Chapter 19

1.3K 87 0
                                    

"You truly are a stupid moron."

"You're a demon!" Laki-laki bermata hijau pekat itu langsung menyemburkan makian pada wanita berambut pirang yang duduk tenang di sebelahnya. Wanita itu tidak melirik padanya, hanya menatap sekilas pada jam tangan Gucci yang melingkari pergelangan tangannya dan berdecak pelan.

"Sepertinya Danni sudah mati," gumamnya samar, yang membuat Josh menatap penuh kebencian padanya.

"Gadis itu bukanlah gadis sembarangan." Geramnya. "She's a survivor, and she'll come to kill you, stupid bitch."

Kata-kata Josh membuat Carly memberikan reaksi dengan sentakan kepala. Mata kelabunya menatap ke kedalaman mata hijau pekat Josh, lalu senyum tipis penuh arti merekah di bibirnya yang mengilap oleh sapuan lipstick, "Joshua," dia berbisik dengan senyum tertahan, seperti seorang ibu yang tengah geli menyaksikan tingkah kekanakan dari anak laki-lakinya, "Danni juga bukanlah orang sembarangan. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, dan kalaupun Danni tewas, gadis itu juga pasti tewas bersamanya."

"You're a liar." Josh masih memaki, dan kalau saja kedua tangannya tidak terbelenggu oleh lilitan selotip tebal nan lengket di pergelangannya, dia pasti sudah menghajar perempuan paruh baya di sebelahnya hingga tak lagi berbentuk. "Kau berkata padaku kau tidak akan melukainya."

"Memang tidak." Carly menyahut, setengah berbisik. "Aku hanya memberikan tiket padanya untuk pergi ke surga."

"I love her."

Mata Carly yang semula telah terpejam kembali terbuka. Lagi-lagi perempuan itu menarik senyuman penuh arti, nampak tidak sedikitpun terkejut akan kata-kata Josh. "Aku sudah tahu. Karena itu aku membunuhnya."

"Kupikir kau menyayangiku."

"You're like a son to me, Joshua." Carly menggeser sedikit duduknya hingga lebih rapat dengan Josh. Jari-jari lentik berkuku bening miliknya meraih jari-jari Josh yang panjang, menggenggamnya dengan hangat. "I'd rather die than live just to see your betrayal."

"Aku tidak akan mengkhianatimu, Carls. Kau tahu itu."

"Tapi kau jatuh cinta padanya." Carly tersenyum penuh ironi. "Dan dia, Kyle Wutherbrown, tidak akan pernah mengkhianati teman-temannya. Gerombolan penentang polisi berbaju dekil itu."

"Bunuh saja aku sekarang."

"Membunuhmu?" Carly berbicara seolah-olah kalimat Josh itu adalah lelucon paling buruk yang pernah dia dengar. "Apakah kau tidak dengar apa yang kukatakan, Joshua? Aku tidak akan membunuhmu. Kenapa? Seperti yang kukatakan, kau sudah seperti anak bagiku. Anak yang tidak pernah kumiliki. Aku tidak akan membunuhmu, karena setelah aku mati, kau-lah yang akan mewarisi segalanya, mewarisi apa yang kumiliki di Nevada, di Amerika."

Josh tidak menjawab. Sekarang dia menatap hampa pada pergelangan tangannya yang terbelenggu. Ada bayangan air mata di pelupuk matanya yang menghitam akibat kurang tidur—tentu saja, dia baru menghabiskan waktu kurang dari jam untuk terlelap di atas tempat tidur ketika Carly dan beberapa orang-orangnya mendadak menerobos masuk ke apartemen Josh. Tidak disangka-sangka, dan mereka membekuknya, memaksanya menelepon Kyle yang akhirnya berujung pada sesuatu yang buruk. Josh berharap Kyle tetap hidup, berharap gadis itu selamat dan masih bisa melihat matahari yang terbit esok pagi.

Kyle lebih baik hidup dan membencinya, daripada mati sambil masih mencintainya.

Cinta?

After The Darkness (sequel to Shopaholic) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang