Chapter 24

1.3K 82 0
                                    

"You don't fucking talk to me like that."

Darius menurunkan ponsel dari telinganya sesaat setelah dia menerima telepon dari Luke, salah satu dari anggota komunitas gangsternya di Las Vegas. Seperti yang telah diduga oleh Darius sebelumnya, Luke sama sekali tidak terdengar senang. Dia bertanya mengapa butuh berhari-hari bagi seorang Rogestreen seperti dirinya hanya untuk menjemput Gwen Parker—yang membuat anggota komunitasnya semakin curiga karena Gwen Parker bukanlah orang penting dalam komunitas mereka, selain karena kemampuan menembaknya yang cukup baik.

Darius memejamkan matanya, menghembuskan napas perlahan keluar dari paru-parunya. Ada sisi terdalam di hati kecilnya yang membuatnya tidak ingin meninggalkan Seattle, kota yang bagaimanapun kalah gemerlap jika dibandingkan dengan Las Vegas. Dia tahu apa yang membuatnya tertahan di Seattle. Keberadaan Sharon. Dia sama sekali tidak ingin melepaskan gadis itu, namun tentu saja dia tidak bisa terus menerus berada di Seattle tanpa membuat komunitasnya merasa curiga. Itu benar kalau dia adalah alfa dalam komunitas mereka, namun tentu saja Luke dan anggota komunitas lainnya tidak akan membiarkannya menjadi pemimpin mereka jika dia membelot dan berbeda pemikiran dengan mereka. Dalam hal ini, pemikiran mereka cukup jelas.

Mereka tetap ingin menjadi pelindung Carly Cleneithson, orang yang selama bertahun-tahun belakangan telah menjadi sumber pendapatan mereka. Pekerjaan mudah, dengan bayaran yang melimpah.

Laki-laki itu menarik napas lagi, entah untuk yang keberapa kalinya. Ketika dia menolehkan kepalanya ke satu arah secara acak, keningnya berkerut saat dia melihat Sharon, tengah berdiri sambil melipat tangan.

"Luke? Dia masih bersamamu?" sebelah bibir Sharon merendah, membentuk senyum peneh ejekan. "well, seperti yang kubilang. Akan lebih baik jika kau, Wanda dan Gwen kembali ke Las Vegas, sebelum mereka mulai curiga, dan kemudian berpikir bahwa kau tidak lagi sepaham dengan mereka lantas menyerang kota ini." Mata Sharon mendadak menggelap ketika sebuah pemikiran melintas di pikirannya. "Dan yang terburuk, jangan sampai mereka menjadikan Justin ataupun Jason sebagai target."

"Sejak kapan kau begitu peduli pada Jason?"

"Karena jika terjadi sesuatu pada Jason, Justin akan marah. Dia akan membalas dendam, dan kemudian, jika terjadi sesuatu pada Justin, maka adikku akan marah, dan kemudian terjadi sesuatu juga padanya." Sharon menyentakkan kepalanya. "sudah kubilang, kan? Selamanya, kita akan selalu berada di jalan yang berlawanan."

"Aku akan kembali ke Las Vegas." Darius menarik napas, menatap Sharon tanpa berkedip. "kalau itu membuatmu senang."

"Duh, aku akan sangat bahagia." Sharon tersenyum manis.

Darius tidak menjawab, dia menatap Sharon sekali lagi, dengan pandangan yang sulit dijabarkan oleh kata-kata dan melangkah melewati Sharon tanpa berkata apapun. Sharon masih bertahan dalam posisinya hingga beberapa detik, lantas sesaat setelah Darius melewatinya, gadis itu berbalik, menatap punggung Darius yang membelakanginya. Butuh seluruh keberanian dari dalam dirinya untuk bisa mengatakan apa yang sesaat kemudian dia katakan,

"Dan kuharap kau juga bahagia, Darius."

Satu kalimat dari Sharon yang cukup untuk menahan langkah Darius.

"Terimakasih, Sharon. Tapi kupikir tak perlu."

"Kupikir kau perlu. Tertulis jelas di wajahmu kalau kau sama sekali tidak bahagia."

Mata Darius menyipit. "Nice going, Sherlock. Sejak kapan kau begitu pandai menganalisa perasaan orang lain? Apakah diam-diam kau mengambil kelas psikologi?"

After The Darkness (sequel to Shopaholic) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang