udah lama nunggu yaa, up sorry yaa...aku lagi sibuk kejar target tugas yang sempet numpuk..
moga ngga ngecewain para readers yaa..
___________________________************************_____________________________________
"Kakak itu ... salah satu dari seribu keajaiban dunia. The hero but not heroes – Angel" *** Setelah setengah jam berjuang dengan kemacetan ibu kota. Taxi Angel sampai juga di halaman rumahnya. Dengan perasaan berkecamuk Angel keluar dari taxi dengan terburu – buru.
"Neng .... Neng ... " panggil sopir taxi panik.
Angel yang setengah berlari, memutar haluan kembali. Sambil merogoh uang di kantong belakang jinsnya Angel mengucapkan maaf pada sang sopir. Kekalutan sangat kentara terlihat dari gurat wajahnya."Sekali lagi maaf mang."
Sang sopir yang dipanggil "mang" memaklumi.Sambil tersenyum melajukan taxi-nya pelan – pelan meninggalkan rumah bergaya minimalis – klasik itu setelah Angel menyodorkan selembar uang berwarna biru kepadanya.
Dengan langkah pontang – panting Angel menerobos pintu sambil berucap salam. Pandanganya menyisir seisi rumah.Sepi dan senyap. Kedua alis Angel saling bertaut ketika melihat pintu kamar orang tuanya tertutup rapat.
Dalam hati, Angel terus memunajatkan doa, berharap sang mama baik – baik saja. Ini kali pertamanya mendengar kabar jika sang mama pingsan ketika meeting di kantor. Pasalnya seumur hidup Angel – ia sangat mengenal Agnes sebagai sosok wanita yang tangguh dan jarang sekali sakit. Melemparkan tas berisi diktat kampus pada sofa. Angel memanggil kedua orang tuanya dengan pelan. Seolah takut mengganggu sang mama dengan suaranya.
"Maamaaa ..." "Paa.... "
Hati Angel mencelos ketika membuka kamar kedua orang tuanya dan mendapatinya dalam keadaan rapi.Jantungnya seolah memompa dua kali lebih cepat membuat hembusan nafasnya memburu.Angel semakin kalut, berasumsi jika mamanya telah dibawa ke rumah sakit.Itu artinya kondisi mamanya tidak berada dalam keadaan baik.
Bersamaan dengan matanya yang memanas, setetes air mata lolos dari kelopak matanya. "Mamaaaa .... " lirih Angel dengan suara hampir tercekat di tenggorokan. Kini isakan kecil mulai terdengar.
Dengan tangan gemetar, Angel mencari nomor kontak sang ayah pada smartphone-nya. Dalam kondisi kalut pekerjaan mudah pun serasa lebih sulit.Sesekali Angel menyeka air mata nakal yang membuat penglihatannya buram. "Paaa .. " lirih Angel ketika panggilan di ujung sana dijawab oleh Adam. "Mamaa dimana ?" tanya Angel serak.
"SURPRISEEEE ................. " teriak beberapa orang di belakang Angel. Setelah menurunkan telephone-nya dari telinga.Angel berbalik kaku.Tiga orang yang disayanginya terkekeh dengan wajah innocent.
Angel mendekap mulutnya, kemudian badannya luruh ke lantai.Menangis tersedu – sedu dibawah kaki ketiga orang dewasa di hadapannya."Nggak lucu ... " seru Angel sambil mencerukkan mukanya dibalik kedua tangan yang ditopang pada lututnya.
"hhikkss ... hikssss ... " Angel masih terisak ketika lengan kokoh mengangkat wajahnya, kemudian memeluknya. "Jahaattt ... " Angel berontak sambil memukul dada sang kakak.
"Udah donk ... masa gitu aja nangis ?" tanya Peter tak dapat menyembunyikan tawanya. Baginya melihat Angel menangis bagaikan melihat kelinci yang melompat – lompat di perutnya.Menggemaskan dan menggelikan.Tangisannya lebih meyerupai rengekan anak TK yang tidak dikabulkan permintaannya.
Angel sendiri yang masih kaget memilih terus menangis sebagai pelampiasannya.Perasaan kesal, dan senang bercampur membuat suasana hatinya gundah.Pergerakan tangan yang menepuk – nepuk kecil punggungnya membuat kelopak matanya terasa berat.Dan tak perlu menunggu lama untuk tertutup sepenuhnya seiring dengan hembusan nafas yang teratur.
"Yah tidur .... " Seru ketiga orang tersebut secara bersamaan. Bagi mereka Angel adalah sosok Angel yang sesungguhnya di hati mereka. Pelengkap dan menyempurna kehidupan keluarga. Pemberi warna pada keseharian mereka yang awalnya hanya ada hitam dan putih. Flat – flat saja.
Peter mengangkat sang adik dan membawanya pada kamar yang berada di lantai dua. Agnes dan Adam dengan setia mengikuti dari belakang. ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Wishes Vs The Shoes
Romance"Bukankah cinta itu seperti sepasang sepatu, tak bisa berjalan jika hanya ada satu" Peter jatuh cinta kepada saudara kandungnya, Angel. Cinta tak selalu membuat rindu tapi membingkai sebuah harapan angan mendamba hidup bersama sebagai kekasih buka...