. Tapi aku menolak. Sekali lagi, buat melek aja susah, apalagi liat jarak jauh? :'v
Di mound ada Akai, ketua klub baseball sekaligus sebagai ace andalan sekolahku. Lemparannya beberapa kali mendapat penghargaan. Dan berkat diapun, sekolah kami beberapa kali maju di koushien dan pernah sekali juara lho.
Sebenarnya, sekolah kami memiliki pitcher dengan lemparan tercepat. Mungkin kalian akan sedikit kaget. Yoshiro. Merupakan pitcher saingan Akai. Tapi bagaimanapun juga, Yoshiro itu sangat labil. Kadang bisa mengenai target. Kadang tidak. Jadi intinya, Yoshiro ini hanya mengandalkan kekuatan supernya itu tanpa bisa membidik dengan benar.
Entah kenapa, aku merasa sedikit pusing. Mungkin karena kurang tidur? Wajar saja, tadi malam aku hanya tidur 3 jam. Tidak. Tapi 2 jam lebih 44 menit. Yah, begitulah.
Kini giliran kelompokku yang bermain. Seperti dugaanku, Yoshiro dipasang sebagai pitcher. Tapi tak apa, aku sudah beberapa kali menangkis lemparannya. Bagaimanapun juga, gerakan Yoshiro itu sangatlah kelihatan titik lemahnya. Ikuti saja arah lemparannya.
Aku dipasang diurutan ke enam. Jadi sembari menunggu, aku bisa tidur dululah. Kenyataannya tidak. Murasaki mengursirku dengan cara mendorongku hingga terjatuh. Kepalaku sedikit terbentur dinding. Sejenak terasa sakit. Namun lama-lama itu berangsur hilang. Toh hanya terbentur sedikit.
Kini giliranku bermain.
"Yaana-chaann!!"
Gek?! sempat-sempatnya ini anak memanggilku disaat seperti ini -_-
Tiba-tiba, kepalaku terasa sakit lagi. Tapi biarlah, paling hanya gara-gara kena benturan tadi. Kini aki bersiap diposisiku. Yoshiro pun memberi aba-aba melempar.
Lemparan pertama, cukup cepat. Aku segera memukulnya. Pukulanku tak begitu jauh. Tak seperti biasanya. Tubuhku rasanya sulit digerakkan. Aku pun segera berlari menuju base pertama.
Saat aku hampir sampai base, tubuhku terasa semakin berat. Kepalaku semakin sakit terasa. Tak lama kemudian, aku menjatuhkan diriku ke tanah.
BRUG!!
Perlahan mataku mulai terpejam. Aku melihat remang-remang, Yoshiro menghampiriku sambi berlari. Ia terlihat begitu cemas dan mengkhawatirkanku.