I was doing my night routine (wearing a mask and it was cucumber night for a fresher and brighter look) when you came knocking the door with swollen eyes that night.
Aku menjemputmu masuk. Tidak sedikit pun aku punya riak terkejut melihatmu begitu. Kau adalah antara ribuan tipikal wanita yang kalah dengan nama ...
Why does it sounds easy for someone to say goodbye? Doesn't it breaks their heart a little? Tanyamu dengan maskara tumpah di seluruh muka, suara yang tersedu-sedu dan tangan yang sedikit menggigil.
Aku melirikmu. Topeng tadi ku pakai masih melekat di muka. Tuala masih berbalut di kepala. Oh Lord, muka aku ini muka penyelesaian segala perihal perpisahan dalam dunia apa? Getusku tapi ini tidak sampai ke telingamu.
Babe, I ain't doctor love. Not even a lover. Kecintaanku cuma pada benda-benda yang tak bernyawa. Yang mungkin akan mengosongkan segala poket-poket yang aku punya, tapi aku bahagia. Kataku dengan nada bersahaja.
Apa kau tidak boleh sedikit lebih memahami? Tiada lagi tangis sedumu yang ku dengar cuma nada gerammu.
Well, yang memilih jalan seksa itu kamu sendiri. Being a second option is not my solution walau cuma tinggal satu laki-laki yang harus aku rebutkan dari kamu. Dan bukan aku yang memanggil kamu buat menghulur bahu. You only find me when you no longer have that so called love of your life.
Cuma derap stiletto merahmu kedengaran pergi dan aku tersenyum manis.