"Dia mengerti aku melebihi diriku sendiri – Angel" ***
Semilir angin di luar rumah berhembus lembut. Usai sholat subuh, Angel kembali bergelung di balik selimut tebal. Angel berguling ke kanan kemudian ke kiri. Dingin-nya pagi menyelusup hingga sumsum tulang – tulangnya.
Di sibaknya selimut bergambar beruang, kemudian beranjak dari kasur memakai sendal berkepala beruang yang sama. Bulu – bulu halus yang melapisi sandal – terasa lembut di kaki telanjang Angel. Bulu – bulu halus itu sekaligus melindungi kaki Angel dari dinginnya lantai marmer. Minimal ia harus bergerak untuk mengurangi rasa dingin yang membuat tubuh rampingnya menggigil. Dengan senam kecil mungkin ...
Angel menuruni tangga dengan bersenandung kecil. Tangan-nya mencengkram kuat pegangan tangga. Seolah Angel akan terjatuh jika melepas pegangan itu.
"Morning Princess ... "
Angel menoleh ke asal suara.Tersenyum hangat kepada wanita yang telah memperkenalkannya terhadap dunia yang indah ini.
"Morning Mam ... " Angel menghampiri mamanya yang tengah menata meja makan. Mengecup pipi kanan mamanya.
"Bantu mama ambilin nasi goreng di dapur, mau ?"
"Nggak ahh ..." tolak Angel.
Agnes menyipitkan mata.Menatap putri semata wayangnya.
"Nggak nolak maksudnya ... hahahaa " lanjut Angel disertai tawa yang menguar pelan.
"Dasar gadis jail ... " Agnes mengacak rambut Angel gemas. Angel terkikik pelan.
"Angel tadinya memang mau senam kecil, Ma... Angel fikir – fikir lagi kenapa nggak bantuin mama aja. Toh sama – sama gerakin badan juga."Tutur Angel kemudian berlalu menuju dapur.
Angel kembali ke ruang makan dengan semangkok besar nasi goreng yang masih mengepul di tangannya. Dahi Angel mengerut melihat mama-nya yang mengenakan daster tipis "Mama nggak dingin pakai pakaian seperti itu ?"tanya Angel kemudian.
"Nggak nih, justru mama gerah." Jawab Agnes, tangannya menuang jus jeruk kedalam gelas tinggi.
"Aneh ... padahal Angel ngerasa dingin banget." Agnes tertawa pelan.
"Pasti Angel lupa matiin AC."Tebak nya. "Oh iya ... Angel lupa."Angel menepuk keningnya pelan.
Agnes mencibir "Berkali – kali mama memperingatkan.Kalau sudah sore matikan AC-nya. Kamu kan nggak kuat dingin. Apa perlu mama buka aja tuh AC, biar nggak kelupaan lagi ?"
"Jangan ..." tolak Angel tegas.
"Angel masih butuh kalau siang hari.Jakarta kan puanasnya poll."Angel membuat penawaran.
"Makanya kalau di kasih tau, dengerin !jangan masuk kanan keluar kiri."
Suara orang berjalan mendekat mengaburkan interaksi dua wanita berbeda generasi itu.Adam, laki – laki yang kini berusia pertengahan kepala lima mengambil duduk di antara keduanya yang masih asyik berdebat hal yang tidak penting.
"Hari ini Angel diantar papa saja ya ke kampus. Mama ada keperluan mendadak di kantor." Celetuk Adam sambil mencomot tempe goreng buatan istrinya. Perhatian Angel beralih pada papanya, nasi gorengnya telah diserahkan pada Agnes. "Papa sendiri nggak ngantor ?"
Uhukkk .. uhukkk ... Angel meraih segelas air putih diserahkan pada Adam yang tersedak.
"Pelan – pelan pa, makannya." Adam meraih gelas. Meneguknya perlahan.
"Makasih sayang. Ah ya kenapa tadi ?" "Papa sendiri nggak ke kantor ?"
"Ke kantor lah. Setelah antar Angel ke kampus." Tegasnya.
"Makasih sayang." Ucap Adam beralih pada istrinya yang menyodorkan sepiring nasi goreng.
Angel tersenyum melihatnya. Meskipun papa dan mamanya sama – sama memiliki karir yang bagus. Namun hubungan keduanya berjalan harmonis. Mereka saling toleransi dengan pekerjaan masing – masing.
"Angel, dimakan sarapannya ... jangan liatin papanya terus. Nanti naksir loh ...." celoteh Agnes. Sebelah matanya mengerling nakal pada suaminya. Angel mengibaskan tangannya ke udara.
"Jayus banget deh mama ini, kalau sama kakak sih mungkin masih rasional, lah ini sama papa."
Angel meraih telur mata sapi setengah matang dan sesendok penuh acar mentimun, disantap bersama dengan nasi gorengnya. Tak lama keduanya tertawa bersama mengabaikan Adam yang menatap keduanya dengan dengan tatapan yang sulit diartikan. ***
"Belajar yang bener, kalau ada apa – apa langsung telfon papa." Nasehat Adam pada Angel yang sedang membuka seat belt-nya.
"Wejangan papa barusan, membuat Angel merasa menjadi anak SD lagi." Angel maraih telapak tangan Adam.Menciumnya kemudian keluar dari mobil.
"Dah pa ... assalamualaikum .... " Adam hanya bisa menggeleng melihat tingkah putrinya. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kampus Angel.
*******
Note:
lagi-lagi yang nulis part ini lo lie, sebagai anak komunikasi dia sangat menikmati saat membuat cerita ini. sempet sakit juga, dan akhirnya feel cerita ini dapet dan ngena banget..
pemirsa, kasih like and komen yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Wishes Vs The Shoes
Romance"Bukankah cinta itu seperti sepasang sepatu, tak bisa berjalan jika hanya ada satu" Peter jatuh cinta kepada saudara kandungnya, Angel. Cinta tak selalu membuat rindu tapi membingkai sebuah harapan angan mendamba hidup bersama sebagai kekasih buka...