OMG-2

206K 9K 63
                                    

Vlow melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi, dia ingin berendam untuk melegakan otot-otot di tubuhnya.

Hari pertama bekerja sebagai sekretaris sangat melelahkan untuknya.
Belum lagi dengar omelan dan ceramahan dari Ren membuat kepala Vlow mendadak pusing.

Belum sempat dia berendam, ponselnya berbunyi. Vlow menggerutu kesal karena ada saja yang menghalanginya untuk melakukan keinginannya. Lagi pula, siapa yang menelepon sudah larut seperti ini?

Vlow mengabaikan ponselnya tapi si penelepon sepertinya tidak ingin menyerah begitu saja membuat Vlow berang dan dia mengangkat telepon itu tanpa melihat nama si penelepon.

"Hallo!" pekiknya tertahan.

"Hai, sedang apa?"

"Mau tidur, tapi tidak jadi karena ada pengganggu!" ketus Vlow dengan malas. Vlow menarik napasnya sebentar saat dia merasa mengenali suara itu.

Dia melihat layar ponselnya dan dia sangat hafal kalau yang menghubunginya pagi buta tadi adalah nomor yang sama.

Sialan! Pekik Vlow dalam hati sembari menggigit bibirnya.

"Mau apa?!!" tanya Vlow ketus seperti melupakan si penelepon adalah bosnya.

"Kenapa galak sekali?" tanya orang di seberang sana sambil terkekeh pelan saat mendengar Vlow yang marah-marah.

"Bukan urusanmu!" setelah mengucapkan kalimat itu, Vlow langsung memutuskan sambungan telepon dan dia meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.

Vlow yang memang mempunyai sifat temperamen, membuatnya mudah tersinggung dan kesal.

Apa lagi malam ini kekasihnya—Jack yang belum menghubungi dirinya membuat Vlow ingin meledak-ledak.

Vlow membasuh tubuhnya di bawah guyuran shower. Merasa bersalah kepada Renhard karena mengatakan dia ingin tidur, padahal dia sedang full naked di kamar mandi.

Selesai mandi, Vlow mengenakan bathrobe tanpa memakai apapun di dalamnya dan melilitkan haduk di rambutnya yang basah lalu keluar dari kamar mandi.

Dia keluar dari kamarnya dengan langkah pelan sambil sesekali menguap kecil. Setelah ini dia akan memasak. Meskipun dia tidak ahli, tapi masakan yang Vlow masak patut di cicipi.

Apa lagi dia yang tinggal sendiri di apartemennya, membuat Vlow melakukan semua hal dengan sendiri.

Saat hendak melangkah menuju dapur, Vlow menghentikan langkahnya karena mendengar bel yang berbunyi. Merasa heran karena sebelumnya bel itu tidak pernah berbunyi di larut malam seperti saat ini.

Dia buru-bur melangkah menuju pintu. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Biasa tidak pernah.

Dibukanya pintu dengan perlahan dan dia terbelalak melihat orang yang berdiri di depannya, lengkap dengan mulutnya yang menganga.

"Ren..." desisnya tanpa sadar dan dia berusaha menelan air ludahnya dengan susah payah.

Kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku? Tanya Vlow dalam hati.

Vlow melihat penampilan Ren dari bawah sampai atas sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

Ya Tuhan. Kenapa dia bisa se keren ini hanya dengan mengenakan T-shirt yang memperlihatkan dada bidangnya dan otot sedang di tangannya. Di tambah lagi dengan celana piyama yang menggantung indah di pinggulnya. Vlow mengerutkan keningnya dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dan itu tak luput dari pengamatan Ren.

Vlow mengedipkan matanya lalu menunduk malu karena mengamati sekaligus mengagumi tubuh seseorang dengan terang-terangan.

Apa lagi Vlow yang tidak sengaja melihat sesuatu itu membuatnya merinding membayangkan pikiran-pikiran yang mulai merayap di kepala cantiknya.

Sementara Ren heran melihat Vlow yang hanya menatapnya sambil menganga.

Ren ingin sekali menertawakan Vlow, Renhard mengikuti arah pandangan Vlow yang menuju alat vitalnya.

Ya ampun, apa yang di pikirkan gadis ini sampai dia merona seperti itu? batin Ren.

Ren berdeham dan menyentuh bahu Vlow dengan kedua tangannya.
Vlow mengangkat wajahnya dan menatap Ren dengan polos.

Ren terpaku ketika dia menyentuh Vlow, rasanya seperti seluruh tubuhnya kesetrum listrik. Dan juga darahnya yang seperti berhenti mengalir.

Sepertinya aku pernah melihat mata dan tatapan seperti Vlow, tapi kapan dan di mana? Ren bertanya-tanya dalam hatinya.

Vlow menepis tangan Ren dengan kasar membuat Ren tersadar kembali.

"Sedang apa?" tanya Vlow ketus.

"Oh, aku kehabisan bahan makanan, jadi bolehkah kamu berbagi bahan makananmu padaku?" tanya Ren sebiasa mungkin. Mengingat jantungnya yang berdebar lebih cepat entah kenapa.

"Masuklah." Vlow melangkah menuju dapur dan Ren mengekorinya dari belakang.

Pandangan lelaki itu hanya tertuju pada tubuh Vlow yang berjalan dengan anggun. Ren menaikkan pandangannya keleher jenjang Vlow dan jakunnya naik turun.

Ren mulai berfantasi liar di kepalanya, di dunianya sendiri.
Vlow berhenti di depan kulkas besarnya dan Ren yang sedang mengkhayal melangkah terus sampai menabrak Vlow.

Dengan sigap Ren menangkap tubuh mungil Vlow agar tidak jatuh. Dia nemeluk pinggang gadis itu dengan erat.
Posisi mereka sangat dekat. Vlow dapat merasakan deru napas Ren.

Tanpa sadar Ren memutar tubuh Vlow sehingga mereka berhadapan, dia menarik Vlow lebih dekat membunuh jarak di antara mereka. Ren dapat merasakan dada Vlow yang tidak menggunakan bra menempel di dadanya.

Ren memiringkan wajahnya dan memejamkan matanya. Sementara Vlow juga ikut memejamkan matanya.

Ren mencium Vlow dengan sangat lembut membuat Vlow tidak bisa menolak. Dia membalas ciuman itu.
Ren semakin menekan tubuhnya ke Vlow dan Vlow bisa merasakan sesuatu yang keras di perutnya.

Vlow terbuai. Dia bahkan tidak pernah berciuman dengan Jack senikmat ini. Vlow tidak ingin menyudahi kenikmatan ini. Ia melupakan kebenciannya pada Ren seketika.

Ren mengangkat tubuh Vlow tanpa melepaskan ciuman mereka dan membawa Vlow ke sofa yang ada di ruang tangah.

Dibaringkannya tubuh lemas Vlow dan kembali mencium gadis itu. Membuat Ren lupa diri, membuat dia hampir melakukan dosa itu dan membuat dia terjebak dalam permainannya sendiri.

Ren mengakhiri ciumannya lalu dia mengecup kening Vlow dan memperbaiki bathrobe yang di pakai Vlow yang berantakan akibat dari ulahnya.

"Lain kali kita lanjutkan. Karena aku sudah melakukan ini, sekarang kamu sudah menjadi milikku, Vlow." Ren mengecup kening Vlow sekilas dan berjalan menuju dapur Vlow.

Dia membuatkan makanan untuk dirinya dan juga Vlow. Setelah selesai menyantap makanan itu, Ren pamit pulang karena apartemen mereka yang bersebelahan.

Selepas kepergian Ren, Vlow merutuki dirinya sendiri yang begitu mudahnya terbuai dengan Ren.

Bisa-bisanya dia menerima begitu saja sentuhan yang diberikan Ren padanya. Vlow memejamkan matanya. Menahan tangisnya karena merasa mengkhianati Jack.

"Maafkan aku, Jack...." ucapnya dengan lirih sembari menitikkan air matanya.

Vlow berbaring dengan posisi meringkuk sambil terus menangis. Merasa dirinya kotor. Meskipun dia dan Ren belum melakukan hal yang lebih jauh itu, tetap saja dia merasa kotor dan hina sebagai wanita.

"Semoga hal ini tidak terulang lagi, aku tidak tahu kenapa dia melakukan itu padaku. Aku tidak tahu...." Vlow menggigit bibirnya menahan agar isak tangisnya tidak keluar. Di tariknya selimut tebal itu menutupi tubuhnya sampai ke leher. Dia meremas kuat selimut itu.

Lalu memejamkan matanya, berharap mimpi buruk yang selalu merajalela di setiap malam di tidurnya dapat hilang.

•••

OH MY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang