mimpi yang jadi nyata

19.2K 1.1K 4
                                    

Didepan sebuah club malam, seorang gadis berkacamata dengan rambut yang dikuncir rapi. Menatap tanpa kedip pada untaian huruf yang terpampang jelas didepannya.

"Saturday Night's" bisiknya pada diri sendiri ketika membaca tulisan besar dihadapannya.

"Ayo masuk Anna!" Ajak pria yang hampir selama sebulan, selalu mengekori semua kegiatannya.

"Tapi Ivan..." ucapnya terputus, tampak ragu-ragu.

"Ayolah Anna! Tidak usah ragu, aku jamin di dalam sana menyenangkan" lalu tangan Ivan menggenggam tangan Anna, dan menariknya masuk ke dalam club.

Sepanjang jalan, ketika masuk kedalam club, mata pengunjung lain selalu memandang heran pada Anna.

Bagaimana tidak, Anna memakai tanktop putih longgar yang ditutupi sweater merah maroon, dengan rok putih yang menutupi pinggang hingga setengah betisnya.

Sungguh jauh berbeda dengan wanita-wanita yang dilewatinya sejak masuk kedalam club.

Pakaian minim, yang terbuka di depan maupun dibelakangnya. Wajah yang di poles makeup tebal nan sensual, dan sepatu higheel yang tidak kurang dari 12cm.

Suara racikan musik yang di sajikan sang DJ semakin jelas terdengar ketika sepasang kaki milik Anna menginjak lantai ruangan yang penuh dengan hingar-bingar dunia malam.

Mulai dari yang hanya duduk dan menikmati minuman, yang berjingkrak-jingkrak di lantai dansa, hingga yang sedang berciuman dengan tangan yang merayap ke setiap bagian tubuh pasangannya.

Ughh...

Sungguh pemandangan yang mengerikan bagi Anna, membuatnya harus menunduk ketika berjalan melewatinya.

"Ivan!"

Teriak seseorang wanita dari sebuah sofa besar entah berwarna apa. Karena suasana yang temaram, di tambah kelap-kelip lampu, membuat Anna sulit membedakan warna.

Ivan menghampiri, lalu memeluk sambil memberi sedikit kecupan di pipi wanita itu. "Kalian udah lama nunggu?" Tanya Ivan basa-basi.

"Ish... lo gak liat kita udah habis berapa botol, cuma buat nungguin kalian dari tadi?" Ucap  Parrish sinis, dengan tangan terlipat di dada.

'Entah Parrish memang selalu judes ketrika bicara, atau hanya jika ada dirinya disekitar Parrish dia jadi seperti itu?' Pikiran itu terus berkecamuk dikepala Anna, karena memang dia baru mengenal sosok Parrish dan teman-temannya baru-baru ini.

Disudut kursi sana ada Dastin yang bewajah kesal. juga Leon yang hanya menatapnya hanya sekilas dengan wajah datar, lalu kembali asik dengan seorang gadis berpenampilan super hot, entah siapa. Sepertinya Leon bukan orang yang terlalu banyak bicara, sementara Dastin tampak seperti orang yang galak karena sejak tadi dia terus menekuk wajahnya.

ATHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang