tak pernah ada yang berubah

19.7K 827 32
                                    

Akhirnya beres juga... sorry ya readers, baru bisa update. Malah mungkin yang nungguin Athenna sampe jenggotan, saking lamanya gak update. Kayaknya banyak yang lupa kali ya...

Jangan dendam ya sama saya, apa daya. Kemampuan berfikir saya berkurang sejak hamil lagi. sekarang aja saya ngerasa bodoh dan lebih banyak lola.

Tapi tenang, cerita pasti berlanjut, karena saya udah janji ke diri sendiri buat beresin Athenna.

Dari pada nanti saya malah jadi curhat, mending langsung aja baca dan jangan lupa vote. Part ini kerja keras nya ekstra lho, jadi hargai ya...

Sorry, kalo ceritanya makin aneh dan no edited, saya keburu ilang fokus.

Next part kalo part ini dapet 400 vote, okay???

Kritikan dan hinaan motifasi buat saya.
XOXO
@ditandra

Tanganya masih melingkari punggungku, wajahnya begitu dekat. Hingga nafasnya terasa menerpa wajah tirusku. Sorot matanya meredup, iris mata birunya terpaku pada iris mata coklat terang milikku.

Wajahnya mulai mendekat dan...

Cup...

Bibirnya yang basah, kenyal dan lembut, cukup lama menyalurkan kehangatan di keningku.

Kruyukkk...

Ivan melepas bibirnya dari dahiku, setelah terdengar bunyi nyaring yang berasal dari dalam perut pria di hadapanku.

Hening...

Kruyukkk...

Wajahku kini mulai memerah, sontak aku mendorong tubuh Ivan menjauh. Karena dengan tak tahu malu, perutku ikut-ikutan berbunyi.

Aku dan Ivan saling pandang, lalu kami mulai tertawa terbahak-bahak. Lama kami tertawa, hingga tawa kami mulai terdengar aneh dan akhirnya hening...

Awkward...

Berbagai macam pikiran sedang berkecamuk dalam kepalaku. Apalagi hadirnya suara memalukan yang datang pada situasi yang salah, dari dalam perutku.

Aku memang sudah sarapan, namun aku malah memuntahkannya karena susu pisang kadaluarsa sebagai hidangan penutup makanku pagi ini. Jadi pasti lambungku kembali kosong, atau bahkan terkuras semua bersamaan dengan asam lambungnya juga.

Sepertinya dia belum sarapan, karena dia belum sempat melangkah keluar gedung apartemen ini. Dan jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan pagi, sudah lewat dari waktu sarapannya. Pantas saja perutnya berbunyi nyaring sekali.

Aku sok tahu ya... hmmm tentu saja tahu.

Karena semenjak dia berhenti mengganggu waktu sarapan dirumahku, aku selalu melihatnya sarapan sendirian di kafe yang selalu aku lewati saat pergi bekerja. Kasihan juga sih, dia selalu sarapan sendirian.

Tapi masa harus aku ajak dia sarapan dirumahku?

Kesannya itu kayak gimana... gitu. Nanti malah disangka ngajak kencan.

Hufttt...

Tapi aku jadi ingat, saat pertamakali aku bertemu lagi dengan mahluk yang ada disampingku ini.

Di lift yang sama namun situasinya berbeda, saat itu Ivan sedang mabuk namun sekarang dia sadar sepenuhnya. Entah saat itu Ivan ingat dengan jelas atau tidak, walaupun dia sempat melihat rekaman cctv.

Pertemuan yang mungkin sudah menjadi jalan takdir kami. Masa depan tak akan pernah ada yang tau. Biarlah semuanya mengalir seperti air, mengikuti alur yang sudah tuhan tentukan.

ATHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang